NovelToon NovelToon
If I Life Again

If I Life Again

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / CEO / Time Travel / Fantasi Wanita
Popularitas:720
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Apakah kamu pernah mengalami hal terburuk hingga membuatmu ingin sekali memutar-balik waktu? Jika kamu diberikan kesempatan kedua untuk hidup kembali di masa lalu setelah sempat di sapa oleh maut, apa yang akan kamu lakukan terlebih dahulu?

Wislay Antika sangat mengidolakan Gustro anggota boy band terkenal di negaranya, bernama BLUE. Moment dimana ia akhirnya bisa datang ke konser idolanya tersebut setelah mati-matian menabung, ternyata menjadi hari yang paling membuatnya hancur.

Wislay mendapat kabar bahwa ibunya yang berada di kampung halaman, tiba-tiba meninggal dunia. Sementara di hari yang sama, konser BLUE mendadak dibatalkan karena Gustro mengalami kecelakaan tragis di perjalanan saat menuju tempat konser dilaksanakan, hingga ia pun meregang nyawanya!

Wislay yang dihantam bertubi-tubi oleh kabar mencengangkan itu pun, memilih untuk mengakhiri hidup dengan melompat dari gedung. Namun yang terjadi justru diluar dugaannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

IILA 09

Apakah kamu pernah mengalami hal terburuk hingga membuatmu ingin sekali memutar-balik waktu? Jika kamu diberikan kesempatan kedua untuk hidup kembali di masa lalu setelah sempat di sapa oleh maut, apa yang akan kamu lakukan terlebih dahulu?

Hari yang dinanti Wislay pun tiba. Hari di mana ia akan menghabiskan waktu bersama Gustro. Sejak pagi, Wislay sudah gelisah setengah mati, memilih pakaian, mencoba berbagai gaya rambut, hingga akhirnya memutuskan untuk tampil simpel namun tetap manis. Ia mengenakan rok tille putih panjang mengembang yang berpadu dengan kaos rajut berwarna hitam lengan pendek yang ngepas di tubuh mungilnya. Rambutnya diikat setengah, menampakkan sisi feminim yang jarang ia tunjukkan. Make-upnya tipis, namun cukup untuk menonjolkan kecantikan alaminya. Jam tangan dan sepatu warna senada melengkapi keseluruhan penampilannya yang sederhana tapi elegan.

Sementara itu, di stasiun kereta, Gustro sudah tiba lebih dahulu. Ia mengenakan setelan kasual: celana jeans hitam dengan kaos putih yang dilapisi jaket denim abu-abu. Simpel, namun tidak bisa menyembunyikan aura pangeran yang terpancar dari dirinya. Orang-orang yang lewat tidak berhenti mencuri pandang, beberapa bahkan membisikkan pujian.

“Siapa tuh? Ganteng banget… kayak idol!”

"Emang idol nggak sih? Kyaaa, ganteng poll!"

Gustro melirik jam tangannya, kemudian membatin, "Sepertinya aku datang terlalu cepat."

Baru saja ia menghela napas pelan, terdengar suara ceria memanggil namanya.

"Gustrooo!"

Gustro menoleh. Matanya langsung menangkap sosok gadis dengan pakaian manis yang mendekatinya sambil melambai. Matanya membulat, sejenak terdiam. Wislay tampak sangat berbeda dari biasanya. Wajahnya bersinar, senyumannya mengembang begitu alami. Ia seperti keluar dari film romantis yang sering ditayangkan malam minggu.

“Kenapa? Aku aneh ya?” tanya Wislay saat ia sudah berada tepat di hadapan Gustro.

Gustro cepat-cepat membuang pandangan. “Enggak. Cuma... kau agak berbeda dari biasanya.”

Wislay nyengir. “Hari ini spesial. Jadi aku juga harus tampil spesial dong.”

"Di kehidupan sebelumnya, aku mana ngerti berdandan kaya gini. Tetapi berkat kesempatan kedua, aku bisa mendandani diriku sendiri dengan mempedomani trend yang akan muncul di masa depan, khekhekhe." Batin Wislay, terkekeh bangga.

Kereta mulai mendekat di kejauhan. Wislay segera mengulurkan tangan kecilnya ke arah Gustro.

"Ayo kita berangkat!"

Gustro menatap tangan itu sejenak, agak ragu. Tapi saat suara pengumuman kereta menggema, Wislay langsung menarik tangan Gustro tanpa permisi dan menyeretnya masuk ke gerbong yang masih sepi.

Wajah Gustro sempat merah padam sesaat, namun ia tetap membiarkan tangannya dalam genggaman Wislay.

“Tangannya mungil sekali. Dan... Kenapa jantungku mendadak berdebar-debar, ya? Apa karena aku terlalu banyak mengonsumsi obat penenang? Ah, mana mungkin,” batinnya, penasaran.

Wislay, yang duduk di sebelahnya kelihatan senyam-senyum sendiri, sementara kedua tangan mereka masih saling menggenggam satu sama lain.

"Ehem... Sudah bisakah kau melepas tanganmu?" Ucap Gustro, agak canggung.

"Hah? Apa katamu? Kau mengatakan sesuatu?" tanya balik Wislay, berbisik dekat ke telinga Gustro. Perkataan Gustro barusan, tidak terdengar olehnya karena kebisingan dalam gerbong kereta.

Gustro tertegun, nafasnya seolah berhenti menderu. "Terlalu dekat." Ia bergeser sedikit, memalingkan kepalanya ke arah samping lalu berkata, "tidak... aku tidak ngomong apa-apa."

"Ohh," Wislay mengangguk, tiada lama ujung bibirnya tersenyum penuh maksud. "Kalau dipikir-pikir, aku lumayan beruntung. Bisa berpegangan tangan dan bahkan jalan-jalan bersama dengan seorang idol sukses di masa depan. Jarang sekali ada fans yang sehoki diriku. Aku mesti menggunakan moment ini sebaik mungkin, khukhukhu."

Raut Wislay tiba-tiba berubah suram, "sebab... di tahun-tahun yang akan datang, apalagi setelah dia jadi idola... aku dan Gustro belum tentu akan seperti demikian lagi."

Wislay berlarut dalam sendunya. Namun seketika dirinya menyadari suatu hal, "argh, apa-apaan kau ini Wislay? Kau sedang mengharapkan apa? Tck!"

"Berhenti mengada-ada! Tujuanmu hidup kembali adalah untuk menyelamatkan Gustro. Bukan menjadi pasangannya! Sadar diri sedikit." Wislay menggeleng-gelengkan kepala, hingga membuat Gustro keheranan.

"Kau kenapa?"

"Ah, nggak apa-apa kok."

Gustro terdiam, tidak berkata apa-apa lagi.

"Gustro..."

"Kenapa?

Greeep.

Wislay menggengam tangan Gustro dengan kedua tangannya, "aku janji akan membuatmu bahagia dan melindungimu dari segala bahaya."

Degggg.

"Kata-kata itu..." Gustro termangu.

Ia lalu menghela napas. “Dasar. Memang kau dewa? Kau... selalu saja menimbulkan suasana aneh.”

Wislay tersenyum lebar. “Aneh dalam artian yang baik, kan?”

Gustro tidak menjawab, tapi senyumnya yang samar cukup menjadi bukti. Ia mengalihkan wajah ke jendela, tapi bayangan Wislay tetap ada di kaca. Gadis itu sedang memperhatikannya, penuh semangat bak anak kecil yang akhirnya bisa mengajak tokoh idolanya bermain.

Dalam hati, Wislay bertekad. "Hari ini akan jadi hari yang tak terlupakan. Hari di mana kamu tahu, bahwa ada aku di sampingmu... dan aku akan selalu berusaha membuatmu bahagia."

...****************...

...****************...

Akhirnya mereka tiba di taman bermain, Wislay tampak girang bukan main. Matanya berbinar-binar melihat komedi putar, rumah kaca, hingga permainan wahana ekstrem di kejauhan. Suara anak-anak kecil yang tertawa riang dan aroma permen kapas di udara membuat suasana makin menyenangkan.

“Hari ini aku yang traktir semuanya. Dari tiket sampai makanan. Jadi kau cukup bawa tampang gantengmu saja,” kata Wislay sambil menepuk dada dengan bangga.

Gustro hanya mengangkat alis. “Kau yakin? Jangan sampai nanti kau meminjam uangku, loh.”

“Yakin banget! Ini kan hari spesial.”

Mereka masuk ke taman bermain setelah Wislay membayar tiket. Tanpa basa-basi, Wislay langsung menarik Gustro ke arah mesin capit boneka. Mata Wislay sudah terpaku pada boneka paus biru yang lucu di dalam kotak.

“Aku harus dapat itu!” serunya.

Tapi kenyataan tidak semanis harapan. Setelah lima koin habis, boneka itu masih tenang di tempatnya.

“Apa ini mesin terkutuk?” keluh Wislay.

Gustro menghela napas, lalu maju. Ia membeli koin, memasukkan satu, lalu menekan tombol.

Ceklik.

Sret.

Jreeeng—Boneka paus itu langsung terangkat dan jatuh ke lubang.

“Astaga?!” Wislay menatap Gustro bak pahlawan super.

Dengan wajah santai, Gustro menyerahkan boneka itu ke tangan Wislay. “Untukmu.”

Matanya langsung memantulkan cahaya. Ia spontan melompat memeluk Gustro. “Makasihhh!”

Gustro tersentak. Tubuhnya kaku. Jantungnya mendadak seperti main drum.

“Sama-sama...” katanya pelan.

Begitu sadar, Wislay melepaskan pelukannya cepat-cepat. Pipi keduanya merona seperti tomat matang.

“Maaf! Aku reflek. Hehe...”

“Tidak apa-apa.”

Canggung pun tercipta. Namun hanya sebentar, karena mata Wislay menemukan sesuatu yang menarik.

“Lihat! Ada photobooth di sana! Yuk, foto-foto!”

Ia menyeret Gustro masuk ke bilik photobooth. Di dalamnya ada beragam bando dan aksesoris lucu.

Wislay mengambil bando telinga kucing dan meletakkannya di kepala Gustro.

“Imut banget!”

“Berhenti. Ini memalukan,” ujar Gustro.

Gustro lalu balas dendam dengan menyematkan bando telinga kelinci di kepala Wislay, "rasakan ini."

“Kau pikir ini akan membuatku malu?” Wislay berpose ala model. “Justru aku jadi makin imut.”

Gustro hanya mengalihkan pandangan, tapi tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

Mereka mulai memotret. Frame pertama, Wislay tersenyum lebar. Frame kedua, ia melemparkan pose finger heart. Frame ketiga—

“Gustro! Astaga, kamu ngapain berdiri kaku begitu? Pose dong!”

“Aku tidak tahu caranya.”

“Astaga...” Wislay merangkul bahunya, lalu menarik pipinya pelan ke samping. “Gini lho... biar ekspresif!”

Klik.

Gustro diam terpaku. Kedua tubuh mereka seakan menyatu. Pipi ditarik, hati pun bagai ditarik juga.

Beberapa menit kemudian, hasil foto keluar. Dua lembar foto polaroid dengan empat frame.

“Satu buatku, satu buatmu,” kata Wislay sambil memberikan salah satunya ke Gustro.

Gustro menatap polaroid itu dalam diam. Lalu melirik ke arah Wislay yang sedang tertawa kecil melihat fotonya sendiri.

“Lucu banget,” gumam Wislay.

Gustro kembali menengok fotonya. Ada dirinya yang tersenyum dipaksa, dan Wislay yang memancarkan kebahagiaan.

Untuk pertama kalinya, Gustro tersenyum lebih lebar. Ada rasa hangat yang menyelinap ke dadanya.

“Perasaan ini... mengapa terasa sangat damai?” batinnya.

Setelah dari photobooth, Wislay mengajak Gustro mencicipi corndog dengan keju mozzarella yang meleleh. Mereka duduk di bangku taman, tertawa melihat wajah masing-masing belepotan saus. Gustro bahkan diam-diam menyeka noda saus di pipi Wislay dengan tisu.

“Kau makan seperti anak kecil,” sindir Gustro.

Degggg.

“Dan kau terlalu bersih. Itu mencurigakan,” balas Wislay sambil menyipitkan mata.

Setelah itu, mereka berdua berjalan-jalan sambil menikmati es krim cone. Wislay memilih rasa stroberi, sementara Gustro memilih coklat. Dari kejauhan, orang-orang melihat mereka bak pasangan kekasih yang serasi. Mereka bercanda, saling mengejek, saling tertawa.

“Ini seperti kencan beneran ya,” celetuk Wislay sambil menjilat es krim.

Gustro nyaris tersedak es krimnya. “Siapa bilang ini kencan?”

“Yah, kau yang ikut. Berarti kau setuju,” kata Wislay dengan bangga.

"Dasar aneh," gumam Gustro.

Wislay pun menjulurkan lidah, meledek Gustro.

Namun tiba-tiba, suara keras menggema. Jeritan orang-orang membuat keduanya mendongak.

"Hei, menyingkirlah dari sana!"

"Awass!!"

Salah satu bangku dari komedi putar lepas dari atas dan jatuh dengan kecepatan tinggi. Mata Wislay terbelalak. Ingatannya langsung terlempar pada layar pengumuman kematian Gustro dari kehidupan sebelumnya. Dadanya sesak.

Tanpa pikir panjang, Wislay berteriak, “Gustro AWAS!”

Ia melompat dan mendorong tubuh Gustro ke samping. Bangku besi itu menghantam kuat tanah tempat Gustro berdiri sebelumnya. Mereka berdua terpental ke tanah.

Bruaaaaak.

Gustro terdiam, napasnya memburu. Ia baru saja selamat dari maut.

“Syukurlah... kau selamat...” desah Wislay dengan senyum lega.

Namun senyum itu cepat sirna. Gustro menatap Wislay dengan mata terbelalak.

“Kau... hidungmu...” katanya terbata.

Wislay menyentuh hidungnya. Darah mengalir deras.

“Ada apa ini...” gumamnya.

Tiba-tiba dadanya terasa diremas kuat. Nafasnya sesak, tubuhnya lemas, dan perlahan dunia berputar. “Jantungku... kenapa...”

Gustro menangkap tubuhnya yang ambruk. “Wislay! Hei! Wislay!!”

Namun kesadaran Wislay memudar. Hanya samar-samar ia melihat wajah cemas Gustro, sebelum semuanya menjadi gelap.

-

Di tempat lain, di dalam kamar kost, Alan tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi pelipisnya.

“Tidak...” bisiknya, napas memburu.

Ia duduk tegak di ranjang. Mata tajamnya menatap kosong ke depan, seolah menangkap sesuatu yang jauh.

“Wislay...” gumamnya. Ekspresinya berubah serius.

Tanpa membuang waktu, Alan segera bangkit dan mengambil sesuatu dari laci kecil di meja. Tangannya mengepal kuat.

“Waktuku untuk hanya mengamati sudah berakhir.”

Angin berdesir kencang, seolah semesta pun ikut bergejolak. Sebuah perubahan besar tengah terjadi... dan takdir Wislay berada di ambang bahaya.

~

1
Anonymous
ceritanya keren ih .....bagus/Bye-Bye/
Y A D O N G 🐳: Makasih lohh🥰
total 1 replies
😘cha cchy 💞
kak visual x dong juga. ..👉👈😩
😘cha cchy 💞
ini tentang lizkook kan...??
😘cha cchy 💞
kak kalo bisa ada fotonya kak biar gampang ber imajinasi...😁
😘cha cchy 💞: minta foto visual x juga nanti kak..😁🙏🙏
harus lizkook ya KK..😅😃
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!