Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.
Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Debutante
Di ruang kerjanya, Alister termenung sejak pria itu masuk ke dalam ruangan, ia bahkan belum menyentuh dokumennya sama sekali pagi ini. Pikirannya melayang, mengingat sesosok gadis bermata ungu yang di temuinya kemarin malam di pesta kemenangan.
Mata ungu gadis itu mengingatkannya pada Calista, di kekaisaran ini tidak banyak orang yang memiliki mata seperti itu, ditambah ia juga memiliki rambut perak seperti gadis kecil itu. Namun, tidak mungkin gadis yang di temuinya adalah Calista, karena dia sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu setelah jatuh dari sungai, walaupun Alister tidak pernah menemukan mayatnya.
Sebenarnya siapa gadis itu? Berasal dari keluarga mana dia? Kenapa aku baru pertama kali melihatnya pikir Alister.
Ketukan pintu dari luar berhasil menyadarkan Alister, pria itu menyuruh orang di luar untuk masuk. Tak lama kemudian, pria muda dengan tubuh tegap masuk dan memberikan sepucuk surat pada Alister.
“Tuan Duke, ada surat dari kediaman Marquess Everhart,” ucap pria bersurai coklat itu.
Alister membuka segel surat itu kemudian mulai membacanya. Kedua alisnya bertaut membaca setiap kalimat yang tertulis di dalam surat.
“Rupanya dia tidak juga menyerah setelah putrinya meninggal, bisa-bisanya dia menggunakan orang lain untuk menjerat ku,” kertas yang ada di tangan pria itu berlahan terbakar, hingga hanya menyisakan abu halus.
“Mungkin anda bisa membicarakannya dengan yang mulia kaisar untuk membatalkan pernikahan itu, lagi pula lady Angelica sudah meninggal, tidak ada kewajiban untuk melakukan pernikahan politik dengan keluarga Everhart,” ucap Lukas memberi saran.
“Marquess pasti menggunakan cara licik lagi untuk membuat kaisar mengabulkan keinginannya. Siapakan kereta kuda sekarang, aku akan pergi ke istana hari ini juga,” perintah Alister.
“Baik tuan,” ucap Lukas kemudian meninggalkan ruangan.
***
Malam ini, di kediaman Marquess Everhart, terlihat banyak kereta kuda para bangsawan berdatangan. Mereka diundang untuk menghadiri pesta debutante Ravenna sebagai bagian dari keluarga Everhart. Tak terkecuali Alister, pria itu menuruni kereta kudanya. Ia terpaksa datang setelah beberapa hari lalu gagal membuat kaisar membatalkan pertunangannya dengan putri Marquess.
Pria itu berjalan memasuki aula pesta yang sudah penuh dengan tamu undangan, kali ini ia sengaja datang lebih lambat karena tidak ingin berlama-lama di pesta itu, ia hanya akan menunjukkan wajahnya sebentar kemudian segera pergi.
Tidak lama setelah kedatangan Alister, penjaga pintu aula mengumumkan kedatangan Marquess dan juga Ravenna. Kedua orang itu masuk ke ruang aula secara beriringan, Ravenna terlihat anggun dengan balutan gaun biru muda dengan beberapa bordiran bunga kecil di bagian roknya.
Alister sedikit melebarkan matanya, tidak ia sangka kalau gadis bermata ungu yang pernah ia temui saat pesta pertunangan adalah Ravenna, wanita yang akan ia nikahi. Pantas saja ia tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya, rupanya dia bukan berasal dari ibu kota.
Marquess mulai memperkenalkan Ravenna pada para tamu, memberi tahu mereka asal usul Ravenna yang berasal dari kerajaan Emberfall, dan juga mengumumkan gadis itu sekarang adalah putri angkat nya. Di akhir, sebelum mengakhiri pidatonya, Arthur mengumumkan pada semua orang bahwa Ravenna akan menggantikan putrinya yang sudah meninggal untuk menikah dengan Duke Valdemar dan pesta pernikahan mereka akan diadakan dalam waktu dekat. Semua orang di dalam ruangan bertepuk tangan, beberapa orang di dekat Alister mengucapkan selamat pada pria itu, Alister hanya mengangguk namun di dalam hatinya ia sangat membenci pertunangan ini.
Setelah pidato dari Marquess, Ravenna terlihat berbincang bersama beberapa orang, sesekali ia melihat kearah Alister yang tengah berdiri di sudut ruangan sembari meneguk minuman, terlihat tidak tertarik dengan pesta itu. Selesai berbincang, Ravenna pergi menghampiri Alister yang tengah memperhatikan orang-orang dari sudut ruangan.
“Tuan Duke, bukankah ini kedua kalinya kita bertemu. Apa kau masih mengingat ku di pesta kemenangan waktu itu?” tanya Ravenna basa-basi.
“Ada banyak orang yang ku temui di sana, aku tidak ingat pernah bertemu dengan mu, lady” ujar Alister acuh tak acuh, berbohong.
Ravenna tersenyum tipis, “Begitu ya. sebentar lagi musik di putar. Apa kau mau berdansa dengan ku?” tanya Ravenna penuh percaya diri.
“Sepertinya tidak bisa, karena sebentar lagi aku akan pergi dari sini. Ada urusan penting yang harus ku selesaikan,” jawab Alister dingin.
“Baiklah, kalau begitu, sampai jumpa di lain kesempatan,” ucap Ravenna tersenyum tipis. Pria itu kemudian melangkah pergi dari aula pesta untuk kembali pulang.
***
Pesta pernikahan Ravenna dan Alister tinggal menghitung hari. Keperluan seperti gaun pernikahan dan kue sudah di persiapkan, undangan pesta pernikahan juga sudah di sebar. Nantinya pesta akan diadakan di kediaman Duke Valdemar.
Siang ini, setelah mengurus beberapa keperluan pernikahan, Ravenna pergi ke ruang kerja Marquess setelah pria itu memanggilnya. Gadis itu masuk setelah mengetuk pintu ruangan. Arthur yang sebelumnya fokus pada dokumen mengalihkan atensinya pada Ravenna yang berjalan kearahnya.
“Apa tuan Marquess memanggil saya?” tanya Ravenna, gadis itu hanya akan memanggil ayah saat ada orang lain di sekitar mereka.
“Aku hanya mau mengingatkan mu tugas yang harus kau lakukan sebelum menikah. Laporkan padaku semua pergerakan mencurigakan Duke, dan yang paling penting kau harus mencari tahu kelemahannya,” ujar Arthur serius.
Alister Valdemar adalah satu satunya orang di kekaisaran ini yang memiliki sihir api. Di balik kekuatan pasti memiliki kelemahan, tidak terkecuali Alister. Walaupun dia punya sihir api yang begitu di puja banyak orang, ia juga pasti memiliki kelemahan. Namun sampai sekarang tidak ada yang tahu kelemahan pria itu. Duke menyembunyikan kelemahannya dengan sangat baik, karena kalau sampai kelemahannya di ketahui musuh, nyawanya bisa terancam.
“Saya mengerti, tuan tenang saja, saya akan langsung memberi tahu anda setelah saya mendapat informasinya,” jawab Ravenna.
“Baiklah, kau boleh keluar sekarang,” ujar Arthur.
Ravenna berjalan keluar, di luar ruangan, tak jauh dari pintu terlihat Vincent tengah berdiri bersandar di tembok.
“Kakak, apa kakak ingin bertemu ayah?” tanya Ravenna menatap Vincent.
Pria itu menggelengkan kepalanya, “tidak, aku ingin bicara berdua dengan mu,” Pria itu kemudian mengajak Ravenna ke salah satu paviliun taman untuk mengobrol.
“Duke Valdemar bukan orang yang mudah di hadapi, dia adalah tangan kanan putra mahkota yang tidak segan segan membunuh siapapun yang menjadi musuhnya. Jadi kau harus lebih berhati-hati saat di kediaman Duke nanti,” ujar Vincent terlihat menghawatirkan Ravenna.
“Kakak tidak perlu khawatir, dari awal ini memang sudah menjadi tugas ku. Aku akan lebih berhati- hati agar tidak melakukan kesalahan,” timpal Ravenna.
“Bukan itu maksud ku, aku ingin kau melindungi diri mu sendiri nanti,” ucap Vincent, Ravenna dapat melihat raut khawatir di wajah pria itu. Membuat Ravenna sedikit bingung, selama di kediaman ini, Vincent sudah sangat baik padanya, padahal dirinya hanyalah orang luar, apa mungkin karena pria itu melihat kemiripannya dengan Angelica?
Ravenna menyunggingkan senyum tipis, “Tentu saja, aku akan lebih berhati-hati, kak.”
“Kalau kau mengalami kesulitan, kau bisa menghubungi ku, aku pasti akan membantu mu,” ujar Vincent.
“Baiklah, terima kasih, kak” timpal Ravenna.