Jembatan adalah sebuah jalan penghubung antara alam yang satu dengan alam yang lain.
Jembatan angker di sebuah kabupaten. Menghantui para pejalan kaki dan kendaraan yang lalu-lalang.
Tidak jarang juga memakan banyak korban.
Kisah petualangan manusia yang berani berkorban demi mewujudkan kebenaran.
Melawan para penjahat dari dunia kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat Bersembunyi
Kabupaten yang berbeda
Kemarin,
Raul sampai di tempat yang menjadi pemberhentian berikutnya.
Di pelosok daerah yang baru pertama kali didatangi.
Tujuannya untuk bersembunyi dan mempersiapkan diri.
Raul yang sudah tidak lagi menjadi dukun sedang mencari rumah baru. Untuk disewa barang beberapa minggu.
"Selamat pagi bapak-bapak",
"Selamat pagi",
"Mau kemana mas?",
"Saya mau cari tempat indekos atau rumah kontrakan",
"Kalau daerah di sekitar sini dimana ya?",
Salah seorang dari bapak-bapak yang sedang bekerja bakti memberikan Raul petunjuk.
"Pergilah ke sana",
"Di sana ada kamar indekos yang disewakan per bulan",
"Terimakasih pak",
Begitu sampai di rumah yang dimaksud. Ternyata rumah itu tutup.
Kosong karena para penghuni nya sedang pergi bertamasya ke luar kota.
Begitulah keterangan dari tetangga yang paling dekat. Dan memang rumah itu menyediakan kamar untuk dikontrakkan.
Rumah itulah yang nanti malam mengalami musibah kebakaran yang lagi-lagi untuk ketujuh kalinya secara beruntun menggegerkan warga kabupaten yang berbeda.
Raul pun pergi mencari pilihan yang lain kalau-kalau masih ada yang menarik.
Tapi sampai di terik siang. Raul tidak kunjung menemukan.
Raul berpapasan dengan salah seorang warga.
"Kalau mau yang lebih mahal ada mas",
"Vila di dekat pusat kota",
"Tapi biasanya rumah itu dipakai sebagai rumah dinas",
"Untuk menginap tamu-tamu dari luar kota",
"Kalau yang seperti itu tidak cocok untuk keperluan saya mas",
"Oya mas, kalau kandang unggas di daerah ini kenapa banyak yang kosong ya?",
"Sudah dari sejak lama warga di sini tidak ada yang beternak unggas lagi",
"Kenapa begitu?",
"Kalau siang sering dimakan predator",
"Kalau malam hilang secara misterius",
"Maling mas?",
"Kata orang pintar diambil sama para lelembut",
Karena hari sudah sore dan tidak lama lagi malam.
Alih-alih melanjutkan mencari tempat penginapan.
Raul dengan nekat masuk ke dalam hutan.
Raul sudah tidak lagi menjadi seorang krutan. Ia pergi ke dalam hutan tidak untuk mencari barang keramat atau pun benda pusaka.
Tapi ada keperluan yang lain.
Di dalam tas selempang yang selalu setia menemani nya.
Raul sudah menyiapkan bekal yang akan dijadikan sebagai jalan pelicin.
Untuk masuk ke wilayah gaib yang sangat tersembunyi.
Demi menemukan mereka yang sangat berarti.
Memasuki kawasan hutan gaib
"Mau kemana kamu wahai manusia?",
Burung hantu siluman yang terbang tanpa perlu mengepakkan sayapnya menghadang Raul.
"Aku mencari rumah koloni siluman garangan",
Berita di alam lain tak kalah cepat menyebar.
"Rupanya kamu manusia yang bernama Raul?",
"Ya begitulah",
"Berjalanlah lurus ke arah sirius",
"Semoga beruntung manusia",
"Terimakasih burung tua",
Rasi bintang yang paling terang.
Sirius menuntun langkah laki-laki pengembara ke rumah mereka yang sangat berarti.
Rumah koloni siluman garangan
Tidak ada satu ekor pun siluman garangan yang menyambut kedatangan Raul.
Tapi tenang. Raul sudah paham dengan bujuk rayunya dunia siluman yang berwujud binatang.
Di dalam tas selempang yang selalu setia menemani nya.
Raul sudah menyiapkan bekal yang akan dijadikan sebagai jalan pelicin.
Raul mengeluarkan satu kantong yang berisikan ayam goreng tepung original.
Para siluman garangan beramai-ramai keluar dari dalam sarang.
Pemimpin koloni siluman garangan menghampiri dan berbicara kepada tamu mereka.
"Apa mau kamu wahai manusia?",
"Terimalah hadiah dari ku terlebih dahulu",
"Makanlah dengan hikmat wahai para siluman garangan",
"Berbagilah... ",
"Rasakan kriuk kulitnya dan gurih bumbu rempahnya",
"Dagingnya yang begitu lembut dan banyak",
"Ini benar-benar lezat",
"lezat... lezat... lezat...... ",
"lezat... lezat... lezat...... ",
"Aku akan memberikan nya lebih banyak lagi",
"Masing-masing untuk memenuhi perut kalian yang gendut",
"Apa mau kamu wahai manusia?",
"Apa yang harus kami lakukan?",
Raul menjelaskan dengan mudah dipahami dan rahasia.
"Jangan sampai kalian datang terlambat",
"Karena nyawa ku taruhannya",
"Tenang saja wahai Raul",
"Kami para garangan tidak pernah ingkar janji",
Gubuk sawah
Perjalanan kembali ke alam manusia dan keluar dari dalam hutan ternyata cukup memakan banyak waktu dan melelahkan.
Raul beristirahat di sebuah gubuk di pematang sawah.
Karena ngantuk dan malam sudah terlalu jauh.
Raul pun tertidur.
Diguyur air selokan
Siang hari bolong Raul dibangunkan ramai-ramai.
"Bangun",
"Bangun",
"Ikut kami ke kantor",
Rupanya yang datang bukan hanya warga. Tapi juga para petugas keamanan.
Tapi untuk apa Raul ditangkap dan dibawa ke kantor.
Musim panen baru beberapa waktu yang lalu.
Tanah masih gundul karena musim tanam belum juga dimulai.
"Kenapa kalian menangkap ku?",
"Aku bukan maling sawah",