Dua - Bertemu Kembali dengan Junot

Aku memilih menghabiskan liburanku dengan terus berada di rumah. Aku tidak mau diajak Mama dan Papa pergi ke rumah teman-temannya. Pasti membosankan! Mending aku di rumah dan video call dengan Gigi. Yang buat aku sangat iri adalah mengetahui kalau Gigi menghabiskan liburannya di vila keluarganya di puncak bersama sepupu-sepupunya. Uh! Itu pasti seru banget. Jauh berbeda dengan keadaanku sekarang. Aku harus mendekam di dalam rumah.

Papa memang sudah lama meninggalkan kota kelahirannya ini. sejak umur sepuluh tahun, Papa harus pindah ke Kalimantan mengikuti Kakek yang bertugas sebagai perwira polisi di daerah itu. Dan sejak saat itulah, Papa jarang pulang ke Semarang.

Papa bertemu Mama dan saling jatuh cinta saat di Bandung. Setelah lulus SMA Papa memutuskan untuk kuliah di ITB. Mama adalah mahasiswi paling cantik saat itu menurut Papa. Tetapi kecantikan Mama juga disertai sifat Mama yang judes, apalagi sama cowok-cowok yang naksir dia. Papa adalah cowok yang beruntung yang dipilih Mama. Tapi, tentu saja, kejudesan Mama dan keras kepalanya masih bertahan sampai sekarang. Tanpa disadari, sifat Mama itu berbanding terbalik dengan sifatku.

Karena sifat Mama itu, aku ingin sekali punya saudara kandung. Dan bukannya menjadi anak tunggal. Paling tidak, sifat keras kepala Mama tidak ditunjukkan untukku seorang. Tetapi, sampai sekarang, di usiaku yang hampir tujuh belas tahun ini, aku tidak pernah mendapatkan seorang adik. Dulu, setiap aku merengek minta seorang adik, Mama pasti berkata permintaaanku belum dikabulkan Tuhan. Lama-lama aku lupa dengan permintaan itu. Dan sepertinya, Tuhan memang menunda untuk mengabulkan permintaan itu.

"Lala, kesini sebentar!" Aku mendengar suara ramai di bawah. Pasti Mama dan Papa pulang dengan membawa rombongan lagi. Dengan enggan, aku keluar dari kamar, dan tidak lupa berusaha tersenyum sebelum bertemu dengan teman-teman orang tuaku. Dan itu sudah biasa kulakukan sekarang.

Dengan senyum yang tersungging di bibir, aku menatap satu persatu teman Papa dan Mama, tetapi ada satu orang yang lain di antara mereka. Tatapanku berhenti pada satu sosok yang hhmmm... cakep, menurutku.

"Lala, udah besar dan cantik, ya. Tante sampai pangling, lho."

"Ingat nggak, La, sama tante Riani?" tanya Mama sambil tersenyum padaku.

"Sepertinya kalau sama Junot, ingat dong." Tante Riani melirik cowok yang tadi sempat membuat hatiku bergetar.

"Hai..." cowok itu menyapaku.

Ternyata, Tante Riani adalah tetangga kami sepuluh tahun yang lalu waktu di Jakarta. Dan Junot, yang aku ingat adalah cowok nakal menyebalkan saat itu. Dia sering mengejekku dengan satu kata yang membuatku memusuhinya sampai sekarang. Dan gara-gara itu aku jadi ingin kembali ke rahim Mama dan terlahir dengan rambut lurus.

"Week... keriting. Anak cewek kok rambutnya keriting, kayak indomie!"

Uggh..! menyebalkan! Memang salah ya punya rambut keriting. Lagian rambutku tidak keriting kok. Cuma ikal. Bukan keriting. Dasar! Dan hari ini orang yang sering mengjekku dengan kata itu, berdiri di hadapanku dengan charming-nya. Wajahku langsung merengut. Aku langsung mundur beberapa langkah karena aku yakin rambut ikalku ini yang menarik perhatiannya sekarang.

"Kamu masuk SMA Pancasila, kan?" Junot berusaha memecah kebisuhan di antara kami. Aku hanya bisa mengangguk. Duuh, goooblook-nya aku. Memang kamu bisu apa? Suara hatiku menyalahkanku karena sikapku yang terlalu 'coool'.

Mungkin karena melihat aku hanya bersikap seperti seorang autis dan sama sekali tidak bisa diajak ngobrol secara normal. Junot pun mulai memperlihatkan rasa bosannya saat berada di sisiku. Dia malah asyik membolak-balikkan majalah otomotif Papa dan bersikap cuek padaku. Karena bosan dari tadi terus mengheningkan cipta, akhirnya Junot memilih ikut bergabung dengan kelompok para orang tua, dan aku memandang pasrah sambil menyumpahi kebodohanku.

Tapi ketika hendak pulang, perkataan Junot sempat sedikit menghiburku.

"Besok ketemu di sekolah, ya."

Ahh... leganya.

.

Kris Wu sebagai Junot

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!