Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?
*
*
*
Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.
MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.
Untuk menyemangati Author menulis.❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Malam kian larut. Gelap, hening, hanya aroma lembab dinding yang basah oleh embun, menemani Axel malam ini. Desir angin yang dingin menusuk kulitnya, memberi sedikit kesegaran pada tubuhnya yang memanas sejak sore tadi. Pemuda itu duduk sendiri, melamun di rooftop rumahnya.
“Ada apa dengan Kiara?” gumamnya, pikirannya kalut, mengingat sebuah surat yang tak sengaja ia baca sore tadi.
Axel tidak tahu pasti maksud isi surat itu, ia hanya membaca beberapa bait kata, tapi yang paling mengganggu pikirannya adalah sebuah kalimat yang paling menohok ‘Axel, i love you’
Tak perlu dijelaskan, kalimat itu sudah berhasil mengacaukan pikirannya. Ia termenung sejak pulang dari rumah Kiara, berlarut dalam keheningan penuh tanda tanya, yang tak tahu kemana ia harus bertanya. Tidak mungkin bertanya langsung pada Kiara kan?. pikirnya.
****
Pagi harinya, pemuda itu baru saja membuka gerbang, hendak berangkat ke sekolah.
“Axel!” seru seorang gadis, suaranya melengking terdengar jelas oleh Axel.
Pria itu tertegun, menghentikan langkah sejenak, kemudian menoleh dengan wajah datar.
Kiara berlari kecil ke arahnya, gadis itu terlihat berbeda, entah apa yang membuatnya beda. Ia masih mengenakan seragam yang sama seperti tempo hari, masih mengikat rambutnya seperti biasa. Tetapi, netra Axel menatapnya dengan sorot tak biasa.
“Ayo berangkat bareng,” ajak Kiara, wajah cerianya terus berbinar tiap menatap pria pujaannya.
“Hah?!” Axel mengernyit, kaget atau gugup? Entahlah, dia sendiri pun tak mengetahui apa yang dirasanya.
“Kenapa, hah?! Biasanya juga berangkat bareng,” gumam Kiara.
Axel mengerjap, sempat kikuk, tapi ia sangat profesional, dalam hitungan detik pria itu mampu mengembalikan sikap dinginnya.
“Aku ada urusan, mau ke rumah Rafa,” ucapnya.
Kiara memiringkan kepala, heran. “Tumben, urusan apa?”
“Kamu nggak perlu tau.”
“Dih, ya udah sih.”
“Sana, berangkat,” cetus Axel sambil mendorong pelan tengkuk gadis itu.
Kiara akhirnya melangkah menjauhi Axel, baru lima langkah ia beranjak, tiba-tiba gadis itu berjalan mundur. Saat perkiraan sudah mendekati tempat Axel berdiri, ia menghentikan langkah lalu berbalik.
Kiara merogoh tasnya, kemudian mengeluarkan lembaran kertas.
“Nih, aku udah kerjain tugas kemarin, tinggal kamu periksa. Oh iya, aku mau ijin nggak bisa les hari ini, ada urusan,” ujarnya sambil menyodorkan kertas ujiannya pada Axel.
Axel menatap bingung, alisnya menyatu rapat penuh pertanyaan. “Urusan apa?” tanyanya akhirnya.
“Kamu nggak perlu tau,” balas Kiara dengan sarkas. Ia tersenyum puas, berhasil meng-ulti pria yang sejak tadi ketus padanya.
Kiara langsung berbalik, melangkah cepat meninggalkan Axel.
****
Di lapangan basket, sorakan para siswa-siswi mulai terdengar menggema. Axel, Dika dan tim mewakili sekolah mereka untuk bertanding dengan sekolah ternama.
Babak pertama dimulai. Dika dengan lincah menggiring bola dan berhasil melewati benteng lawan, sementara Axel juga fokus menunggu Dika mengoper bola ke arahnya. Shoot! Axel berhasil dengan tembakan pertamanya.
Dika mendekat dan menjabat tangan Axel, senyum sumringah muncul di wajahnya, merasa puas dan bangga. Axel pun sama, wajahnya tampak berbinar karena berhasil mendapatkan satu poin pembuka jalan kemenangan. Kedua pemuda itu terlihat akrab dan solid saat bertanding sebagai satu tim, seolah melupakan tragedi legend di lapangan basket beberapa hari lalu.
Di tengah drible cepatnya, mata Axel tak fokus kedepan, ia terus melirik ke tribun penonton. Tak melihat adanya Kiara, pun tak mendengar suara gadis itu bersorak.
Lawannya dengan sigap merebut bola yang sejak tadi dikuasai Axel, ia memanfaatkan timing Axel yang lengah.
Axel tercengang, ia berdiri membeku dan hanya menatap bola yang kini dikuasai lawannya, shoot! Satu poin untuk tim sekolah ternama itu.
Dika menghampiri Axel. “Fokus!” serunya sambil menepuk pelan bahu pria yang masih melongo itu.
Axel mengerjap, mengedarkan pandangannya untuk kembali fokus. Tetapi, pikirannya kacau. Kemana Ara? batinnya terus bertanya-tanya, kemana perginya gadis yang katanya akan memberi semangat penuh untuknya saat pertandingan.
****
Batch pertama selesai, anggota tim rehat sejenak mengatur napas. Kedua tim mendapat poin seri untuk babak pertama.
“Axel, ada apa denganmu? Fokus!” tegur coach Indra, suaranya tegas.
“Ya, coach, sorry,” balas Axel, napasnya masih terengah-engah. Tetapi, matanya terus bergerak menelusuri tribun penonton.
Kiara tak kunjung muncul bahkan setelah babak pertama selesai.
Tiba waktunya untuk memulai babak kedua, semua anggota tim basket bersiap dan berdoa, tak lupa dengan yel-yel mereka “red thunder, go!” seru semua tim bersemangat, sebelum memasuki lapangan.
Axel bermain dengan rapi dan berhasil mencetak poin unggul, pertandingan semakin memanas saat salah satu anggota lawannya berhadapan langsung dengannya.
“Jadi itu kau? Serigala di red thunder?” tanya salah satu lawan Axel.
“Why? Aku membuatmu gemetar?” balas Axel dengan sarkas, matanya tetap fokus mencari celah untuk menggiring bola.
Jawaban Axel jelas menyulut ambisi sang lawan, pria muda itu melotot tajam menatap Axel. Rahangnya menegang merasa di rendahkan, kali ini Axel menjadi sasaran utama sang lawan.
Axel sesekali nyaris terjatuh, anggota tim lawannya mulai bermain kasar. Salah satu pemain dengan sengaja bermain curang, menyenggol keras Axel dengan sikunya.
Brak! Axel tersungkur ke lantai.
“Aish!” pekiknya merasa kesal, setengah kesakitan. “Apa maksudmu? Kau bermain curang?”
“Aku tidak sengaja. Kenapa serigala sangat lemah? Gitu aja oleng,” jawab Andi, kapten tim lawan yang sejak tadi memang mengincar Axel.
Axel nyaris tersulut emosi, beruntungnya Dika sebagai kapten tim gercep menghampiri—menjadi penengah, sehingga situasi terkontrol dan kembali kondusif.
Kedua tim kembali beradu skill, tetapi performa Axel menurun akibat terjatuhnya tadi, kakinya sedikit keseleo, mungkin.
Axel mengerjap, dahinya mengernyit seolah menahan rasa sakit. Sial! Kakiku bermasalah. gumamnya dalam hati.
Dia nyaris kehilangan keseimbangan, akhirnya ia melempar bola ke arah Dika dan membiarkan sang kapten mengeksekusi permainan.
Shoot! Dika berhasil mencuri satu poin. Ia langsung menghampiri Axel yang terlihat tidak baik-baik saja, meski sempat beradu mulut bahkan berkelahi sebelumnya, jiwa leader dan profesional Dika tidak bisa diragukan lagi. Ia tetap menaruh rasa khawatir dan memperhatikan anggota timnya.
“Kau baik-baik saja? Mau tukar pemain? Jangan dipaksakan, kakimu bisa cedera,” ujarnya, mencoba memberi ruang agar Axel beristirahat.
Axel hendak menjawab, baru saja ia membuka mulut, namun suara melengking terdengar dari tribun penonton.
“Axel! Go! Go! Red thunder! Go! Kapten Dika! Go!” seorang gadis berteriak lantang dengan membawa sebuah toa.
Suara gadis itu terdengar nyaring sekali.
Axel dan Dika, bahkan semua orang di lapangan sontak menoleh ke arah tribun itu.
Kiara memakai pakaian warna merah, rambutnya di kepang dua dengan pita besar di kepala, sangat mencolok di tengah kerumunan penonton. Gadis itu terus bersorak memberi semangat pada pemain, dengan sebuah toa. Sangat tak terduga, Kiara memang suka absurd.
Axel dan Dika berdiri sejajar, wajahnya melongo terheran melihat gadis yang tak asing bagi mereka.
“Itu Kiara?” gumam Dika, mulutnya ternganga seolah tak percaya.
Axel menatapnya lumayan lama, sudut bibirnya mengembang tipis. “Dasar gadis unik,” gumamnya.
Pritt!! Wasit meniup peluit, tanda agar para pemain kembali fokus bertanding. Gara-gara Kiara pertandingan tertunda sebentar, seisi lapangan ikut tercengang.
Via yang duduk di bangku anggota cheers pun menutup wajahnya, tak kuasa melihat ke absurdan sahabatnya. “Gue nggak kenal pliss!”
...****************...
Bersambung...
Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...
Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.
Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰
yg tadinya seneng ketemu cinta pertama yg udah lama ga ketemu
pas ketemu sikapnya beda banget
hhh
🤣
ak pasti menunggunya thor
otakku baru bangun nih