Risma Samaya.
Alfamart, tempatku berpijak saat ini. Alfamart adalah jaringan minimarket bahan pokok sehari-hari terbaik, dengan member terbanyak di Indonesia. Berdirinya sejak tahun 1989. Aku datang ke tempat ini tentunya bersama Felis, dengan tujuan ingin belanja keperluan sehari-hari. Sebab di tempat ini harga-harga barang yang dijual lebih murah dibanding minimarket lain.
Sebenarnya alfamart jauh dari rumahku, harus menempuh perjalanan setengah jam naik motor dulu. Namun bagiku hal itu tak mengapa. Yang penting harga murah. Sloganku dari dulu. “Jika ada yang menjual barang lebih murah ngapain datangin ke tempat yang lebih mahal?”
“Eh, Ris. Tunggu…” ucap Felis secara mendadak. Terpaksa aku menghentikan langkah tepat di depan pintu masuk Alfamart.
“Kenapa, Fel?”
“Kayaknya gue lupa cabut kunci motor deh. Gue ke parkiran dulu ya. Lo duluan aja ntar gue nyusul.”
“Huft, penyakit pelupanya Felis kumat,” batinku kesal. “Ya, udah deh.”
Aku kembali melanjutkan langkah untuk memasuki Alfamart. Namun sesuatu hal tak terduga terjadi. Aku berpasasan dengan Bastian. Dia tak sendiri melainkan bergandengan tangan dengan wanita super cantik. Mungkinkah wanita itu istrinya? Kenapa aku dipertemukan dengan dia lagi? Aku tak sanggup melihatnya bermesraan dengan wanita lain.
Tes!
Airmata jatuh dengan sendirinya mengenai telapak tanganku. Aduh, lagi-lagi aku menangis jika melihat Bastian. Ah, cengeng banget sih aku ini. Cepat-cepat aku mengusap airmata.
“Inget Risma, Bastian itu jodoh cewek lain yang sempat nyasar di hati lo. Ngapain lo nangisi orang nyasar?” ujarku mencoba menghibur diri.
Aku pura-pura tak melihatnya. Ketika aku mulai melangkahkan kaki lagi, aku merasakan lengan kanan disentuh oleh sesuatu. “Tunggu, Ris. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu.”
Deg!
“Aduh, ngapain sih dia makai nahan aku segala? Belum puaskah dia nyakiti hatiku?”
Aku melepaskan tangan Bastian dengan kasar. “Lepas. Hanya kekasihku yang boleh menyentuh tanganku. Dan kamu bukan kekasihku lagi.” Aku pura-pura jutek padanya, padahal dalam hati bahagia sekali Bastian menyentuh tanganku lagi walau sesaat.
“Maaf, aku nggak ada waktu untuk bicara denganmu.”
“Nggak akan lama. Hanya lima menit.”
Aku terdiam sejenak, memikirkan mau atau tidak bicara dengan Bastian. Setelah dipikir-pikir akhirnya aku menganggukkan kepala tanda memenuhi permintaannya.
“Kalau gitu kita bicara di sana aja yuk? Nggak enak bicara di depan pintu.” Tangan Bastian menjukkan pohon mangga yang ada di pojok parkiran sana. Lagi-lagi aku menuruti permintaan Bastian.
Aku mengikuti langkahnya dari belakang. Hingga akhirnya sampailah di tempat yang dimaksud Bastian tadi. “Nah, sekarang cepat bilang kamu bicara apa?” tanyaku langsung te the poin.
“Aku cuma ingin bilang bahwa aku bukan penulis novel Malaikat Patah Hati yang seperti kamu kira.”
Mataku membulat, kaget dengan apa yang diucapkannya. “Kok kamu tahu aku mengira kamu penulis novel Malaikat Patah Hati?”
“Kamu nggak perlu tahu mengapa aku bisa mengetahui hal itu! Yang jelas aku bukan penulis novel Malaikat Patah Hati.”
“Kalau bukan kamu penulis novel itu kenapa kamu mengirimkan sms terakhir menggunakan kalimat yang sama persis dengan tagline novel itu?”
“Kemarin itu aku iseng aja ngucapin kalimat itu lewat sms.”
Setelah berkata demikian Bastian pergi dari hadapanku. Dia kembali menggandeng kekasihnya. Sedangkan aku masih berdiri memaku menatap kepergian mereka. Rasa nyeri di hatiku terasa lagi. Bastian tadi berbicara denganku seolah-olah kita tak pernah menjalin hubungan.
Jika Bastian bukan penulis novel Malaikat Patah Hati, lalu siapa? Hancurlah sudah harapanku untuk bisa bersatu kembali dengan Bastian.
***
Sudah jam 12 malam, aku masih saja terjaga. Mungkin karena otakku sibuk memikirkan perkataan Felis tadi malam. “Ratusan penulis ada di twitter gue dan sering mention-mentionan ma gue kecuali penulis novel ini. Dia kalau gue mention nggak pernah balas.”
Masa sih dia nggak pernah balas mention dari pembacanya? Pembaca itu kan jantung hati penulis, harusnya dia komunikasi sama pembaca juga dong?
Berbagai pertanyaan bersarang di otak dan hatiku. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, aku ingin membuktikan sendiri ucapan Felis tadi malam.
Dengan sigap aku bangkit dari tempat tidur lalu menyambar laptop kesayangan dan modem yang tergeletak di atas meja samping tempat tidur. Ntah sudah berapa lama laptop ini tak terjamah olehku.
Pertama-tama aku mengirim pulsa dulu ke nomor modem. Kebetulan usaha sampinganku itu jualan pulsa jadi tak perlu pusing mencari pulsa malam-malam gini. Yes, pulsa sudah masuk baru lah aku melancarkan misiku mencari tahu tentang penulis misterius itu dengan online facebook dan twitter.
Untung sinyal modem laagi baik jadi online bisa lancer. Hanya dalam waktu beberapa detik aku sudah masuk ke beranda facebook dan twitter. Jari-jari tanganku menari lincah di keybord laptop untuk mengetik nama Pangeran Cinta di kolom pencarian facebook.
Ada lima akun facebook yang menggunakan nickname Pangeran Cinta. Aku memerhatikan satu-persatu foto profil akun-akun tersebut. Akun satu sampai empat foto profilnya hanya gambar meme kartun, sedangkan akun terakhir memakai foto profil cover novel Malaikat Patah Hati. Hatiku yakin akun penulis misterius itu akun yang nomor lima. Langsung saja aku klik akun tersebut.
Melihat kronologi akun facebook-nya ternyata sudah berteman dengan akunku. Aku menggaruk kepala yang tak gatal. Kapan aku menambahkan permintaan pertemanan ke akunnya? Apa mungkin Felis yang menambahkan permintaan pertemanan ke dia memakai akunku? Ya, Felis memang sering memakai akun facebookku jika akun facebook-nya eror.
Aku pun tak memusingkan hal itu. Aku bersyukur, itu artinya aku bisa langsung mengirimkan pesan ke akun facebook-nya. Aturan facebook yang baru, bisa mengirimkan pesan jika sudah berteman.
Hey
Hanya satu kata yang aku layangkan ke akunnya. Aku berharap pesanku segera dib alas. Ada tanda bulatan kecil warna hijau di samping nickname akunnya, yang menandakan dia lagi online.
Hey juga
Jantungku rasanya mau lompat-lompat ketika membaca balasan dari penulis misterius itu. Ini benar-benar di luar dugaanku. Benar tebakanku tak pernah meleset. Mana mungkin seorang penulis cuek terhadap pembaca? Bisa jadi mention Felis selama ini tak pernah dibalas karena mentionnya kelelep saking banyaknya pembaca yang mention dia.
Semangat 45 aku membalas pesan penulis misterius itu.
Kakak, kenalin aku Risma pembaca novel Malaikat Patah Hati. Wah, novel kakak keren banget. Aku suka deh.
Awal-awal chat sama orang pastilah aku basa-basi dulu. Tak mungkin kan jika langsung kepoin dia tentang identitasnya. Perlahan tapi pasti. Itulah yang kulakukan sekarang. Penulis misterius itu membalas pesanku lagi.
Wah, makasih ya sudah membaca novelku. Maaf jika mengecewakan.
Kurasa basa-basinya sudah dulu. Sekarang baru deh mulai kepo.
Kakak aku boleh nanya sesuatu nggak?
Muncul pesan dari dia lagi.
Pangeran Cinta : Boleh nanya apa?
Aku : Ide novel itu darimana sih?
Pangeran Cinta : Dari wanita yang sangat kucintai. Dia malaikat untukku, namun dia juga membuatku patah hati. Makanya judul novelnya Malaikat Patah Hati.
Layar laptop tiba-tiba meredup, kulirik bagian pojok bawah sebelah kiri laptop. Ternyata batrai laptop lemah. Mendadak laptop mati dengan sendirinya. Ah, sial. Kenapa harus mati sekarang? Padahal tadi aku ingin menanyakan pada misterius itu seperti ini, “Apakah nama tokoh di novel itu benar-benar ada dalam hidup kakak?”
Segala yang terjadi di dunia sudah diatur oleh Tuhan. Mungkin belum saatnya aku mengetahui siapa penulis misterius itu. Aku berharap dia masih mau membalas pesanku agar aku segera mengetahui identitasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments