NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Balas dendam pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:291
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Lepas Tanggung Jawab

Langit sore perlahan mulai berwarna oranye. Suara knalpot meraung pelan saat memasuki parkiran cafe, lalu berhenti.

Alka masuk ke cafe dengan rambut acak-acakan dan napas yang masih ngos-ngosan.

Di meja dekat kasir, Athar, Cakra, Lista dan Liona udah duduk santai.

Liona nyambut dengan wajah manyun. "Lo pulang latihan, atau perang sih? Lihat tuh, rambut lo, kayak sapu injuk!"

Alka ngakak sambil nyimpan tas di kolong meja kasir. "Makanya gue datang, biar lo rapihin."

"Lo kok nggak cerita sama gue, kalau lo suka dance juga." kata Liona lagi, pura-pura ngambek.

Alka menoleh, menatapnya lama. "Emangnya kenapa? Lo suka juga?"

Liona ngangguk pelan, "Iya, tapi gerakan gue masih kaku."

Senyum di wajah Alka melebar. Ia menyeret kursi, lalu duduk di hadapan Liona. "Serius!! Mau gue ajarin, nggak?"

"Kalau lo mau, boleh." jawab Liona, senyumnya tak kalah lebar dari Alka. "Tapi... gue mau lo tampil dulu di panggung itu." tunjuk Liona ke arah panggung kecil di cafe itu.

Athar dan Cakra sontak tertawa pelan. "Mana mau, dia selalu alasan. 'Males ah, energinya udah abis di studio.'" sahut Cakra, suaranya di buat seperti Alka.

"Nggak! Oke, tapi besok aja ya. Sekarang gue capek banget." Alka menatap Liona.

"Iya, lagian gue kan nggak bilang harus sekarang."

Athar dan Cakra langsung bersiul, sementara Lista hanya melirik. Pengunjung perlahan mulai memenuhi cafe, beberapa meminta Cakra dan Lista untuk tampil nyanyi, nemenin waktu santai mereka.

Tanpa penolakan, mereka berdua segera naik ke atas panggung. Di susul dengan sorakan dari pengunjung. Athar duduk di balik meja kasir.

Sementara Liona dan Alka duduk di bangku besi samping cafe. Cahaya lampu kecil kuning menimpa mereka, semilir angin malam mulai terasa dingin menusuk kulit.

"Ka, lo udah lama suka, dance?" tanya Liona yang duduk di sampingnya. Kakinya nendang krikil kecil.

Alka menoleh sebentar. "Dari SD, pas SMA gue coba latihan dan ikut beberapa lomba, sampai ikut tes buat masuk agensi, juga pernah." jawabnya, nada suaranya berat.

"Terus?" Liona menatap Alka lama, seolah meminta kelanjutan ceritanya.

Alka nunduk, menghela napas panjang. "Gagal! Sampai detik ini, gue belum pernah berhasil di lirik agensi... lomba juga cuma beberapa kali menangnya." jawabnya lirih.

"Bukan gagal, Ka. Tapi belum waktunya. Lo jangan berhenti gitu aja, ya. Karena pasti ada waktunya lo berhasil." Liona tersenyum menatapnya.

"Lo, suka dance juga?" tanya Alka.

"Hmm, di bilang suka sih nggak, ya. Cuma bisa aja."

Alka mengangguk. Obrolan ringan keduanya terus berlanjut. Dan entah kenapa, rasa lelah yang ia bawa dari studio. Terasa hilang begitu saja, karena Liona yang menemani dengan mulut yang tak berhenti bicara.

Malam semakin larut, lampu-lampu cafe sudah padam. Athar dan Cakra sudah pulang lebih awal. Kini, Alka dan Lista yang pergi meninggalkan cafe yang sudah sepi itu.

Motor Lista berada di depan Alka, mereka melajukan motor dengan santai. Seolah menikmati ketenangan malam yang selalu paham rasa kesepian.

Dua motor itu kini masuk ke halaman rumah mewah. Dari luar, nampak tenang dan hangat. Tapi justru di dalamnya, banyak luka yang sulit untuk di ungkapkan.

Alka melangkah lebih dulu menuju pintu. Pintu di buka dengan pelan, suasana rumah hening, sepi. Tapi begitu Alka masuk. Suara langkah cepat terdengar mendekat.

"Alka! Darimana kamu seharian, kamu bolos sekolah, nggak jagain Alesha, kan?" kata Fellisya, nada suaranya tinggi, wajahnya tegang.

Alka menatapnya tajam. "Tahu darimana?" tanyanya pelan tapi tegas.

"Bukan urusanmu, tahu darimana? Kemana aja lo, seharian ini?" mata Fellisya membulat. Menatap liar Alka.

"Gue nggak kemana-mana, gue cuma minta waktu sehari ini aja, buat latihan," jawab Alka, suaranya bergetar menahan amarah.

"Latihan? Latihan sampai lupa tanggung jawab lo ke Alesha?! Lo pikir itu hal sepele?" bentak Feisya, tangannya melayang, dan... plakk!! Satu tamparan mendarat di wajah Alka.

Rahang Alka mengeras, tangannya mengepal di samping tubuh. "Nona Fellisya yang terhormat! Gue bukan lepas tanggung jawab gitu aja, gue juga punya kepentingan gue sendiri."

"Kurang ajar, lo lama-lama." tangannya kembali melayang, tapi kali ini Alka menangkap tangan itu, lalu mendorongnya keras... Brukhh!!

Felissya ambruk di lantai. Ia menunduk, dadanya naik turun. Lalu dengan cepat, ia kembali bangun.

"UDAH MULAI BERANI YA, LO." teriaknya, sambil mendorong sebelah pundak Alka.

"APA? MAU BERANTEM, AYOK. GUE NGGAK TAKUT SAMA, LO." Alka maju dua langkah, menatap tajam Fellisya dengan napas terengah.

Lista yang baru saja masuk, langsung menahan Alka. "Ka, udah."

Dari ruang tengah, Renata dan Varel muncul. Nadira juga datang menggunakan kursi rodanya.

"ANAK GILA, LO. GAK TAHU SOPAN SANTUN. LO PIKIR GUE TAKUT!" Fellisya kembali berteriak sambil nunjuk ke wajah Alka.

"LO, YANG GILA. NGGAK TAHU MALU!" jawab Alka sambil kembali maju. Tapi tarikan Varel dari belakang menghentikannya.

"UDAH STOP, SAMA GILANYA KALIAN TERIAK-TERIAK, MALAM-MALAM." sahut Varel, menatap Alka dan Fellisya bergantian.

Suasana mendadak sunyi, hanya denting jam dan suara napas memburu yang terdengar. Lista menunduk, melangkah pergi dari sana.

Tapi tarikan dari belakang menghentikannya. "Lo juga sama, anak perempuan, pulang malam. Mau jadi apa, kamu?" Fellisya mendekatkan wajahnya ke Lista, napasnya masih terengah.

Lista tak menjawab, ia hanya membalas tatapan Fellisya. Tapi tak lama, dengan gerakan cepat. Fellisya melayangkan satu tamparan di wajah Lista... plakk!!

"JANGAN MAIN TANGAN SAMA DIA," teriak Alka, ingin melangkah. Tapi Renata menahannya.

Varel maju mendekati Fellisya, lalu membalaskan tamparannya. Lista menatap Varel, sambil memegangi pipi yang terasa panas dan perih itu. Lalu ia berlari kecil menaiki anak tangga.

Fellisya hanya menatap Varel, napasnya semakin memburu. Sebelah sudut bibirnya terangkat.

Sementara Nadira, berusaha mengontrol dirinya. Karena ia takut penyakit jantungnya kambuh.

"Udah stop! Kalian kembali ke kamar. Alka... ikut, Oma." suaranya tenang, tapi tegas. Membuat mereka patuh.

Nadira kembali ke kamar dengan kursi rodanya. Di belakangnya, Alka berjalan mengikuti dengan langkah berat.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!