Asisten Nona Muda
Apa itu cinta? Entahlah, dalam sebuah ruangan seorang wanita tengah menangis terisak. Menyerah untuk menggapai cinta suaminya.
Berbagai barang miliknya, dimasukkan ke dalam kopernya. Sebuah pernikahan yang terjadi karena perjodohan. Berusaha mencintai Daniel, suaminya selama ini, namun seorang suami yang masih mencintai mantan kekasihnya.
Berselingkuh? Daniel bahkan tidur dengan wanita lain di malam pertama mereka.
Namun selama dua tahun ini Jeny tetap menjadi istri yang baik, seperti janjinya pada Ren, kekasih kecilnya. Cinta yang tidak dapat digapainya. Sebuah cinta yang mungkin telah tenang di surga sana.
Sebuah cinta yang dikenangnya kala memegang bandul kalung berbentuk matahari. Dengan pasangan kalung yang kini masih dikenakan Daniel suaminya.
*
13 tahun yang lalu...
Angin berhembus kencang, menerpa wajah cantik seorang remaja berusia 14 tahun. Jalanan berkerikil rusak dilalui sebuah sepeda yang menang tidak begitu bagus.
"Ren, pelan sedikit!!" ucapnya membentak pada anak berkacamata yang lebih pendek darinya. Susah payah anak itu mengayuh sepeda hingga akhirnya berhenti.
"Nona, disini pemandangannya indah. Kita ambil foto ya!?" ucap Ren, yang terlihat sudah kelelahan.
"Dia sebenarnya makan apa!? Badannya kurus tapi tubuhnya sangat berat..." batin Ren menghela nafasnya, yang terengah-engah.
"Lumayan!!" Jeny mengeluarkan kamera kecil yang dibelikan almarhum ayahnya. Mulai mengambil gambar pemandangan di sekitarnya.
"Nona, boleh aku tau, supir ingin mengantar jemput anda setiap hari ke sekolah. Kenapa harus pulang denganku!?" tanyanya penasaran.
"Sosial eksperimen, di sekolah tidak ada yang tau aku orang kaya..." ucap Jeny sembari melihat satu persatu foto yang ditangkapnya. Tanpa di perhatikan Ren satu gambar remaja itu di ambilnya.
"Aku sudah tidak suka disini lagi, ayo kita pulang..." ucapnya, tersenyum cerah.
"Aku baru saja menghirup udara, jika bukan nonaku. Sudah aku..." Ren menahan kekesalannya dalam hati, menendang-nendang udara kesal.
"Kamu sedang apa!? Ayo cepat naik!!" Jeny mengenyitkan keningnya.
"Belajar bela diri, sedang latihan," jawabnya berjalan dengan langkah kaki lemas kembali mengayuh sepeda.
Ibu kandung Jeny adalah pengusaha ternama yang jarang pulang ke rumah, lebih sering tinggal di luar negeri, sedangkan ayahnya seorang polisi. Delapan tahun yang lalu, ayah dari Jeny membawa Ren yang merupakan korban penculikan tanpa identitas pulang ke rumahnya.
Pria berhati hangat itu, menyayangi Ren layaknya putranya sendiri. Namun naas, ayah Jeny meninggal saat bertugas. Tinggalah Jeny di rumah besar itu, dengan puluhan pelayan dan seorang anak yang diadopsi almarhum ayahnya.
Menindas, dan menjadikan kacung, agar dapat perhatian sepenuhnya dari anak pendek berkacamata yang seusia dengannya, begitulah cara Jeny menunjukkan kasih sayangnya.
"Ren, kalau kita dewasa dan kamu menikah nanti aku tidak akan datang..." ucapnya memeluk pinggang remaja itu.
"Itu masih lama, nona akan menikah lebih dulu dariku," Ren tersenyum, masih fokus dengan jalanan yang tidak rata di hadapannya.
"Aku tidak akan pernah menikah!! Ibu dan ayahku menikah tapi mereka tinggal terpisah, bahkan ibu hanya pulang enam bulan sekali," Jeny menghela nafasnya.
"Nyonya hanya terlalu sibuk dengan bisnisnya. Lagipula nyonyalah yang membiayai kehidupan nona," ucapnya penuh senyuman, tubuh kecilnya yang kurus masih mengayuh sepeda, peluh bercucuran dari pelipisnya.
Jeny menghela nafasnya,"Berhenti!!" ucapnya.
"Kenapa berhenti nona!?" Ren menghentikan laju sepedanya mengenyitkan keningnya, menatap nona mudanya.
"Biar aku saja, kamu naik di belakang!!" ucap remaja cantik itu.
"Tapi..." Ren nampak ragu.
"Tidak ada tapi-tapian!! Aku adalah nonamu, berarti aku adalah bosmu!!" Jeny membentak.
"Ya, kamu adalah bosnya, dan aku adalah seorang pesuruh... tapi..." batin Ren mulai menurut duduk di belakang.
Sepeda melaju dengan kencang tidak terkendali seperti dugaan Ren,"Nona, hentikan sepedanya!! Aku masih ingin hidup!!" teriaknya di jalanan menurun dengan tikungan tajam, menuju arah semak belukar.
Suara tangisan terdengar dari semak-semak, lutut Jeny terluka gores. Dengan wajah, lengan terluka, bahkan baju seragam yang sobek, Ren berusaha bangkit mendekati nonanya,"Nona tidak apa-apa!?" tanyanya cemas, meniup-niup luka Jeny.
"Sakit!! Ini semua karenamu!! Jika saja aku tidak kasihan melihatmu kelelahan!!" keluh Jeny sembari menangis terisak-isak.
Ren tersenyum simpul, entah kenapa remaja itu memeluk Jeny,"Ini semua memang kesalahanku..." ucapnya.
"Ini memang kesalahan Ren!!" tangisannya semakin kencang.
"Aku belikan permen ya!?" Ren tertawa kecil.
"Kamu kira usiaku masih enam tahun!!" ucapnya membentak.
"Tunggu sebentar..." Ren berlari ke arah jalan raya, menghentikan sebuah mobil pick up.
"Pak boleh numpang sampai di rumah besar ujung jalan!? teman saya kakinya sakit," ucapnya penuh senyuman.
"Naik saja dek..." pengemudi pick up memberi ijin.
Ren segera memapah nonanya yang hanya terkena luka gores. Mati matian pengemudi pickup menahan tawanya. Menatap siapa yang luka parah siapa yang dipapah.
Mesin mobil kembali menyala, Jeny mulai menutup hidungnya di bak belakang mobil pickup,"Mobilnya bau kambing," ucapnya.
"Semuanya original kambing..." Ren menghela nafasnya, menatap mobil yang kotor, dengan rumput berceceran.
"Makanya kamu cari tumpangan yang bagus!!" Jeny membentak.
"Kita jalan kaki sebelas kilometer hingga sampai kota. Baru saya cari tumpangan, pasti dapat yang bagus..." Ren menghembuskan nafas kasar berusaha bersabar.
"Sudahlah!!" Jeny merajuk, terdiam sejenak beberapa saat hingga bau yang lebih busuk lagi tercium.
"Kenapa tambah bau...!?" Jeny mengenyitkan keningnya, sembari menutup hidungnya.
"Maaf..." Ren mengalihkan pandangannya, merasa bersalah.
"Dasar kurang ajar!! Kamu kentut ya!? Apa saja yang kamu makan!? Kamu makan tikus mati ya!? bisa sebau ini!!" ucapnya sembari kembali menyiksa Ren, memukul kecil tubuh kurusnya, bahkan sempat-sempatnya menjambak.
"Manusia lahir dalam penderitaan, namun suatu hari nanti, sedikit demi sedikit akan mendapatkan kebahagiaannya. Tapi kapan aku bahagianya..." Fikir Ren merutuki nasibnya, menahan rasa sakit.
Mobil pick up berhenti di depan rumah terbesar di desa itu. Dengan hati-hati Ren kembali memapah nonanya.
"Terimakasih pak," ucap remaja itu.
"Dek kemari dulu," sang supir memanggil sang remaja.
Ren berjalan mendekat, hendak mendengarkan kata-kata sang supir. Supir itu sedikit berbisik."Nak, kalau sudah besar nanti jangan mau menikah dengan gadis seperti itu. Walaupun cantik, luka sedikit, manjanya seperti patah tulang, kalau nanti melahirkan mungkin akan menghajarmu habis habisan," Sang supir mengamati penampilan Ren yang teraniaya, dengan bekas jambakan di rambutnya.
Ren menjawab dengan berbisik,"Tidak apa-apa nanti dia akan menjadi istri tersabar dan terbaik di dunia,"
"Ren!! Cepat kemari!! Kakiku sakit!!" Jeny membentak.
"Iya nona..." Ren berlari menghampiri nonanya, perlahan memapahnya ke dalam rumah. Beberapa pelayan mengambilkan kotak P3K, dan baskom hangat untuk membersihkan luka,
"Ren akan mengobatiku, tinggalkan kami berdua," perintah Jeny pada para pelayan.
"Supir pickup tadi bilang apa!?" Jeny mengenyitkan keningnya penasaran, menatap wajah serius Ren yang tengah berlutut, mengobati luka di lutut Jeny.
"Dia bilang anda cantik..." jawabnya.
"Aku memang yang tercantik..." Jeny berucap penuh senyuman.
Ren mulai bangkit setelah selesai membalut luka, menatap wajah nonanya,"Anda memang yang tercantik," entah mendapatkan keberanian dari mana.
Ren menatap bibir gadis itu intens, mengecup bibir itu sekilas.
Jeny tertegun tidak dapat berkata-kata, seketika meraba bibirnya, dengan debaran jantung yang cepat.
"Maaf!!" Ren berucap dengan intonasi tinggi panik, berjalan cepat keluar dari rumah.
Otak Jeny baru kembali berfungsi setelah dilumpuhkan oleh ciuman pertama remaja yang selalu dijadikannya kacung.
"Ren, aku akan menghajarmu sampai mati!!" ucapnya berteriak membentak.
***
Hari telah berganti malam, Jeny tersenyum dengan wajah tersipu. Meletakkan foto seorang remaja laki-laki pendek, berkacamata.
"Ren bodoh!!" ucapnya dengan hati berdebar tidak karuan menggeliat menyembunyikan dirinya di dalam selimut. Seolah tenggelam dalam kebahagiaan dan rasa malu.
Sementara di kamar yang berbeda...
Seorang remaja meraih buku agenda, yang rangkap menjadi buku diary nya...
Wajahnya tersenyum, mulai menulis.
"Jeny sangat menggemaskan..." ucapnya memeluk erat buku yang telah usai ditulisnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Яцяу
nunggu bian-sesil up mampir lagi ke nona muda aja dulu.. 😍
2023-09-12
5
shirayuki_meong
apa si Ren ini si raja fir'aun???🤔
2023-01-12
3
Saena r
baru baca udh flashback aja
2022-11-06
3