Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 10
Sampai di depan pintu atasannya, Rosa berhenti sejenak, menarik nafas perlahan, dan menenangkan diri, tangannya mengetuk perlahan.
"Masuk!" suara khas itu memberikan perintahnya.
Rosa membuka pintu, membungkuk hormat, "Selamat pagi Tuan"
Sejenak pandangan Demitri teralihkan, nampak wanita yang dicari sudah ada di hadapannya.
"Saya Rosa yang akan menggantikan Bu Yulia untuk sementara" ucapnya memberanikan diri.
"Ok, jadi kamu Flo_, Ros_, siapa?" tanya nya lagi.
Ya Tuhan, Rosa benar-benar jengkel sekali, nama sebagus itu masak susah diingat sih, tidak tau apa kalau nama itu di buat penuh pengorbanan uang dan tumpeng besar-besaran, dasar Bos gila.
"RO SA, Tuan" Akhirnya di jawab dengan pelan sesuai suku katanya, jangan sampai salah lagi, minta gelut memang ini Bos.
"Oh oke, Rosa, bisa tolong bacakan agenda saya hari ini?"
What?!!!
Rasanya Rosa pengen teriak pakek Toa di depan bos satu ini, agenda sudah dikirim lewat email, kan bisa di baca sendiri, ngapain juga harus di bacakan lagi, kelakuan orang kaya emang rada-rada!, batin Rosa yang hanya bisa menyimpan kesalnya.
"Baik Tuan"
Sementara Rosa membacakan, Demitri masih tenggelam mempelajari berkas-berkas yang hampir selesai di tanda tangani.
"Okey, ada pertemuan jam sepuluh majukan satu jam"
"Apa?!" spontan Rosa bersuara, panik?, ya jelas dong!, secara ini sudah jam delapan lebih tiga puluh menitan, dasar Bos Edan!
"Duduk" begitulah perintah itu dilanjutkan, nampak Demitri menatap tajam, dan Rosa segera duduk dengan cepat, dadanya terasa gemeretak, bukan hanya suara perintah dan tatapan tajam saja, kali ini mata itu berada lebih dekat dari sebelum-sebelumnya.
Siapa yang tak terkesiap, siapa yang tak terpesona, mata coklat, indah, dan sungguh_
"ROSA!"
"Eh, i iya Tuan, maaf_" sungguh laknat memang pikirannya, batin Rosa.
"Aku tidak suka mengulangi, jadi kondisikan fokus mu, dari sini apa otak mu ada masalah?"
Apa, dia bilang, otakku bermasalah?, IYA OTAK SAYA BERMASALAH TUAN!, MASALAH!, DAN MASALAHNYA ADALAH LO BOS GILA!
Jeritan batin Rosa, tentu saja tak mungkin di realisasikan ke dunia nyata, bisa-bisa di penggal kepalanya.
"I-iya Tuan, maaf"
"kalau begitu keluar dan selesaikan"
"Tapi Tuan_"
"Saya gak butuh orang yang kerja setengah-setengah, harus totalitas dan jangan banyak protes!"
"Tapi_"
"Kenapa, kamu gak siap?"
Ha!, ampun ini orang, siapa yang siap coba?, gak tau apa waktunya mepet banget, dan ditanya gak siap?
"Jelas saja SAYA GAK SIAP!!", lagi-lagi Rosa teriak dalam diam, mana berani dia teriak menyuarakan kata hatinya, tidak ada kamus orang berani berkata tidak siap di depan sang Penguasa yang tampan rupawan tapi kelakuan mirip hewan, suka memangsa seenaknya!
"Ha!" Rosa berusaha loading sesaat, rupanya butuh waktu kerja ekstra otaknya.
"Apa lagi?" Demitri merasa mulai tak nyaman dengan wajah aneh Sekretaris sementaranya.
Rosa segera berdiri dengan tergesa, menunduk sebelum pamit, dan karena terlalu cepat berbalik, beberapa berkas terlepas.
Brug!
Ya Tuhan!, pekiknya dalam hati, kenapa disaat genting keadaan se kacau ini, dan Rosa segera berjongkok mengambil berkas yang berserakan di lantai.
Sret!
Demitri yang merasa kesal dan hendak membuka mulutnya terkejut, diam dan_
"Shit, brengsek!" lirihnya, se cepat kilat membalikkan badan dengan mendorong kursinya untuk berputar.
"Sialan ini perempuan" batinnya semakin kacau saat tanpa sengaja belahan rok Rosa memperlihatkan sedikit paha bagian bawahnya, dua kali sudah matanya penuh dosa karena paha mulus milik sekretarisnya.
sedetik, dua detik, tiga detik, hening, hanya terdengar suara berkas yang di ambil oleh pemiliknya dengan tergesa-gesa dan Rosa segera keluar, "Maaf Tuan Demitri, selamat pagi!" dan _
"Tunggu!"
Rosa langsung terdiam di tempat, matanya terpejam sejenak sambil komat Kamit, mirip dukun baca mantra pelumpuh jiwa, berharap tak ada lagi tambahan beban pekerjaannya yang sudah seberat berat badan Jeny yang doyan ngemil.
"Lain kali pakai bawahan yang benar!" ucapan itu langsung membuat Rosa bisa bernafas lega pada awalnya, bukan pekerjaan berat yang di berikan, tapi_, loh kok?, bawahan?, memangnya apa yang salah dengan bawahannya?
"I-iya Tuan, permisi"
Ceklek
Pintu akhirnya tertutup kembali.
Demitri seketika mengendurkan dasinya yang awalnya rapi, sedetik lalu berubah seperti akan mencekik lehernya, dalam hati masih mengumpat karena pikirannya sempat hampir terbakar kepanasan gara-gara aksi jongkok sekretarisnya.
"Romi!, ambilkan minuman dingin!" teriak Demitri yang kini semakin gerah dalam ruangan ber AC dengan suhu 18 derajat Celcius, mungkin harusnya suhu nol derajat biar otaknya segera membeku.
Romi yang mendengar suara menggelegar itu langsung menjatuhkan ponselnya, mengerutkan kening aneh, lalu melihat jam tangan yang bertengger di lengan kirinya.
"Kenapa?" Radit memberikan respon aneh akan perubahan wajah Romi sepersekian detik tadi.
"Minuman dingin"
"Siapa?" tanya Radit heran.
"Tuan Demitri "
"What?!, di jam yang masih sepagi ini?" sahut Radit mau heran tapi ini perintah atasan, dan akhirnya no debat dan harus di carikan solusi cepat.
OB yang kebetulan lewat segera dipanggil, perintah di lakukan untuk memesan Es teh yang akan di berikan pada Sang Bos besar yang sedang kehausan di tengah kolam, konyol!
Radit masuk, memberikan salam dengan membawa Es teh, dan segera memberikan bantuan kepada Tuan Demitri.
Tanpa banyak kata, namun penuh dengan tawa yang tersimpan di dalam hati Radit yang datang membawa air segar menggugah selera.
"Ini minumannya Tuan?!
"Hem, taruh di meja" sejenak Demitri terdiam, menunggu Romi keluar dari ruangannya, tanpa banyak kata, drama dan sat set karena kepalanya terasa mau meledak.
Akhirnya, tangan besar itu menyambar minuman yang dilihat sangat segar, meminumnya hingga tandas dan rasanya masih belum puas.
Sementara di tempat lain, Rosa sudah mencak-mencak, main silat dan karate seketika, menghubungi kolega yang di minta tolong untuk memajukan jam pertengahan, tak khayal, umpatan dan protes dilayangkan, parahnya semua itu harus Rosa sendiri yang menyelesaikan, walaupun akhirnya berhasil juga.
"Bos sialan!, seenak jidatnya dia nge rubah jam pertemuan kayak merubah jarum jam tangannya sendiri, gila!"
Jeny yang baru saya konsentrasi terkejut mendengar ucapan keras Rosa yang otomatis membuyarkan konsentrasi nya.
"Apa sih lo, Kesambet setan di ruangannya Tuan Demitri?"
"Bukan setannya, tapi pemilik ruangannya yang nyambet gue, dasar!"
"Terus, lo di apain?"
"di gantung!'
"Hah, ini arwah lo Ros?'
"Sinting!"
Jeny langsung tertawa ngakak, sungguh hiburan kalau lihat Rosa naik darah, dan sepertinya hari-hari ke depan akan lebih parah lagi ni bocah, batin Jeny.
belum sempat Rosa selesai melampiaskan, sudah keburu di susul sama duo R untuk ikut, dan mereka bertiga berakhir di sebuah lift menuju ke lantai dasar.
Tak ada percakapan, Rosa merasakan lelah karena spot jantung yang diakibatkan dari perintah Bos besarnya.
"Ros?" akhirnya salah satu laki-laki itu membuka suara untuk memulai perbincangan.
"Sehat lu?" tanya Radit.
"Hem" jawab Rosa malas.
"Kok Diem?"
"Isi kepala ku dah habis buat mikir kejadian pagi ini pak" jawabnya asal.
"Ini masih sepertiga aja loh Ros, semangat dong!" sahur Romi.
"Hem coba aja semua, mungkin gue pulang tinggal nama"
Sontak terdengar kekehan dari duo R yang minta di banting satu-satu biar ikut ngelu, memang dasar mereka!.
Jangan lupa Komennya gaes,
Bersambung.
🤦🤦🤦