NovelToon NovelToon
Saya Alona

Saya Alona

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Wisye Titiheru

Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Sandraan

Sudah dua hari, Alona, Soni dan Cila berada di Puskesmas tempat mereka berdinas sebagai sandra oleh perompak. Karena kondisi bos mereka kemarin sempat koma karena ada komplikasi. Alona berusaha dengan obat yang ada dibawa ancaman menolong orang itu. Jelas jika orang itu mati maka mereka bertiga pun pasti tidak selamat. Di sandra tanpa mandi dan makan seadanya karena stock makanan mereka harus berbagi dengan sebelas orang.

Sementara itu Vier sangat gelisa. Matanya bengkak bukan karena tidak tidur, tetapi karena orang yang disayangi dan cintai sementara disandra oleh perompak. Negosiasi selalu diberikan, namun tidak ada yang direspon.

Pagi ini, pimpinan perompak sadar. Ada sedikit kelegaan dihati Alona, Soni dan Cila. Mereka kembali memeriksa pasien perompak itu. Terdengar bahwa mereka akan kembali ke perbatasan, mereka akan bernegosiasi dengan tentara menyiapkan kendaraan dan melepaskan sandra.

Negosiasi pun disetujui, namun beta kagetnya Vier dan tentara lainnya hanya Soni dan Cila yang dilepaskan sedangkan Alona tidak dilepaskan alasannya Alona akan menjadi jaminan mereka sampai keluar daerah perbatasan. Vier mengerang dalam kemarahan. Mobil sudah disiapkan, sementara sniper sudah berada dititik - titik tertentu. Vier yang bersembunyi bersama Jefry dimobil sudah berada diruangan lain puskesmas. Komunikasi tetap berjalan. Perintah sandra selamat perompak mati.

Pukul sembilan, rombongan yang terdiri dari sebelas orang mulai keluar semua tentara sudah siap. Instruksi jelas.Vier berharap Alona tidak berlari melainkan tertunduk. Tanda penyerangan mulai. Tembakan beruntun dan tepat sasaran di laksanakan. Perompak yang kaget dan tidak ada kesempatan untuk menyerang banyak yang mati di tempat. Satu orang yang kuat berusaha kembali menjadikan dokter Alona sebagai pelindungnya namun tembakan tepat sasaran dari Vier membuat satu orang itu langsung mati di tempat sebelum melibatkan Alona. Vier berlari langsung menangkap tubuh yang terkulai lemas. Langsung dipeluk dan dicium.

"Minta maaf sayang, kamu aman sekarang." Saat itu semua anggota baru sadar bahwa dokter Alona adalah orang yang penting bagi Kapten Vier. Alona sudah pingsan dalam pelukan Vier.

"Keluar gedung, mereka sudah memasang bom." Soni yang tahu ada bom di gedung puskesmas langsung berteriak, Vier berlari sambil mengendong kekasihnya dan tak lama bagunan inti puskesmas meledak. Percikan api mulai terlihat. Alona sudah ditempatkan diruangan yang aman. Ruangan yang diledakan adalah ruangan tempat berobat. Jelas kerugian bagi negara besar, karena itu adalah aset negara. Kalau mau digunakan sepertinya tidak bisa. Karena bagunan puskesmasnya hancur. Untung rumah dinas tenaga medis bagunannya terpisah. Tetapi ke enam tenaga medis semua trauma kembali kesana. Apalagi dokter Alona, sampai detik ini dia seperti orang kebingungan.

"Sayang, hai." Alona langsung menangis dalam pelukan Vier. "Sudah selesai sayang mereka semua sudah ketangkap dan dibawa ke kota." Sore itu anggota tentara membersihkan puing - puing puskesmas serta mengamankan alat - alat perlengkapan medis dan obat yang bisa diselamatkan. Malam ini semua tenaga medis tinggal di barak militer. Dua tempat tidur dirumah dinas dipindahkan ke barak militer dan rumah dinas akan digunakan sebagai puskesmas tempat berobat.

Alona dan Cila menggunakan tempat tidur dan semua lemari pakaian digunakan di barak militer. Mereka menggunakan kamar komandan yaitu Kapten Xavier Anthonio, sedangkan Vier tidur bergabung dengan anggota lain, dokter Iwan serta ners Soni, Zaki, dan Silas.

Pagi - pagi Alona sudah bangun. Begitu dia keluar kamar mendapatkan Vier sedang duduk menikmati kopi panas di depan Kamar Alona dan Cila. Ada tempat tidur tentara, ini menandakan bahwa semalam Vier berjaga didepan kamar yang Alona tempati.

"Selamat pagi, ngak usah lari pagi dulu ya." Alona menganggukan kepalanya dan langsung Vier mengelus kepalanya. "Mau minum kopi?"

"Ngak mas. Ngak suka baunya."

"Ahk, baru kenapa di Beijing kerja di cafe yang sebagian besar produk yang ditawarkan kopi."

"Ya, hanya tempat itu yang mau menerima saya dengan padatnya jadwal kuliah dan magang menjadi dokter residen."

"Susah amat hidupnya sampai harus bekerja di tempat yang tidak kamu suka?"

"Ya mau ngak mau, harus bekerja. Mama hanya seorang guru gaji berapa mau membiayai anaknya, belum lagi pekerjaan papa sebagai tour guide dan guru selancar, itu pekerjaan musiman."

"Beasiswa?"

"cukup buat bayar kuliah, beli buku serta kamar kos, sedangkan untuk makan, jajan dan menjalankan hobi harus saya bekerja."

Jam sepuluh pagi enam orang tenaga medis mulai menyulap rumah dinas menjadi tempat berobat. Masa kontrak tiga tahun, membuat mereka masih bertahan menjalankan tugas mereka.

Siang hari di Desa Sampan tejadi peristiwa hujan disertai angin yang kencang seperti badai. Hati Alona bergetar seperti ada rasa takut. Hati kecilnya berdoa dan berkata cobaan apa lagi Tuhan yang harus kita hadapi tolong kuatkan kami.

"Dokter ngeri ya suasana saat ini." Alona hanya bisa mengangguk, langit tiba - tiba menjadi gelap. Tetapi hujan tetap turun, padahal hari masih siang hari baru pukul dua belas siang. Setelah mereka merasa sudah rapi, mereka kembali ke posko militer yang adalah rumah tempat tinggal mereka sementara bersama dua puluh anggota tentara. Mereka menyiapkan makanan bersama - sama.

"Informasi dari pusat, bahwa akan ada pengerjaan Puskesmas oleh anggota tentara."

"Kapan kapten?"

"Mungkin hari Rabu , mereka sudah datang. Bersamaan dengan bantuan obat buat disini. Mereka ada lima belas orang yang ahli dalam membangun rumah."

Pukul dua siang, satu keluarga dengan mengendong anggota keluarganya datang membawa anak mereka yang sakit. Kami berlari ke puskesmas sementara kami. Ketika diperiksa dokter Iwan melihat ke arahku. Ada kekuatiran, langsung di ambil darahnya dan dicek oleh ners Soni yang seorang analis. Infus sudah terpasang, obat penurun panas dan nyeri pada tubuh anak yang sakit, setelah kami mengambil data dia,anak itu bernama Deni usia lima belas tahun. Hasil pemeriksaan darah yang menyatakan bahwa anak ini mengalami alergi. Tidak lama pada kulit tubuh anak nampak ruam - ruam kemarahan. Apakah ini wabah penyakit yang diakibatkan oleh udara.

1
Tuxedo Mask
Gemes banget 😍
Ceisye: terima kasih 🙏🙏🙏
total 2 replies
Elysia
Gak bisa berhenti baca
Ceisye: 😊😊😊 terima kasih
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin galau.
Ceisye: terima kasih sudah membaca semoga bab selanjutnya juga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!