Tiga Roh Penjaga datang dengan membawa sejumlah misteri. Dari medali, koin, lonceng misterius, sampai lukisan dirinya dengan mata ungu menyala, semuanya memiliki rahasia yang mengungkap kejadian masa lalu dan masa depan. Yang lebih penting, panggilan dari Kaisar Naga yang mengharuskan Chen Li menjalankan misi yang berkaitan dengan pengorbanan nyawa, sekaligus memperkenalkan peluang rumit tentang kondisi Mata Dewanya.
Dengan ditemani dua murid, mampukah Chen Li memecahkan misteri tersebut, sekaligus menyelesaikan misi dari Kaisar Naga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 10 ~ Dua Senior Naga
Xiao Lan dan Meng Di terkejut saat melihat Chen Li yang tiba-tiba saja memuntahkan darah. Mereka ingin bertidak menolong hanya tidak tahu harus dengan apa. Meng Di memegangi punggung Chen Li untuk mengusapnya. Namun dia tidak menduga akan terjadi hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya ketika persis setelahnya tubuhnya tiba-tiba saja bergetar hebat. Pandangannya menengadah ke atas, entah mengapa matanya bisa menangkap sesuatu yang ada di langit, sangat jauh, melewati berbagai dimensi hingga mencapai sebuah planet yang gelap.
Meng Di mulai merasakan pusing, hanya saja dia tidak bisa mengendalikan penglihatannya yang terus menjelajahi dunia itu. Tubuhnya semakin memberikan reaksi getaran yang kian menggila. Seluruh tubuhnya dibanjiri keringat dengan sangat cepat.
Sebelum lebih jauh, Chen Li telah lebih dulu menghentikan anak itu. Meng Di mendapatkan kembali kesadarannya, saat ini kedua kakinya tidak bisa menopang tubuhnya, dia ambruk, nyaris terjatuh ke tanah kalau saja Chen Li tidak menopangnya.
Xiao Lan menarik baju gurunya, dia tidak mengerti akan situasi saat ini sehingga kepanikannya tidak bisa untuk dibendung.
“Guru, sebenarnya apa yang tengah terjadi?”
Setelah memastikan kondisi Meng Di, Chen Li kemudian beralih untuk menenangkan Xiao Lan. Beberapa waktu lalu, saat dia bermeditasi dan melampaui kebisingan indera fisik, mencoba untuk merangsang kebangkitan ketiga dari mata dewanya, saat itu dia menyadari jiwanya telah terlalu jauh berkelana ke berbagai tempat terasing. Berbagai macam pertanyaan ambigu muncul dalam bentuk gambaran tak berujung. Chen Li hampir saja terjebak dalam lingkaran misterius menyesatkan.
Saat setelah dia tersadar, dirinya tidak menyangka Meng Di justru mendapatkan sebagian kecil efek dari penglihatannya itu.
“Lan’er, Di’er hanya mengalami sedikit masalah di penglihatannya, Di’er akan baik-baik saja.” Chen Li memasang senyumannya, mencoba untuk meyakinkan gadis itu. Meski demikian Xiao Lan tak kunjung tenang, sebenarnya Xiao Lan tengah mengkhawatirkan kondisi Chen Li.
Mengerti akan perasaan Xiao Lan, Chen Li kemudian menjelaskan kalau dia sebenarnya hanya mengalami luka ringan yang tanpa di obati pun akan sembuh sendirinya dalam hitungan menit. Xiao Lan mengangguk paham. Tak lama setelahnya Meng DI yang saat itu sudah mendapatkan kembali tenaganya dihampirinya dengan wajah penuh seri.
“Kakak!” Xiao Lan menarik tangan Meng DI dan menggoyangkannya antusias. Meng Di membalas denan mengusap kepala gadis itu.
Whush....
Angin kencang tiba-tiba saja berembus, bersama dengan itu muncul seekor naga besar berwarna gelap, sorot mata emasnya memancarkan keagungan yang mendalam, hembusan nafasnya bahkan bisa memicu angin kencang yang hampir saja menerbangkan dua murid Chen Li. Berselang beberapa detik, sosok naga lain juga ikut muncul. Keduanya memancarkan cahaya emas yang memenuhi langit.
Meng Di dan Xiao Lan tidak bisa menyembunyikan rasa kagum yang mendalam. Keduanya bahkan tidak menyadari tengah membuka mulut dengan sangat lebar.
“Ehemm..”
Keduanya langsung tersadar, mereka segera menangkupkan tangan memberi hormat pada dua naga itu mengikuti gurunya.
“Di’er, Lan’er. Dua senior naga ini adalah Senior Naga Kegelapan dan Senior Naga Batu. Mereka datang khusus untuk bertemu kalian.” Chen Li menjelaskan maksud kemunculan dua naga membuat keduanya kebingungan.
“Apa maksud guru, mengapa dua senior naga ingin bertemu kami?”
“Kalian bisa menanyakannya langsung pada dua senior.” Chen Li tersenyum ringan setelahnya.
Belum menemukan jawaban atas pertanyaannya melalui Chen Li, Meng Di menengadahkan pandanganya ke atas. Tanpa dikendalikan, tubuhnya tiba-tiba saja melayang dan mendekati Naga Batu. Xiao Lan pun demikian, dia juga mendekat ke arah Naga Kegelapan yang saat itu telah menjelma menjadi sosok manusia cantik bertanduk.
Lelaki tampan dan wanita cantik itu sama-sama melihat ke arah Chen Li sembari menundukkan kepala ringan dan dibalas dengan anggukan yang sama oleh Chen Li. Setelahnya tanpa berkata-kata, mereka kemudian menghilang, membawa serta dua remaja itu untuk kemudian dijadikan murid. Chen Li menatap kepergian dua muridnya dengan perasaan haru. Selama setahun di istana naga langit ini, Xiao Lan dan Meng Di beberapa kali membuat pencapain yang membuat Chen Li bangga.
Mereka bahkan pernah mengikuti turnamen Naga Muda dan berhasil menjadi sepuluh besar terbaik beberapa bulan lalu. Selain itu, Chen Li juga sengaja mengambil beberapa misi Istana Naga untuk dua muridnya dan hampir semuanya bisa mereka selesaikan.
Melihat dua muridnya akhirnya dilatih oleh dua naga senior, Chen Li hanya bisa tersenyum kecut melepas kepergian mereka. Dia kemudian juga segera pergi meninggalkan tempat itu untuk menyelidiki sesuatu.
***
Meng Di serta Naga Batu akhirnya tiba di sebuah dimensi yang sama sekali penuh dengan hawa aneh. Pertama kali menginjakkan kakinya, dia sudah mendapatkan tekanan yang sangat luar biasa. Ibaratnya sebuah gunung besar tengah menimpanya secara tiba-tiba, dia langsung jatuh berlutut.
“Berdiri dan ikuti aku!” Suara yang begitu dingin itu keluar dari mulut Naga Batu. Tanpa menoleh, Naga Batu kemudian berjalan ke depan. Sekitar dua puluh meter, dia kemudian berhenti tepat di hadapan sebuah batu lebar lalu duduk di atasnya.
Meng Di mengumpat dalam hatinya. Bagaimana dia bisa mendekat sementara tekanan berat ini tidak memberikan ruang sedikitpun untuk dirinya mengambil gerakan. Meskipun selama setahun terakhir dia sudah melatih ketahanan fisiknya hingga ke tahap sedikit sekali orang bisa melakukannya. Tapi di dalam dimensi ini, latihannya itu seolah tidak ada artinya.
Sementara itu, berbeda dengan Meng Di, Xiao Lan justru dibawa di sebuah tempat yang mencekam. Dia sendiri yang terbiasa dengan aura gelap pun sampai di sini juga dibuat merinding. Sekelilingnya dipenuhi oleh kabut gelap yang seiring dengan jalannya waktu semakin menebal pula. Xiao Lan sampai tidak bisa mendapatkan penglihatannya. Tidak sampai di sana, satu per satu gadis itu mulai kehilangan semua fungsi inderanya sampai pada satu titik dia tidak lebih berbeda dari mayat hidup.
Sebelum ingatan gadis itu ikut menghilang, ingatan terakhirnya sempat mengarah ke Chen Li. Entah mengapa hatinya merasa begitu cemas. Namun kecemasan itu tidak berlangsung lama setelah berubah menjadi dingin.