Arya Bima.
“Coba deh lo baca, itu sms terakhir dari Bastian! Isinya sama persis kan dengan tagline di novel ini?”
Kalimat itulah yang berhasil ditangkap oleh telinga gue. Ajaib, kalimat itu mampu menyulut emosi. Ah, sial. Apa coba maksud Bastian mengirim sms ke Risma dengan kata-kata yang sama persis dengan tagline novel gue? Apakah dia ingin berniat merebut Risma lagi dari gue?
Gue refleks menghampiri Risma. Padahal tadinya mau nguping pembicaraan mereka doang.
"Jangan!" Spontan gue mencegah Risma menyelidiki Bastian.
Risma berdiri seraya melempar tatapan heran. "Kok jangan sih? Mas Bima mau aku mati penasaran?"
Gue jadi salah tingkah. Menggaruk kepalanya yang emang ketombean. "Ya karena ..." Ucapan gue menggantung. Karena bingung harus mencari alasan apa.
"Karena apa hayooo? Ayo, jujur sama gue pasti ada yang lo tutupi."
"Nggak ada sumpah." Gue berusaha meyakinkanku. Risma memicingkan mata tajam ke arah gue. Sepertinya, gue tetap curiga sama gue.
"Ya jangan, karena percuma. Cuma buang waktu lo aja. Orang yang sudah nyakitin lo, nggak mungkin manis-manisin lo lagi," lanjut gue lagi.
Sialnya, Felis malah setuju menyelidiki apakah Bastian adalah penulis Malaikat Patah Hati. Buru-buru gue keluar dari rumah Risma dan langsung naik motor ke rumah Bastian
Dengan gusar gue menambah kecepatan laju motor agar cepat sampai di rumah Bastian. Gue tahu sekarang sudah jam Sembilan malam, jam dimana orang sudah beristirahat tapi gue tak peduli akan hal itu. Yang ada di otak gue hanyalah ingin segera mendengar penjelasannya tentang maksud sms terakhir yang dikirimkannya ke Risma.
Rumah Bastian itu ada di Kartopuran, jaraknya cukup jauh dari rumah Risma. Sekitar tiga puluh menitan baru sampai di sana.
Karena kecepatan laju motor gue yang tinggi akhirnya gue sampai di rumah Bastian hanya dalam waktu lima belas menit. Untungnya gue selamat sampai tujuan. Langsung saja gue turun dari motor lalu mengetuk pintu rumah Bastian.
Tok…Tok…Tok
Tak lama kemudian wanita paruh baya mengenakan daster lusuh membukakan pintu. Dari pakaiannya gue menduga wanita paruh baya itu asisten rumah tangga Bastian.
“Maaf, anda mau cari siapa?” tanya wanita paruh baya itu.
“Saya mencari Bastian. Dia ada di rumah?”
“Den Bastian lagi tidak ada di rumah. Tadi sore pergi sama istrinya.”
“Pergi kemana?”
“Kalau soal kemana perginya saya tidak tahu.”
Gue mengacak rambut sendiri. “Ah, sial. Begonya gue. Kenapa gue tadi nggak nelpon dia dulu sebelum datang ke rumahnya?” gue memaki diri sendiri.
Gue merogoh saku celana untuk mengambil smartphone, setelah itu menekan nomor Bastian yang sudah ada di luar kepala. Barulah mendekatkan telepon ke telinga.
“Halo, lo lagi. Ngapain nelpon malam-malam?” ujurnya di ujung telepon. Untung dia lngsung mengangkat telepon dari gue.
“Gue lagi ada di rumah lo nih. Lo sekarang lagi ada dimana?”
“Ngapain lo ke rumah gue? Kangen ya ma gue?”
Gue mendengus kesal. Gue nanya eh dia malah nanya balik. “Ada sesuatu yang mau gue tanyakan ke lo. Penting! Sekarang juga cepet lo bilang dimana keberadaan lo!”
“Nggak bisa besok aja apa? Gue lagi honeymoon ma istri gue nih.”
“Nggk bisa. Cepet deh lo bilang dimana keberadaan lo!”
“Ya, udah deh. Gue sekarang lagi di hotel bokap gue.”
“Oke, gue langsung ke sana.”
Gue memutuskan sambungan telepon. Gue berlalu begitu saja meninggalkan rumah Bastian.
***
Bastian sudah menyambut kedatangan gue di depan pintu masuk hotel. Baguslah, jadi gue tak perlu nanyain receptionis dimana kamar Bastian.
“Hey, wajah lo kusut banget. Kenapa sih lo malam-malam nyamperin gue?” Tanya dia begitu gue berdiri di depannya.
“Gue mau nanya ma lo, apa maksud lo ngirim sms terakhir ke Risma make kata-kata yang sama persis di tagline gue?”
Bastian menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Maksud lo apa sih? Nggak ngerti gue.”
“Lo ada kirim sms ke Risma make kata-kata Saat hatimu terluka, percayalah akan ada malaikat yang siap mengobati luka hatimu. Kan?”
“Iya, emang kenapa?”
“Kalimat yang lo kirim ke Risma lewat sms itu merupakan kalimat tagline di novel gue. Lo tau nggak gara-gara lo, Risma mengira penulis novel Malaikat Patah Hati itu lo padahalkan gue.”
Bastian geleng-geleng kepala sambil terkekeh. “Hahaha … jadi lo nyamperin gue malam-malam Cuma nanyain itu doing?
“Bagi gue hal itu penting! Sekarang lo jelasin maksud lo kirim kata-kata itu ke Risma.”
“Oke, sorry banget. Gue sama sekali nggak ada maksud apa pun. Gue juga nggak tau, kalimat sms terakhir yang gue kirim ke Risma itu tagline novel lo.”
“Pokoknya lo harus tanggung jawab!”
“Dengan cara?”
“Lo bilang ke Risma bahwa lo bukan penulis novel Malaikat Patah Hati.”
“Kalau dia curiga gimana? Terus nanyain siapa penulis asli novel Malaikat Patah Hati gue harus jawab apa?”
“Itu terserah lo. Yang jelas lo harus bilang kayak gitu ke Risma, tapi jangan sampai Risma curiga! Dan satu lagi lo jangan ngasih tau bahwa gue lah penulis novel itu sebenarnya. Gue pengen bikin dia penasaran dulu.”
“Oke, deh. Gampang lah. Ada lagi nggak yang mau lo tanyain ke gue?”
“Kayaknya itu aja deh. Gue pamit dulu ya. Sorry kalau gue ganggu lo.”
Lega rasanya setelah menjelasan dari Bastian. Gue kembali melajukan motor kesayangan untuk pulang ke rumah.
***
Gue kaget tiba-tiba ada Felis di kamar gue. Dia berdiri depan rak buku. Sialnya novel-novel belum gue umpetin. Gawat bisa ketahuan identitas gue.
"Ngapain lo ke sini? Nggak sopan banget masuk kamar cowok?"
"Mama lo yang izinin langsung masuk kamar. Gue ke sini karena lo tadi di rumah Risma sangat mencurigakan. Hayo, kenapa? Jangan-jangan ..." Felis menatap mata gue.
Gue gugup dan berusaha menghindari tatapannya. Jujur, gue belum siap Felis mengetahui identitas gue. Dia ember banget.
"Jangan-jangan lo suka sama Risma ya? Dan lo cegah Risma nyelidiki Bastian karena takut Bastian bakal ngaku terus Risma direbut Bastian lagi?"
Gue bernapas lega Felis belum tahu identitas gue. "Nah, iya itu alasannya."
"Kalau lo suka Risma kenapa nggak langsung bilang aja sih? Atau lo ngaku aja bahwa lo itu adalah penulis Malaikat Patah Hati. Dengan gitu gue nggak perlu repot-repot selidiki Bastian lagi."
"Belum saatnya dia tau. Gue masih nunggu momen yang tepat."
Felis mengamati rak buku gue. "Kok lo banyak buku? Sejak kapan suka baca novel? Terus kok di rak lo banyak novel Malaikat Patah Hati?"
Mampussss. Gue harus jawab apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments