Risma Samaya.
Boleh. Kita ketemu di Taman Balekambang ya. Untuk jamnya nanti saya kabari lagi.
Untuk tanggalnya 29 maret jam 16.00 ya*.
"Hah? Serius dia mau bertemu denganku?" teriakku kaget begitu membaca pesan dari Penulis Misterius di Facebookku.
Felis yang tadi asyik main Hago mendadak meletakkan HP-nya lalu beralih memandangi laptopku. "Bener kok. Lo nggak salah liat. Dia mau ketemu sama lo. Buruan bales, langsung iyain ajakannya."
Felis kemudian memasang wajah serius lagi berpikir. "Gue heran sama kenapa ya Penulis Misterius itu langsung mau diajakin ketemu sama lo? Padahal selama ini dia di sosmed super tertutup. Jangan-jangan sebenarnya dia pengagum rahasia lo?"
Aku angkat bahu. "Entahlah. Lagian siapa juga pengagum rahasia gue. Artis bukan, cantik nggak, malah nggak ada kelebihan apa pun dalam diri gue." Aku bernapas sejenak. "Yang bikin gue makin heran kenapa dia memilih tempat pertemuan di Taman Balekembang ya?"
"Emang kenapa dengan tempat itu?"
"Di sana banyak kenangan gue sama Mas Bima waktu kecil."
"Tapi kan tempat itu dah jadi wisata umum. Bukan cuma tempat kenangan kalian." Felis berdiri dari sofa. "Daripada lo bingung mikirin ini itu, mending sekarang lo ikut gue!"
Aku mengernyitkan dahi. "Ke mana?"
"Ya belanja beli baju lah."
"Ngapain? Baju gue di lemari masih banyak. Lagian ketemunya juga di Taman Balekembang. Ujung-ujungnya ntar liat rusa doang."
Felis menepuk jidatnya. "Ampun deh si Risma nih. Dengerin gue ya, si Penulis Misterius ini orang spesial. Dia bela-belain mau ketemu lo, masa lo nemuin dia make kaos oblong atau baby doll?"
Aku menyengir kuda. Felis hapal banget koleksi lemariku tak jauh-jauh dari kaos dan baby doll.
"Udah ah. Buruan siap-siap. Lo kudu ikut gue nyari baju."
Aku hanya bisa pasrah mengikuti maunya Felis.
***
Sialan, Felis malah membawaku ke Batik Danar Hadi. Siapa sih yang tak tahu tempat ini? Batik Danar Hadi itu sudah menjadi ciri khas kota Solo. Dibangun sejak 1967. Kata orang kalau beli batik tak mantap kalau tak di sini.
Masalahnya harga produk di sini mahal-mahal. Kemarin aku liat di IG mereka produk paling murah Rp. 350.000,- ke atas. Duitku cukup tak ya? Secara Mama dan Papa belum transfer uang jajan. Maklum tanggal tua.
"Fel, kita cari tempat lain aja yuk! Gue takut duit gue kurang."
Felis melotot tajam. "Ya terus, masa lo beli baju buat nemuin cowok spesial di Pasar Klewer? Yang elegan dikit dong. Udah ah, yuk masuk! Kalau duit lo kurang, entar gue tambahin. Pokoknya lo harus tampil spesial di depan Penulis Misterius itu!"
Felis lalu menarik tanganku memasuki toko Batik Danar Hadi.
Langkahku terhenti ketika di depan manekin yang memajang blouse batik cetak motif Tambal Kusuma Asri. "Fel, tunggu bentar. Gue keknya suka baju ini deh." Aku lihat label harganya. "Harganya juga murah Rp. 297.000,- nggak nyampe tiga ratus ribuan."
"Aduh, plis deh. Lo kan mau kencan sama cowok spesial masa make baju Blouse? Macam kerja kantoran aja," omel Felis.
"Ih, belum tentu juga kali dia ngajak gue ketemu buat kencan. Siapa tau cuma ketemu biasa."
"Apa pu itu, yang jelas Penulis Misterius itu orang spesial jadi lo kudu memakai baju spesial juga. Udah, lo tunggu di sini aja. Biar gue yang cariin baju yang tepat buat lo."
Felis kemudian mengitari toko. Aku hanya menatap heran. Aku yang mau ketemuan, kenapa Felis yang rempong memilihkan baju untukku?
Selang lima menit Felis kembali ke depanku dengan membawa Sack Dress kombinasi dengan outher batik cap motif Ceplok Baris. "Nah, kalau yang ini baru cocok buat lo ketemu sama Pangeran Misterius. Lo suka, kan?"
"Suka sih. Tapi ..." Ucapanku menggantung. Aku menelan ludah ketika melihat label harganya. "Harganya nyari 500k, Fel."
"Murah ini. Kalau duit lo kurang, biar gue yang tambahin."
Kalau sudah seperti ini apa boleh buat. Percuma juga menentang maunya Felis. Tak bakal menang.
***
Pukul 00.00
Lumpuhkanlah ingatanku dan hapus tentang dia
Lagu Geisha yang menjadi ring tone di ponsel pintarku berdering keras membuyarkan mimpi indahku. Siapa sih yang nelepon jam segini? Ganggu orang tidur aja.
Dengan mata terpejam aku meraba-raba meja meraih ponsel. Ketemu. Kuintip layarnya. Ternyata telepon dari Felis. Kuterima panggilan darinya.
"Hallo, kenapa Fel? Masih kangen sama gue jadi nelepon jam segini?"
"Happy birthday Risma. Doa gue tahun ini cuma satu. Moga lo jodoh sama penulis novel Malaikat Patah Hati."
"Ya elah, gue kira ada apaan. Ternyata cuma ngucapin met ultah doang."
"Ya dong, karena gue mau jadi orang pertama yang ngucapin ultah ke lo."
Aku tertegun. Tiap tahun Mas Bima selalu jadi orang pertama yang mengucapkan ulang tahun kepadaku. Kok sekarang Felis?
"Yeee ... yang ulang tahun kok malah diem?" teriak Felis.
"Gue masih ngantuk. Besok aja ya ngobrolnya."
Klik. Aku mematikan telepon Felis. Menjawab rasa penasaranku, aku buka chat Whatsapp, Facebook dan Instagram. Sama sekali tak ada ucapan dari Mas Bima. Entah kenapa baru kali ini aku merasa kecewa padanya.
***
Saat yang ditunggu tiba. Aku kini sudah berada di Taman Balekambang. Namun, kok sepi? Sama sekali tak ada orang. Jangankan orang, rusa, ayam dan binantang yang biasa berkeliaran di tempat ini aja tak kelihatan.
"Mbak Risma Nabila ya?" sapa seorang pria mengenakan kemeja putih dan rompi.
"Iya, siapa ya?"
"Mbak sudah ditunggu Pangeran Cinta. Mari ikut saya."
Aku mengikuti langkah pria itu. Sampai pada akhirnya langkahnya terhenti di tepi kolam yang ada patung Partinah. Seketika mataku melebar melihat pemandangan di depan ini.
Ada meja makan. Sekitarnya dipenuhi kelopak-kelopak mawar putih membentuk simbol love. Di dalamnya ada tulisan 'i love you. Will you marry me?'
Seketika dadaku sesak napas. Penulis misterius melamarku? Aku mimpi nggak sih? Berkali-kali aku mengucek mata, yang kulihat masih sama artinya nggak mimpi.
"Hai," tegur suara bas seorang pria. Suara itu famier di telingaku. Aku menoleh.
Tepat di samping meja makan ini, berdiri tegap sosok membelakangiku. Ciri-ciri badannya sama persis seperti mimpiku tempo hari. Siapa dia? Berasa familiar. Namun, tak berani menduga-duga.
"Kamu beneran penulis novel Malaikat Patah Hati?"
"Iya, ini aku. Sosok yang akhir-akhir ini membuatmu penasaran. Kamu sudah siap mengetahui identitasku yang sebenarnya?"
Pelan-pelan pria di depanku ini membalikkan badan. Jantungku semakin berdegup kencang serasa mau bertemu dengan harimau. Dalam hati aku berdoa. "Plis, moga gue nggak pingsan begitu liat wajahnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments