Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Petir, dan Mati Lampu
Dengan gesit dan lincah Zinni mengolah masakan di dapur. Sementara Excel berada di ruang tengah sedang fokus melihat Hpnya.
"Mama, Nada sekarang di rumah Mama atau Elyana?" tanya Excel terhubung dengan sang mama lewat sambungan telpon.
"Siang tadi Rafka mengantarkan ke rumah mama. Nada berubah pikiran, ingin tinggal di rumah mama. Apalagi di sini ada Elen, jadi dia betah di rumah mama. Kalaupun di rumah Elyana, kasihan Elyana, dia saat ini sedang mengalami mual muntah yang lumayan parah," jawab Bu Gina dari ujung telpon sana.
"Baik, kalau begitu Excel sudahi telponnya, ya. Sampaikan salam Excel buat Nada. Assalamualaikum." Excel mengakhiri telponnya bersama sang Mama.
"Pak Excel, makan malamnya sudah siap." Tiba-tiba Zinni menghampiri ketika Excel baru akan menutup telpon. Excel menoleh tanpa menyahut.
"Cel, barusan siapa, seperti suara perempuan muda. Ke mana Bi Ocoh?" Sambungan telpon ternyata belum terputus, sehingga suara Zinni terdengar oleh Bu Gina.
Excel terkejut, lalu buru-buru mengalihkan perhatian sang mama. "Itu suara perempuan di TV, Ma. Kebetulan nama laki-lakinya hampir sama, yaitu Marsel," balas Excel berbohong, lalu buru-buru memutuskan sambungan telpon dengan sang mama, sebelum sang mama bertanya lebih lanjut.
"Pak Excel." Zinni kembali memanggil Excel. Excel menoleh lalu menatap Zinni sedikit sinis.
"Zinni, bisa tidak, ya, kamu besok dan seterusnya pakai pakaian paling minim selutut atau rok panjang saja? Saya tidak masalah kamu tidak berhijab di dalam rumah kalau kamu memang pakai hijab hanya fashion saja ketika keluar rumah."
Zinni tersentak, dia merasa malu mendapat teguran seperti itu. Tapi, mau gimana lagi, semua baju dia kena hujan di jemuran atas. Sementara pakaian yang berhasil dia bawa dari kost-an, semua basah juga, apalagi tadi saat naik angkot, kantong kresek itu jatuh ke aspal.
"Iya, Pak. Saya minta maaf. Saya pakai ini terpaksa, soalnya rok dan setelan baju ini kehujanan di jemuran atas saat saya tinggalkan pergi," ujar Zinni memberi alasan.
"Baiklah." Excel bangkit lalu melewati Zinni yang masih berdiri di ruang tengah, menuju dapur. Zinni mengikuti bos barunya itu yang baginya menyebalkan.
"Masak apa kamu?" Excel melihat ke atas meja makan yang sudah tersedia dua menu makanan.
"Cumi dan udang asam manis pedas, sama sayur semi jagung muda dikasih teri saus tiram. Saya memasak sesuai yang ada di kulkas saja, Pak."
Excel tidak menyahut, dia melihat meja dengan biasa. Hatinya sedikit mencibir yang dimasak Zinni hanyalah coba-coba saja karena bahannya hanya ada dua itu.
"Kamu coba-coba masak semi dicampur teri ini, gimana rasanya, apa tidak aneh?" ucap Excel seperti meragukan apa yang dimasak Zinni.
"Pak Excel bisa coba dulu, deh. Nanti bisa komplen kalau memang tidak enak," ujar Zinni seraya meraih piring untuk Excel lalu diisi nasi, dan lauknya.
"Silahkan, Pak." Zinni menyodorkan piring itu di depan Excel.
"Kenapa sebanyak ini, kalau tidak enak, kan, sayang, mubazir, kebuang banyak?" Excel sedikit mendumel. Zinni tidak menjawab, dia hanya membalas di dalam hatinya saja.
"Huhhh, bawel nih pria. Bibirnya mirip perempuan."
Excel mulai menyuap, sementara Zinni mengamati seraya berdoa semoga masakan yang dia masak, cocok di lidah Excel.
Satu suap dua suap, sampai Excel berhasil menelan makanannya, Zinni menyimpulkan kalau masakan yang dia buat cocok di lidah Excel.
"Euhh, bagaimana, Pak? Apa cocok di lidah Pak Excel?" tanya Zinni memberanikan diri.
"Lumayan. Kamu duduklah dan ambil makan juga. Apa kamu tidak lapar?" Excel menatap Zinni lalu menawarkan makan satu meja.
"Nanti saja, Pak, setelah Pak Excel," tolak Zinni segan.
"Duduk dan ambil piring kamu," titahnya dengan sorot mata tajam. Zinni terpaksa manut, lalu duduk dan meraih piring, kemudian diisi nasi dan lauknya. Dengan perasaan yang segan, Zinni mulai menyuap.
"Kalau menurut lidahku sih makanan ini bisa diterima?" batin Zinni sembari mengunyah. Tidak lama dari itu, Ecxel menyudahi makan malamnya. Dia meraih gelas yang sudah diisi air putih hangat.
"Zinni, nanti setelah selesai di dapur, susul saya di ruang tamu. Saya ada yang mau dibicarakan," titah Excel.
"Baik, Pak." Zinni menyanggupi lalu menyelesaikan makannya yang tinggal sedikit di piring. Setelah itu, ia buru-buru membereskan meja dan mencuci piring bekas Excel dan dirinya makan. Setelah itu, Zinni segera bergegas menuju ruang tamu sembari menenteng baki yang isinya kopi panas.
"Silahkan Pak, kopinya." Zinni meletakkan kopi panas di depan Excel. Excel menatap sekilas ke arah gelas itu, lalu menoleh ke arah Zinni.
"Duduklah, dan ceritakan mengenai kamu!" ujar Excel meminta Zinni menceritakan tentang dirinya.
Zinni sedikit bingung, dia harus menceritakan dirinya tentang apa? Tapi, dia hanya kepikiran cerita tentang dirinya yang saat ini sudah yatim piatu.
"Saya anak yatim piatu. Orang tua saya sudah meninggal enam bulan lalu karena kecelakaan. Setelah orang tua saya meninggal, saya memutuskan untuk tinggal ngekost di kota ini," tutur Zinni memperkenalkan sedikit tentang dirinya.
"Kamu sudah tidak punya orang tua?" Excel tersentak tidak percaya.
"Betul, Pak.".
"Ya ampun, saya minta maaf, ternyata kamu sudah tidak memiliki orang tua." Excel tampak menyesal.
"Tidak apa-apa, Pak," balas Zinni dengan wajah menunduk.
Sementara itu, hujan yang sore tadi turun lebat, kini mulai ringan sesekali diiringi kilat. Hawa dingin menyusup ke dalam pori-pori kulit sehingga mampu membuat Zinni bergidik karena dingin.
"Ya ampun, kedua Hp ku lupa dicas. Batrenya mau habis, nih." Excel terdengar menggerutu karena batre Hp nya sudah mau mati.
"Ya sudah. Malam ini tugas kamu selesai. Kamu boleh ke kamar dan tidur," ujar Excel.
"Baik, Pak. Terimakasih banyak," ucap Zinni bangkit dan mulai melangkah.
Sebelum ke kamarnya, Zinni bermaksud ke dapur untuk mengambil air minum buat di kamar. Namun, tiba-tiba suara petir menggelegar kencang dan kuat. Zinni terkejut dan menjerit saking kagetnya. Bersamaan dengan itu, lampu yang terang benderang tiba-tiba mati. Di dalam rumah otomatis gelap gulita.
Hal ini membuat Zinni takut dan menjerit memanggil Excel.
"Pak Excel, saya takut. Pakkk," panggilnya nyaris bergetar. Excel yang mendengar Zinni memanggilnya, mengumpat karena batre Hp nya sudah akan habis.
"Ya ampun mati lampu lagi. Mana batre Hp ku dua-duanya mau mati," kesal Excel.
"Pak Excelll, Pakkk saya takut." Kembali suara Zinni terdengar. Excel bangkit, dengan sisa batrenya dia menyalakan senter Hp lalu berjalan menghampiri Zinni.
"Pak di sini, Pak," teriak Zinni lega saat melihat cahaya senter dari Hp Excel.
Excel mendekat, lalu tiba-tiba Zinni memeluk Excel dengan erat. Tubuhnya bergetar layaknya orang ketakutan.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan