Nayara Kirana seorang wanita muda berusia 28 tahun. Bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang pria matang, dan masih bujang, berusia 35 tahun, bernama Elvano Natha Prawira.
Selama 3 tahun Nayara menjadi asisten pria itu, ia pun sudah dikenal baik oleh keluarga sang atasan.
Suatu malam di sebuah pesta, Nayara tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian senilai 500 juta rupiah, milik dari Madam Giselle -- Ibu Elvano yang dititipkan pada gadis itu.
Madam Gi meminta Nayara untuk bertanggung jawab, mengembalikan dalam bentuk uang tunai senilai 500 Juta rupiah.
Namun Nayara tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga Madam Gi memberikan sebuah penawaran.
"Buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Atau saya laporkan kamu ke polisi, dengan tuduhan pencurian?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Apa Istimewanya Si Adrian Itu?
Gilang mengerutkan keningnya ketika Elvano mengajaknya makan siang berdua. Tidak ada pertemuan dengan klien, tidak ada pembahasan tentang pekerjaan. Membuat pria berusia tiga puluh tahun itu bertanya - tanya.
Untuk apa sang atasan mengajaknya pergi berdua? Padahal siang ini mereka tidak memiliki agenda penting.
Dan disini lah mereka sekarang berada. Di sebuah ruang privat salah satu restoran bintang lima, yang menyajikan beraneka ragam cita rasa nusantara.
“Kenapa sejak tadi, kamu menatap saya seperti itu, Lang? Jangan katakan jika kamu — Elvano sengaja memotong ucapannya, kemudian bergidik pelan.
“Saya masih normal, pak.” Ucap Gilang yang mengerti kemana arah pembicaraan pria itu.
“Kalau begitu—
“Justru saya curiga dengan bapak. Untuk apa mengajak saya makan berdua, di ruang tertutup seperti ini? Apa bapak mulai ada rasa sama saya?” Kini giliran Gilang yang bergidik ngeri.
Mata Elvano membulat sempurna. Ia kembudian mengambil selembar tisu, merematnya, lalu melemparkan ke arah sang asisten durjana.
“Saya masih normal seratus persen, Lang.” Delik pria itu.
“Lalu? Untuk apa bapak mengajak saya makan berdua seperti ini? Tidak ada angin, hujan pun sudah reda. Bapak membuat saya curiga.”
Elvano menghela nafas pelan. Ia kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
“Janji sama saya kalau kamu tidak akan mengatakan apapun yang saya ucapkan, kepada siapapun itu.” Tekan Elvano.
Kening Gilang kembali berkerut. Sepertinya ada rahasia besar yang Elvano sembunyikan.
“Saya janji, pak. Apa selama ini saya pernah mengecewakan anda?”
Kepala Elvano menggeleng pelan. Ia kembali menghela nafas.
“Terjadi sesuatu, Lang.” Pria dewasa itu pun menceritakan hal aneh yang terjadi pada dirinya, hanya karena melihat Nayara memakai kaos dalam bertali kecil.
Ia merasa perlu berbagi cerita dengan satu orang. Agar pikirannya tetap waras. Dan Gilang menjadi pilihan. Karena sesama pria, dan asistennya itu sudah berpengalaman dengan banyak wanita.
Selain itu, Gilang juga tidak pernah membocorkan rahasianya.
Mungkin Gilang bisa memberikan sedikit pencerahan pada otak Elvano yang sedang gelap dan kotor akhir - akhir ini.
“Awas kalau kamu berani membayangkan penampilan Nara waktu itu! Saya cuci otak kamu.” Ancam Elvano di akhir ceritanya.
Gilang pun berdecak kesal. Tanpa diminta, bayangan Nayara sudah muncul di benaknya.
“Bukankah saya sudah pernah mengatakan, bapak itu sudah jatuh cinta pada Nayara. Hanya belum peka saja sama perasaan sendiri.” Gerutu Gilang.
“Mana mungkin, Lang? Saya nyaman karena dia menjadi asisten pribadi saya.” Elvano masih ingin menyangkalnya.
Sang asisten sungguh merasa sangat gemas dengan Elvano.
“Pak, banyak orang memilih pasangan karena sudah merasa nyaman. Apalagi kalian berdua. Hanya tinggal menikah saja. Baik buruk, luar dalam sudah saling mengetahui. Apalagi, bapak sekarang sudah tau apa yang tersembunyi di balik pakaian longgar yang sering gadis itu gunakan. Mau menepis apalagi, pak Elvano? Kalau bapak tidak gerak cepat, nanti di salip sama asistennya pak Angga itu lho.” Ceroscos Gilang.
Kening Elvano berkerut halus. “Darimana kamu tau kalau asisten pak Angga mengincar Nara?”
Gilang terkekeh pelan. “Waktu kalian bermain golf. Asistennya pak Angga bertanya tentang Nayara pada saya. Dan dia mengatakan kalau ingin mencoba mendekati gadis itu, mumpung kedua keluarga mereka sudah saling mengenal.”
Mata Elvano membulat sempurna. Ia tidak boleh membiarkan itu terjadi. Nayara tidak boleh menjadi milik pria lain.
.
.
.
Sementara itu, di tempat lain Nayara sedang makan siang bersama Adrian. Ia merasa tidak enak hati selalu menolak ajakan pria itu.
Adrian pernah mengajaknya pergi dua kali, dan untuk ketiga kalinya, Nayara baru menyanggupi.
Gadis itu tidak mau memberikan harapan palsu pada Adrian. Karena, saat ini Nayara masih dalam misi merayu Elvano. Meski belum tentu berhasil sama sekali.
Makan siang itu pun berjalan singkat dan sedikit canggung. Obrolan mereka hanya seputaran pekerjaan. Karena memiliki posisi yang sama.
“Terima kasih karena kamu mau menerima undangan makan siang hari ini, Nay.” Ucap Adrian setelah mereka selesai menikmati makanannya.
“Sama - sama, Ad. Maaf, aku baru bisa sekarang. Kebetulan, hari ini pak bos sedang keluar dengan pak Gilang.” Ucap Nayara.
Adrian mengangguk pelan. Ia mengenal pak Gilang yang dimaksud oleh Nayara. Sempat mengobrol saat atasan mereka main golf kemarin.
Pria itu kemudian pergi ke kasir untuk melakukan pembayaran.
“Ayo. Aku antar kamu kembali ke kantor.” Ucap Adrian setelah selesai membayar makanan mereka.
“Tidak perlu repot, Ad. Aku bisa naik taksi.” Bagaimanapun juga, kantor mereka tidaklah searah dari restoran itu.
“Tidak masalah, Nay. Aku hanya ingin memastikan kamu sampai dengan selamat.”
Nayara menghela nafas pelan. Ia kemudian menurut. Membiarkan Adrian mengantarnya hingga di depan gedung perkantoran Prawira Holding Company.
“Terima kasih, Ad.” Ucap Nayara saat mobil Adrian berhenti di pelataran gedung.
Pria itu mengangguk pelan. Ia kemudian turun dari tempat duduknya, membuat Nayara mengerutkan keningnya.
“Astaga. Kalau ada yang melihat bagaimana ini?” Gumam Nayara saat melihat Adrian berjalan mengitari mobilnya.
Gadis itu pun dengan cepat keluar dari mobil itu. Sebelum Adrian sempat membukakan pintu untuknya.
“Selamat bekerja, Nay. Lain kali, kita sambung lagi.” Ucap Adrian.
Nayara menyunggingkan sudut bibirnya sembari mengangguk pelan. Adrian kemudian kembali masuk ke dalam mobilnya.
Gadis itu masih berdiri di tempatnya. Menunggu sampai mobil Adrian keluar dari area gedung.
Tanpa Nayara sadari, mobil Gilang berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Dan dua pria di dalamnya sedang memperhatikan dirinya dan Adrian.
“Ini sih kalau saya bilang, bapak mesti gerak cepat. Kalau tidak, Nayara bisa berpaling ke lain hati.” Gilang memanasi. Ia melirik Elvano dari kaca sepion.
Wajah pria berusia tiga puluh lima tahun itu terlihat kecut.
“Apalagi selain Adrian, katanya Nayara juga sedang melakukan pendekatan dengan pria lain ‘kan? Dan belum ada kepastian. Nah, kalau sampai —-
Gilang belum selesai berbicara, namun Elvano sudah keluar dari mobil itu tanpa suara.
Sang asisten pun terbahak di dalam mobilnya. Merasa senang memanasi Elvano.
“Kapan sadarnya sih, kalau dia itu cinta sama Nayara?” Monolog Gilang.
Pandanganya terus mengamati langkah Elvano yang menghampiri Nayara.
“Siang, pak.” Sapa Nayara. Elvano tak menanggapi. Ia berjalan tegap masuk ke dalam lobby.
Gadis itu mengerutkan keningnya. Ia pun mengekori langkah sang atasan.
Nayara dengan sigap memencet tombol lift khusus menuju ruangan CEO. Elvano kemudian masuk ke dalamnya.
“Jadi kamu pergi makan siang bersama asistennya Angga Pratama itu?” Tanya pria itu saat mereka berada di dalam lift.
Seharusnya Elvano tidak bertanya. Ia sudah melihat dengan matanya sendiri, Nayara datang bersama Adrian.
“Hmm. Saya sudah dua kali menolaknya, pak. Tidak enak hati terus menolak. Jadi, hari ini saya menerimanya.”
Ucapan Nayara terdengar sangat ambigu. Membuat Elvano memutar tubuh, kemudian mengukung Nayara pada dinding lift.
“B -bapak kenapa?” Tanya gadis itu terkesiap.
“Apa istimewa si Adrian - Adrian itu, hingga kamu menerimanya?” Tanya Elvano dengan nafas memburu.
“Saya hanya menerima ajakan makan siangnya, pak. Bukan menerima dia menjadi kekasih saya. Mungkin lebih tepatnya belum, karena Adrian tidak membahas perasaan.” Jelas Nayara.
Seketika itu Elvano kembali menegakan tubuhnya. Dan pintu lift pun terbuka di lantai dua puluh.
“Pak —
...****************...
nungguin si el bucin sama si nay..
ayok kak hari ini upny double 🤭