Rahasia Dibalik Pernikahan Paksa

Tidak seperti dugaan Rakha, Nenek yang mendengar apa yang baru dikatakan olehnya tentang Elvira hanya menatapnya tentang tanpa reaksi. Hal itu membuat Rakha semakin bingung apakah Elvira juga sudah memanipulasi cerita sebenarnya tentang keberadaan anak itu sehingga Nenek tidak terkejut saat dia memberitahunya? Dugaan itu muncul dalam hati sebelum akhirnya Rakha menanyakan hal itu kepada Nenek.

"Nenek tidak terkejut, apa Nenek juga sudah tahu jika dia sudah memiliki anak?" dengan menujuk Elvira, Rakha menatap Nenek, menunggu jawabannya. Tapi baru saja Nenek membuka mulutnya untuk menjawab, Elvira langsung menghentikannya.

"Nenek sudahlah, tidak perlu mengatakan apapun. Aku minta maaf jika kehadiran ku membuat hubungan Nenek dan Rakha jadi tidak baik, tapi aku sama sekali tidak bermaksud membuat..."

"Tidak bermaksud katamu?" tanya Rakha, memotong ucapan Elvira. Rakha benar-benar merasa benci pada Elvira yang dinilainya hanya berpura-pura lemah lembut di depan Nenek.

"Rakha!" tegas Nenek memberi peringatan.

"Nenek, jika Nenek sudah tahu dia punya anak lalu kenapa Nenek masih memaksaku menikah dengannya, cerita sedih apa yang dia ceritakan pada Nenek sehingga Nenek setuju untuk menikahkan dia dengan ku!"

"Raka sudah cukup kamu bicara! dari tadi kamu malah sibuk membicarakan Elvira, padahal yang kita bahas saat ini adalah siapa wanita itu, dan bagaimana dia berada di kamar bulan madu kalian?"

Seketika Rakha terdiam, mengalihkan pandangannya kesana kemari.

"Nenek, sebenarnya wanita itu pembantu yang Rakha carikan untuk melayaniku."

Mendengar jawaban Elvira, Rakha begitu terkejut sampai membuka mulut dan membulatkan kedua matanya. Terlebih Linda yang merasa sangat tidak terima di anggap pembantu apalagi harus melayani Elvira.

"Pembantu?" tanya Nenek memastikan, kemudian menatap Linda dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.

"Mau jadi pembantu apa mau menjadi LC," ucap Nenek yang kemudian memberi isyarat pada Rendi, asisten pribadinya yang sejak tadi berdiri mendampingi Nenek untuk membuka kopernya.

Setelah kopernya terbuka, Nenek mengambil daster all size yang baru dibelinya lalu melemparnya pada Linda.

"Pakai itu, dan jangan menggunakan make-up yang berlebihan. Ingat tugasmu hanya membersihkan rumah dan melayani Nyonya Elvira, jadi tidak perlu berpenampilan seperti LC begitu."

Mendapat penghinaan seperti itu, Linda menggenggam kuat-kuat daster itu, sementara bibirnya mengatup hingga gemertak giginya dapat di dengar oleh Rakha yang berdiri di sampingnya.

"Baiklah kalau begitu, Nenek kembali hanya mau mengambil ini," ucap Nenek mengambil ponselnya yang tergeletak diatas sofa, lalu mengajak Elvira kembali pergi.

Setelah kepergian mereka, Linda membanting daster yang Nenek berikan lalu menginjak-injak dengan kedua kakinya.

"Aaaarrrhhhh... Elvira kamu benar-benar sialan!" teriak Linda yang tidak bisa lagi menunjukkan rasa hormatnya dengan memanggil Elvira Nyonya. Linda juga tidak bisa lagi menjaga imagenya didepan Rakha karena kekesalnya sudah terasa menembus hatinya.

"Tuan Rakha yang mengajakku kesini, tapi Tuan Rakha diam saja saat Elvira dan Nenek menghinaku seperti itu, padahal aku hampir mati demi menjaga nama baik Tuan Rakha di depan Nenek!"

"Pulanglah."

Jawaban singkat dan tanpa rasa peduli yang ditunjukkan oleh Rakha membuat Linda mematung tak percaya.

"Aku sudah mentransfer sepuluh kali lipat dari gajimu, sekarang tugas mu sudah selesai jadi pulanglah."

Tring...

Linda tersentak dari tatapannya terhadap Rakha dan melihat notifikasi pesan masuk di ponselnya. Dan benar saja apa yang dikatakan oleh Rakha jika Rakha sudah mentransfer sejumlah uang yang nominalnya sepuluh kali lipat dari gajinya. Untuk sesaat hatinya begitu bahagia, tapi setelah dipikir lagi, jumlah itu sangat kecil dibandingkan jika dia jadi kekasih apalagi menjadi istrinya. Memikirkan itu semua, Linda melunak dan mencoba mendekati Rakha.

"Tuan Rakha... aku minta maaf jika tadi aku tidak bisa mengontrol emosi ku, aku janji tidak akan marah lagi, tapi tolong, aku tidak mau pulang, aku masih ingin disini bersama Tuan Rakha."

"Siapa yang masih mau disini, aku juga akan pulang, jadi sekali lagi ku katakan, pulanglah!"

Melihat ketegasan Rakha, Linda tidak berani lagi membantah. Dengan sangat terpaksa dan berat hati, Linda mengambil kopernya dan melangkah pergi meninggalkan kamar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sesudah menghabiskan waktu bersama Nenek dengan makan, berbelanja dan menikmati keindahan pulau dewata, Nenek mengantar Elvira hanya sampi di lobby hotel. Nenek berpamitan pada Elvira untuk menghadiri acara pernikahan seperti yang Nenek katakan kemarin. Nenek juga mengatakan akan langsung pulang ke Jakarta setelah acara selesai sehingga meminta Elvira untuk melanjutkan bulan madunya dengan Rakha tanpa perlu lagi takut di ganggu oleh kedatangannya. Namun keinginan Nenek tidak bisa Elvira penuhi, karena begitu sampai kamar, Elvira melihat Rakha yang sudah bersiap meninggalkan kamar hotel.

"M-mau kemana?" tanya Elvira, yang merasa kaget.

"Pulang, jika kamu ingin melanjutkan bulan madu lakukan sendiri saja, atau kamu bisa sewa pria lain untuk menemanimu. Lumayan kan tidak perlu lagi bayar kamar hotel."

Mendengar itu, Elvira merasa kesal sekaligus sakit hati yang teramat sangat. Rendah sekali Rakha menilainya sampai menyuruhnya menyewa pria lain untuk menemaninya. Tapi kekesalan itu Elvira tahan dan menjawabnya dengan senyuman.

"Tentu saja, terimakasih sudah memberi kesempatan ini."

Mendapat jawaban itu, Rakha menjadi sangat kesal. Dan langsung meninggalkan kamar hotel dengan membawa seluruh barang bawaannya.

Elvira hanya bisa menghela nafas, membiarkan Rakha pergi sebelum waktu yang ditentukan. Dan untuk membuat Nenek tak mengetahui ini, Elvira tetap berada di Bali sampai waktu yang di tentukan habis

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Begitu kembali ke rumah, Elvira memperlambat langkah kakinya ketika mendengar suara Rakha dan seorang wanita tengah memadu cinta di kamarnya. Semakin lama suara itu terdengar seperti orang berlomba untuk mencapai puncak tujuannya. Hal itu membuat Elvira yang selama ini mengabaikan semua hal tentang Rakha menjadi lemas dan hampir jatuh hingga tak sengaja menjatuhkan Vas bunga di dekatnya.

PRAAANNNKKK...

Menyadari itu, Elvira yang tidak ingin Rakha mengetahui dirinya disana segera berlari meninggalkan kamar. Tapi sayangnya Rakha yang langsung keluar, melihat Elvira yang berlari ke kamar lain.

Dengan santai Rakha menyusul Elvira ke kamar itu dan menghampiri Elvira yang berpura-pura mengemasi pakaiannya dari dalam koper.

"Sudah pulang, bagaimana bulan madumu, berapa banyak pria yang sudah kamu sewa?"

Mendengar pertanyaan menjij1kan itu, Elvira langsung berdiri dan menggampar Rakha tanpa rasa takut.

PLAKKK!

Tamparan yang cukup kuat hingga panasnya sampai terasa di pipi Rakha, membuat Rakha tak kalah marahnya.

"Berrrani sekali kau!"

"Kenapa tidak! pukulan itu tidak sebanding dengan mulut sampahmu!"

"Hah benarkah. Lalu apa yang kau harapan dariku, kenapa tidak bercerai saja dengan ku!"

"Memang itu kan yang kamu inginkan, tapi jangan harap aku akan bercerai dengan mu, karena jika kamu merasa menderita dengan pernikahan ini, maka aku akan semakin bahagia menjalaninya!"

Mendengar itu Rakha semakin merasa kesal, entah apa yang Elvira inginkan darinya. Kenapa dia bersikeras mempertahankan pernikahan dengannya padahal Rakha sudah melakukan berbagai cara untuk menyakitinya supaya Elvira menyerah.

Bersambung...