Risma Samaya.
Kini aku berada di sebuah taman yang sangat indah. Ada bunga mawar, bunga melati, sedap malam, dan lain pokoknya semua bunga ada di taman ini. Di taman ini juga ada sungai yang mengalir deras, aku sendiri nggak tahu dari mana ke mana aliran sungai ini.
Selain itu di taman ini banyak wanita yang berparas jelita dengan kecantikan yang luar biasa sempurna, dengan mata-mata mereka yang jeli, lebar, dan berbinar. Aku melihat salah satu dari wanita berparas cantik berpindah tempat seketika penuhlah tempat tersebut dengan wangi yang semerbak dan cahaya.
Oh, inikah yang namanya taman surga? Dan wanita-wanita yang berparas jelita dengan kecantikan yang luar biasa sempurna, dengan mata-mata mereka yang jeli, lebar, dan berbinar itu merupakan bidadari surga. Subhanallah, indah sekali.
Aku menggaruk kepala yang tak gatal. “Kenapa aku bisa ada di taman surge ini?” tanyaku dalam hati. Aku mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Hal terakhir yang aku lakukan tidur jam dua belas malam. Apakah Tuhan mencabut nyawaku saat tidur?
Jika hal itu terjadi, aku sangat berterima kasih pada Tuhan. Pasalnya aku sudah bosan hidup di dunia. Lagipula untuk apa hidup jika sudah tak memiliki cinta lagi?
“Kamu salah Risma, justru hidupmu itu dikelilingi oleh cinta yang tulus.” Terdengar suara pria di belakang. Aku pikir di taman surga ini hanya ada bidari surga saja tapi ternyata ada cowoknya juga. Kalau cowok namanya apa ya? Bidadara surga gitu?
Aku merasakan ada yang mengganjal dalam hatiku. Sesuatu yang mengganjal itu, cowok yang di belakangku kok bisa tahu namaku? Aku membalikkan badan ingin mengetahui siapa cowok di belakangku ini.
Kini aku berhadapan dengan cowok yang sepertinya sudah tak asing lagi di mataku. Cowok itu memiliki cirri-ciri berkulit putih, tinggi, berbadan tegap, alisnya tebal tapi sayang wajahnya bercahaya. Karena cahaya itulah yang membuat mataku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
“Kamu siapa?”
“Aku adalah orang yang tulus mencintaimu selama sepuluh tahun.” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Aku semakin bingung dibuat olehnya. Selama ini aku tak pernah merasa ada cowok yang mencintai selain Bastian, apalagi mencintaiku sampai sepuluh tahun.
“Kalau kamu mencintaiku, cepat katakan padaku namamu siapa dan orang mana!”
“Kamu nanti akan tahu sendiri siapa aku di waktu yang tepat.”
Teng…tong
Suara bel seperti di rumah terdengar oleh telingaku. Loh, emang di taman surga ada bel juga? Tiba-tiba cowok yang ada di depanku hilang dalam sekejap. “Hey, kamu kemana? Jangan pergi!” teriakku.
“Aku akan muncul lagi di depanmu di waktu yang tepat.”
Seketika mataku terbuka. Lagit-langit kamarku yang menjadi pertama penglihatanku. Hah? Jadi yang tadi itu Cuma mimpi? Aku masih bingung kayak sapi ompong, otakku berusaha mencerna apa arti mimpi itu? Selama 24 tahun aku hidup di dunia, tak pernah bermimpi didatangi cowok apalagi cowoknya mengatakan cinta.
Teng…tong
Lagi-lagi terdengar suara bel. Barulah aku menyadari bahwa bunyi bel itu yang membuatnya terbangun dari mimpi indah. “Ah, siapa sih yang datang? Gara-gara dia gue gagal mengetahui siapa orang yang mencintai gue?” Aku mulai menggerutu.
Teng…tong
Aku semakin kesal. Orang yang di luar rumah, tak sabaran banget. Ini ketiga kalinya dia memencet bel. “Iya, sebentar!” teriakku. Dengan malas aku menyeret langkah ke luar kamar ingin membuka pintu rumah.
Setelah pintu terbuka lebar, aku malah celingak-celinguk, sebab aku tak mendapati seorang pun. “Siapa yang tadi mencet bel ya? Jangan-jangan…”
Bulu kudukku berdiri membayangkan orang yang mencet bel itu makhluk astral. Namun tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah kotak persegi panjang. Kotak itu dilapisi kertas payung. Aku penasaran dengan kotak tersebut. Aku lalu memungut kotak itu. Di atas kertas payung tertulis “To : Risma Nabilla” namun tak ada nama pengirimnya.
Isi bingkisannya apa? Dan siapa yang mengirim bingkisan ini? Rasa penasarana ka n isi bingkisan menjalar dalam hatiku. Cepat-cepat merobek kertas payung yang menyelimuti bingkisan itu. Dalam hitungan menit aku sudah dapat melihat isi bingkisan. Isinya ternyata hanya buku bersampul warna biru muda dan gambarnya seorang malaikat yang lagi murung. Sampulnya sangat sesuai dengan judul novel, Malaikat Patah hati.
Dahiku berkerut membaca tagline novel ini, “Saat hatimu terluka, percayalah akan ada malaikat yang siap mengobati luka hatimu.”
Aku sudah tidak asing lagi dengan kalimat itu. Tapi aku dimana mendengar kalimat itu? Nath apa yang membuat bola mataku tiba-tiba tertuju ke arah jam dinding yang menempel di ruang tamu. Aku terpekik kaget saat melihat jarum jamnya. “Oh, my good. Sudah jam delapan. Mampus aku telat ke kantor.”
Tadi malam aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa hari ini harus mulai masuk kantor lagi setelah empat hari cuti. Aku bergegas masuk ke rumah untuk bersiap-siap ke kantor. Sementara novel yang kupegang, kutaruh di meja ruang tamu dulu. Nanti setelah pulang kantor baru kubaca novelnya.
***
Aku memang tak pernah bosan, meskipun mengucapkan doa yang sama setiap harinya. “Semoga Tuhan mengizinkan kita selalu bersama.”
Hari ini pun begitu, hujan di luar sana sudah pasti mendengar meskipun aku mengucapkannya selirih hembusan angin.
Sebelum kamu pergi ke suatu tempat yang jauh. Dalam hal ini kamu sudah tak mampu kujangkau dan tak bisa kuraih dalam pelukan. Memikirkan semua hal yang kamu katakan padaku.
“Aku selalu bersamamu, di hatimu. Aku akan menjagamu semampuku. Kamu tahu? Kamu itu mirip seperti bunga. Bunga mawar, aku tidak suka itu Kamu lebih seperti dandelion bergiri tegak di antara apapun. Menantang kelopaknya yang suatu hari akan pergi ditiup angin. Bukan pergi menghilang namun membawa harapan baru. Berjanjilah setelah inipun tetaplah menjadi dandelion. Ia mungkin rapuh tapi ia kuat.”
Padamu, sekali lagi selama rentang waktu yang telah kita lalui bersama, bukan hanya kebahagiaan yang kudapatkan. Ada kekosongan di sana. Aku menyebutnya kehampaan. Perlahan kehampaan itu menjadi lubang kesakitan. Aku berhasil bertahan hingga kemarin. Ya, pertahanan itu hancur ketika kamu mengakhiri hubungan ini dan memilih hidup bahagia bersama wanita lain.
Aku merasakan dada ini sakit. Berusaha mati-matian agar tidak menangis. Menguatkan diri bahwa aku tak selemah itu. Tapi percuma, mala mini ditemani hujan yang berubah gerimis, tangisku pun pecah.
Dan tiba-tiba aku mengingat ada sesuatu yang kutinggalkan di meja tamu pagi tadi sebelum jungkir balik bersiap-siap bekerja. Sebuah novel. Rasa penasaran menyelip lewat celah hatiku.
Begitu novelnya berhasil kutemukan. Hal pertama yang kubaca adalah sinopsisnya dulu.
Risma Nabilla, saat menerima undangan dari sahabatnya dari SD yang bernama Keyzia Anastasya perasaannya campur aduk antara sedih dan bahagia. Bahagia karena akhirnya Keyzia menemukan pasangan yang tepat setelah 20 kali gonta-ganti pacar, sedangkan sedihnya karena sahabatnya itu nikah mendahului dirinya. Waktu SD-SMA ia dan Keyzia selalu jajan sama-sama, bolos sama-sama, sakit sama-sama bahkan pernah ke toilet sama-sama. Ia inginnya sama-sama sukses dulu baru deh sama-sama nikah.
Bukan hanya itu saja yang dirasakan Risma, ia juga bingung mau datang ke nikahan Keyzia bersama siapa. Jika ia datang sendirian maka dirinya akan jadi santapan empuk sahabat-sahabatnya yang melempari pertanyaan, “Kapan nyusul?” Pasalnya semua teman-temannya waktu SD sudah memiliki suami dan anaknya masing-masing.
Di usia Risma yang 24 tahun, ia masih setia dengan status jomblonya. Bukan karena tak laku tapi karena dirinya susah moveon dari Bastian Yoel Permana, cowok yang memiliki senyum termanis di antara semua cowok di sekolah SMA-nya dulu. Risma dan Bastian pernah pernah menjalin cinta selama 11 bulan, sebelum dia pergi ke London untuk melanjutkan kuliah di sana.
Untung ada Felis, sahabatnya dari SD juga. Felis yang selalu setia menemani Risma jadi Risma tak terlalu sedih dengan status jomblonya. Felis memberikan saran ke Risma untuk cari gebetan baru biar bisa dibawa ke nikahan Keyzia. Agar saat ditanya kapan nyusul maka Risma menjawab, In Sha Allah nggak akan lama lagi, doain aja agar cinta kami sampai ke pelaminan.”
Risma setuju dengan ide Felis, ia pun minta Felis mencarikan gebetan sementara sampai Bastian kembali ke Indonesia. Cara Felis adalah membuka audisi pencarian gebetan sementara untuk Risma. Awalnya Risma tak setuju dengan audisi itu namun setelah dibujuk akhirnya luluh juga. Justru audisi itu mempertemukan Risma kembali dengan Bastian.
Akankah cinta Risma dan Bastian berjalan dengan mulus? Yuk, temukan jawabannya di novel ini.
Hanya membutuhkan waktu satu jam, aku telah menyelesaikan membaca novel ini. Jujur novel Malaikat Patah Hati merupakan novel pertama yang sukses membuatku menitikkan air mata. Dan novel ini juga yang membuatku penasaran setengah mati akan siapa penulisnya? Di novel hanya tertulis nama Pangeran cinta, dia tak mencantumkan biodata di belakang novel.
Firasatnya mengatakan penulis novel itu sangat mengenalku terbukti jalan cerita novel sama persis dengan apa yang kualami. Tak hanya itu, nama dan karakter tokoh juga sama memakai orang-orang di sekitarku, termasuk Bastian.
Aku mencoba mengingat siapa orang terdekatnya yang bisa bikin novel. Mas Bima? Rasanya tidak mungkin. Mas Bima itu sama sepertiku tertariknya dengan dunia kuliner dan tidak suka membaca. Felis? Memang dia suka membaca tapi sejak SD jika disuruh membuat puisi saja dia minta buatkan sama aku. Tak mungkin kan dia bisa nulis novel?
“Aku harus mencari tahu siapa penulis novel Malaikat Patah Hati,” tekadku bulat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments