Tujuh Belas - Fadly

"La, aku harap kamu nggak usah terlalu mikirin Junot dan Yola. Mikirin rencana kita aja, ya." A'am melirikku saat kami keluar kelas. Kami akan menuju aula sekolah untuk latihan paduan suara. Aku mengangguk mengiyakan. Ya.... aku harus bisa melupakan semua ini. Yola memang lebih pantas dengan Junot. Mereka sudah saling kenal lama. Dan Junot juga mengharapkan Yola.

Tiba-tiba A'am ngacir meninggalkanku di depan pintu aula. Katanya kebelet pipis.

"La?" aku tertegun mendengar suara itu. Ya Tuhan! Apa yang harus kukatakan.

"Hi?" jawabku pendek. Aku semakin berdebar. Apa Yola di sini?

"Oh, ya. Selamat, ya," aku tersenyum berusaha terlihat tulus pada Junot. Cowok itu mengernyit. Hmmm... pura-pura **** lagi.

"Selamat apa?" tanya dengan ekspresi tidak mengerti.

"Selamat karena apa yang kamu pengen udah kamu dapat," kataku. Aku melihat Junot tertegun sesaat.

"Maksud kamu, aku sama Yola?" 

Aku mengangguk. Mataku panas. Plisss! Jangan nangis di sini. Aku menggigit bibirku untuk menahan air mataku.

"Oh ya, ng... kamu harus traktir aku. Aku kan udah bantu kamu untuk dapetin Yola. Jadi kamu harus bayar." Aku nggak tahu giimana rupa wajahku saat ini. Apa senyumku sempurna? Apa tawaku sempurna?

"Oh ya. Kamu pernah janji ngajak aku jalan, kan? Kamu harus tepatin. Oh iya lupa. Kamu nggak bisa, ya? Sekarang kamu kan udah sama Yola. Aduh **** banget ya aku," aku kembali tertawa walau rasanya hambar banget. Junot hanya diam melihatku, tidak ada ekspresi.

"Thanks!" kata Junot pendek kemudian beranjak meninggalkanku. Air mataku akhirnya mengalir. Aku masih ingat saat di pesta Ganis, malam di mana saat aku jatuh cinta sama Junot.

"Kamu cantik, La." Hatiku saat itu seperti meloncat keluar.

***

Aku tidak selera melihat rendang daging favoritku. Hari ini aku memang tidak punya selera makan. Aku segera naik menuju kamarku. Saat hendak membuka pintu kamar, Mama menghampiriku. Di tangan Mama aku melihat gaun putih cantik. Aku tertegun.

"Bagus banget, Mam." Aku mengelus gaun itu. Sangat lembut.

"Buat Lala."

"Buat Lala?"

"Ntar malam ada pesta ulang tahun perkawinan di rumah teman Papa. Jadi kamu harus ikut dan kamu pakai gaun itu."

Pesta? Huh! Membosankan. Itu kan pesta orang-orang tua, ngapain juga aku harus ikut.

"Ngapain Lala ikut, Mam?"

"La, yang punya pesta ini rekanan Papa. Kita orang baru di sini jadi kita harus datang sama-sama biar bisa kenalan dengan semua keluarganya."

"Iya deh..." jawabku ogah-ogahan.

Aku mematut-matut diriku di depan cermin. Kamu cantik banget, Lala. Aku berseru pada bayanganku di cermin. Ternyata cantik itu terpancar dari dalam, ya. Bila kita ingin cantik, kita harus terus berpikir positif dan percaya diri. Dan aku sudah mulai menerapkan itu. Lihat aja, sekarang aku baru sadar kalau aku ternyata cantik. Mama dan Papa terus memujiku malam ini.

Mobil Papa memasuki sebuah halaman yang sangat luas dan di sana sudah ada beberapa mobil yang terparkir rapi.  Aku mengikuti langkah Papa dan Mama. Di depan pintu aku melihat seorang pria seumuran Papa tersenyum lebar ke arah kami. Dan di sampingnya berdiri seorang wanita anggun yang juga tersenyum ke arah kami.

Kami pun tiba di tempat acara. Tepatnya di pinggir kolam renang yang dihias seindah mungkin dengan puluhan lilin dan balon yang mengambang di atas kolam. Romantis banget. Dan di tepi kolam ada band jazzy yang mengalunkan the way you look at me secara jazz banget.

Aku melihat Papa dan Mama asyik berbincang dengan pasangan tuan rumah itu. Dan aku hanya terbengong sendiri.

"Lala, sini..." Mama memanggilku. Kemudian aku melihat wanita anggun itu tersenyum padaku.

"Lala, tante Vivi bilang anaknya satu sekolah sama kamu."

"Iya, anak tante juga sekolah di Pancasila. Tapi udah kelas tiga sekarang." Wanita yang bernama tante Vivi itu celingak-celinguk mencari seseorang.

"Tadi ada di sini kok anaknya. Nggak tahu kemana sekarang," kata tante Vivi sambil tersenyum. "Ohh.. itu dia... Fa... Fadly..."

Deg... Siapa tadi namanya? Fadly? Aku mengikuti arah pandangan tante Vivi. Waahhhhhh... Kejutan! Ternyata Fadly anak tante Vivi. Dan sekarang aku harus bertemu dengan cowok sombong itu di sini. Aduhh... mati aku.  Aku berusaha menyembunyikan wajahku. Tapi cowok itu sudah ada di hadapanku.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!