Hah? Sriwidari? Dari sekian banyak tempat yang ada di Solo, kenapa coba si Felis membawaku ke Sriwidari? Emang aku anak kecil?
Sriwidari ini bisa disebut Dufannya wong Solo. Karena di Sriwidari ini banyak wahana permainan anak-anak, seperti : komedi putar, tong edan, kuda-kudaan, mobil senggol, sampai rumah hantu juga ada di sini.
“Eh, Felis lo nyebelin banget sih jadi orang. Katanya mau bawa gue ke suatu tempat yang bikin galau hilang, kenapa lo malah bawa gue ke Sriwidari? Emang gue anak kecil?” aku mulai nyerocos mengomeli Felis.
Orang yang diomeli hanya menyengir, memarkan gigi kelincinya yang putih. “Hehehe … tempat yang bisa bikin galau lo hilang ya di sini. Ayo ah kita masuk!”
Si Felis tiba-tiba menarik tanganku. Huft, menyebalkan. Heran si Felis demen banget narik-narik tanganku. Kini aku hanya bisa pasrah mengikuti langkah Felis. “Semoga Felis nggak maksa aku naik komedi putar atau apalah namanya. Pokoknya wahana permainan yang berhubungan dengan ketinggian. Pasalnya aku phobia ketinggian,” doaku dalam hati.
Tanpa terasa langkah Felis terhenti di sebuah tempat, bukan di tempat wahana komedi putar melainkan rumah hantu. “Kita akan masuk rumah hantu ini?” tebakku.
“Emang hantu-hantu di sana bisa bikin galau gue hilang?”
“Gue pernah baca artikel di Mbah Google, katanya hantu-hantu yang ada di rumah hantu Sriwidari ini penampilannya lucu banget. Siapa tau aja setelah lo liat mereka lo bisa ketawa. Kalau lo bisa ketawa otomatis kegalauan lo sedikit berkurang. Ayo ah kita masuk!”
“Wait, gue nunggu kalian di luar aja ya. Soalnya gue janjian sama temen, kalau gue masuk ntar dia ribet nyari gue,” sahut Mas Bima.
Aku tahu banget, apa yang dikatakan Mas Bima tadi hanya alasan belaka. Yang sebenarnya adalah dia paling takut dengan segala hal yang berbau mistis. Termasuk yang namanya hantu.
“No, pokoknya kita bertiga harus masuk ke rumah hantu ini!”
Jika tadi Felis narik-narik tanganku, sekarang Felis justru menarik tangan Mas Bima. Sehingga mau tak mau mas Bima harus masuk rumah hantu ini. Mendadak raut wajah Mas Bima berubah jadi pucat pasi. Dia pasti takut banget. Melihat ekspresi wajahnya yang seperti itu aku jadi terkikik geli dalam hati. Seru juga mengerjain Mas Bima.
Memasuki rumah hantu ini tidak jalan kaki, tapi naik kereta api mini anak-anak. Kmi bertiga memilih gerbong nomor dua dari depan. Aku memilih duduk tengah, mas Bima sebelah kananku sedangkan Felis sebelah kiriku.
Begitu kami naik ke kereta mini ini pun melaju sendirinya. Baru saja lima menit kereta mini ini jalan, hantu-hantu mulai bermunculan. Mereka di antaranya : ada pocong, kuntilanak, sundel bolong, dan tuyul. Benar apa yang dikatakan Felis hantu-hantu di sini itu tidak seram tapi lucu.
Berhubung suasana hatiku lagi galau, selucu apapun penampilan mereka tetap saja takkan pernah bisa membuatku tertawa hari. Otak dan hatiku tertuju ke Bastian Yoel Permana.
Lima belas menit kemudian kereta mini ini berhasil keluar dari rumah hantu. Mas Bima pasti senang banget karena dia terbebas dari penderitaan. Aku juga senang sih, siapa tahu setelah ini Felis mengajakku pulang.
Kereta mini ini berhenti. Mas Bima dan Felis turun duluan, setelah itu baru aku yang turun. “Felis, kita pulang yuk! Ntar gue dicariin nyokap!” ujarku beralasan. Padahal aslinya aku lagi bad mood jalan, bawaannya cuma ingin di rumah meluk guling.
Felis mengangkat tangan kanannya, lalu matanya tertuju pada jam yang melingkar. “Ah, baru juga jam satu. Kita pulang nanti sore aja. Kita ke sana dulu yuk!”
Lagi-lagi Felis menarik tanganku. Kali ini Felis akan membawaku kemana lagi ya? “Semoga Felis nggak maksa aku naik komedi putar atau apalah namanya. Pokoknya wahana permainan yang berhubungan dengan ketinggian. Pasalnya aku phobia ketinggian.” Doaku masih sama seperti saat memasuki Sriwidari.
***
Setelah Felis membawaku ke rumah hantu, sekarang dia malah membawaku ke tempat konser. Aku sendiri tak tahu konser siapa. Yang pasti tempat konser ini masih di Sriwidari. Firasatku mengatakan paling yang konser artis tak terkenal. Sriwidari mana mampu mengundang artis papan atas.
Tiba-tiba muncullah dua wanita cantik di atas panggung. Mataku terbelalak melihat mereka. Mereka tak lain dan tak bukan adalah artis idolaku, Maha Dewi. Aku mengidolakan mereka karena lagu mereka itu keren-keren terutama yang berjudul Kosong.
“Halo, penonton. Apa kabar semuanya? Hari ini kita nyanyi bareng-bareng ya?” ujar Tata Maha Dewi. Tak lama kemudian terdengar intro music lagi kesukaanku, Kosong.
Di dalam keramaian aku masih merasa sepi
Sendiri memikirkan kamu
Kau genggam hati
Dan tuliskan namamu
Tuliskan namamu
Lagu yang dinyanyikan Maha Dewi, sama persis dengan apa yang kurasakn saat ini. Aku berada di tempat ramai, sekelilingku bernyanyi ria tapi hatiku tetap saja sepi karena memikirkan Bastian Yoel Permana. Ya, Tuhan kenapa dia susah sekali dienyahkan dari pikiran dan hatiku?
Aku tenggelam dalam lamunan tentang saat-sat terindah bersama Bastian. Detik demi detik terus bergulir. Tiba-tiba Felis mengibaskan tangannya di depan mataku. “Woy, kok lo bengong aja sih?”
Suara cempreng Felis menyadarkanku bahwa konsernya telah selesai. Sekitarku juga sudah sepi, hanya tersisa aku Felis dan mas Bima. “Felis, kita pulang yuk! Mendadak gue nggak enak badan nih!” ujarku berbohong.
“Ya, udah deh kita pulang sekarang. Lagian sudah jam lima sekarang.”
Aku bernapas lega akhirnya Felis mau juga diajakin pulang. Ah, senangnya hatiku. Aku jadi tak sabar ingin segera sampai rumah biar bisa menangis di pelukan guling sepuasnya.
***
Nomor Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Kelima kalinya aku mencoba telepon Bastian. Aku ingin minta kejelasan kenapa dia tiba-tiba meninggalkan gue lagi? Kenapa harus hadir lagi dengan membawa sejuta luka? Sialnya, nggak aktif.
Aku membanting ponsel ke kasur. Lalu, meraih tas tangan. Aku harus minta penjelasan Bastian secara langsung di rumahnya.
Realita nggak seindah apa yang dipikirkan. Sesampai di rumah Bastian, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Bastian sedang suap-suapan mesra dengan seorang mata.
Aku coba kuatkan hati dan raga untuk menghampiri.
"Bas ... bastian," ujar Risma lirih. Air matanya mengalir deras di pipinya.
Bastian tersentak melihat kehadiran Risma. "Risma ngapain ke sini?"
Bastian menarik tangan Risma menuju tempat sepi.
"Aku butuh penjelasan darimu. Aku ingin minta kejelasan kenapa dia tiba-tiba meninggalkan aku lagi? Kenapa harus hadir lagi dengan membawa sejuta luka? Nggak tau betapa tersiksanya aku pas kamu ke London?"
"Nggak ada yang perlu aku jelaskan lagi. Semua sudah aku jelaskan secara rinci di SMS. Maaf udah nyakitin kamu keduakalinya. Intinya kita nggak jodoh. Tolong relain aku bersama yang lain."
Setelah berkata demikian Bastian meninggalkan Risma yang terduduk lesu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments