Dikhianati suami dan sahabatnya sendiri, Seraphine Maheswara kehilangan cinta, kepercayaan, bahkan seluruh harta yang ia perjuangkan. Malam itu, ia dijebak dalam kecelakaan maut oleh Darian Wiranata dan Fiora Anindya.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua untuk kembali ke masa lalu. Kini, Seraphine bukan lagi wanita naif, melainkan sosok yang siap membalas dendam kepada paraa pengkhianat.
Di tengah jalannya, ia dipertemukan dengan Reindra Wirajaya, CEO muda yang perlahan membuka peluang takdir baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 TIDAK TAHU DIRI
Setelah beberapa detik hening, akhirnya ia mengangguk lemah.
"Baiklah aku akan lakukan. Aku akan membuat Sera datang menemuimu di bar itu"
"Bagus. Ingat, Fiora ini kesempatan terakhirmu. Jangan sampai kamu mengecewakanku lagi"ucap Darian sambil tersenyum tipis.
Fiora hanya mengangguk,tetapi sorot matanya menandakan kekesalan kepada Darian.
"Kenapa dia harus memikirkan Sera dan Sera. Aku ini selalu ada untuknya bahkan aku telah memberikan semuanya"batin Fiora.
Fiora berjalan keluar meninggalkan Darian disana seorang diri,Darian segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
"Paman tolong hapus beberapa file cctv di dekat tangga khususnya yang ada Fiora dan Sera"ujar Darian.
"Baiklah Darian,tapi kamu harus membantu paman"ucap seorang dibalik teleponnya yang dipanggil Darian paman.
"Aku akan melaksanakan sesuai rencanamu"Darian menegaskan perkataanya.
Tutt...
Telepon dimatikan sepihak oleh paman. Darian hanya tersenyum sinis.
"Aku akan menghacurkanmu"batin Darian.
Fiora sekarang sudah ada di ruang administrasi,Nadya yang melihat Fiora datang lalu berdiri menyambut Fiora.
"Fiora kamu dari mana saja"ucap Nadya.
"Aku dari toilet,bagaimana tugasnya?"tanya Fiora basa basi tetapi tatapannya masi mencari seseorang.
"Kamu cari siapa?"tanya Nadya ikut melihat sekeliling.
"Dimana Sera?"tanya Fiora.
"Itu Sera dia sedang membuat laporan"ucap Nadya sambil menunjuk seorang wanita yang sedang mengetik di komputer.
Fiora segera menghampiri Sera,membawakan tisu. Dan berpura pura baik di hadapan Sera. Fiora berjalan dengan senyum yang dipaksakan. Tangannya membawa selembar tisu yang ia sodorkan pada Sera.
"Sera maaf ya tentang tadi. Aku nggak tahu kenapa bisa kejadian kayak gitu. Maaf aku salah tadi aku tidak sengaja" ucap Fiora dengan suara selembut mungkin.
Sera berhenti mengetik, menoleh sekilas dengan tatapan datar.
"Kamu salah? Aku pikir kamu nggak pernah merasa begitu" balasnya dingin.
Fiora tersenyum canggung, lalu duduk di kursi sebelah Sera.
"Aku serius, Ser. Aku nggak mau hubungan kita jadi kayak gini terus. Kita kan dulu sering bareng-bareng, kan? Kalau kamu masih marah, ayo kasih aku kesempatan buat perbaikin semuanya"
Sera menghela napas panjang. Tangannya kembali menari di atas keyboard.
"Aku nggak punya waktu buat drama murahanmu, Fiora. Sekarang aku sibuk"
"Tolonglah, Ser," Fiora mencondongkan tubuhnya sambil memohon.
"Aku janji, nggak akan ada masalah lagi. Malam ini gimana kalau kita ke bar? Cuma berdua aja, kita ngobrol bareng sambil mengenang masa lalu kita. Aku kangen kebersamaan kita"
Sera terdiam. Kata-kata Fiora membuat alisnya terangkat. Ada sesuatu yang terasa janggal.
"Mau buat drama apa dia lagi"batinnya malas.
"Bar? Kenapa tiba-tiba ngajak aku ke bar? Bukannya kamu lebih suka ke sana sama gengmu?atau baremg Darian?" Sera menyipitkan mata penuh kecurigaan.
"Ya ampun, Ser. Aku cuma mau habisin waktu sama kamu. Sekali ini aja, tolong jangan nolak."
Sera menatap Fiora lama, lalu bersandar di kursinya. Senyum tipis muncul di wajahnya, meski matanya menyimpan banyak keraguan.
"Baiklah, aku akan ikut. Tapi ingat, Fiora kalau ini cuma permainanmu lagi, jangan harap aku bakal diam aja"
Fiora terkejut dengan jawaban itu. Untuk sesaat, senyumnya hampir pudar, tapi ia buru-buru menyembunyikan kegugupannya.
"Enggak, Sera. Aku janji, malam ini cuma buat kita berdua"
Dalam hatinya, Sera masi merasa ragu dengan mantan sahabatnya yang suka berpura pura baik tetapi didalamnya sangat busuk.
"Aku harus tahu apa rencana busukmu kali ini, Fiora"
.
.
Magang pada hari itu sudah selesai Sera sudah pulang dari kantor di antar oleh Reindra. Di rumah sepi hanya ada satu satpam dan para pelayan. Sera berjalan ke arah kamarnya lalu merebahkan dirinya ia merasa lelah untuk hari ini.
"Sudah satu minggu aku di kehidupan ini"gumamnya sambil menatap langit langit.
"Aku penasaran setelah aku meninggal,seperti apa kehidupan Darian dan Fiora pasti mereka bahagia di atas penderitaanku"gumamnya sorot matanya tajam.
Selang beberapa menit merebahkan dirinya,Sera tiba tiba ketiduran. Di tidurnya itu Sera bermimpi berada di pemakaman. Sera menatap ke arah sekeliling.
"Ini seperti keluargaku?"gumamnya.
Lalu ia melihat ke arah nisan dan benar saja terpampang nama Seraphine Maheswara di sana. Sera merasa sedih lalu menatap ke arah keluarganya ada sang ibu,ayah dan kak Bima yang menangis tersedu sedu. Sera merasa bersalah karena lebih memilih Darian daripada keluarganya,bahkan saat dia meninggal pun keluarganya masi setia menangisinya bahkan sang ibu beberapa kali pingsan.
"Maaf mama dan papa" di kehidupan kedua yang telah tuhan berikan aku akan selalu berada bersama kalian.
Saat merasa sedih menatap keluarganya tiba tiba tatapan Sera ke arah Darian dan Fiora yang sedang mojok di tempat sepi,ia melihat mereka sedang tertawa tawa bahkaan setelah tertawa.
Air mata Sera menetes tubuhnya bergetar.
"Kalian bahkan di hari kematianku pun kalian masih sempat-sempatnya"
Tawa itu berubah makin mesra, lalu tanpa malu-malu Fiora menempelkan bibirnya ke bibir Darian. Ciuman singkat, tapi cukup untuk menusuk hati Sera yang melihatnya.
"Bangsat! Jadi selama ini semua benar. Aku mati, tapi kalian hidup di atas penderitaanku. Bahkan cintaku yang kuberikan ke Darian hanya jadi bahan permainan untuk mereka"Sera mengepalkan tangan.
Ia ingin menjerit, ingin memukul, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Mimpi itu membuatnya hanya bisa menyaksikan. Lalu, pandangannya teralih. Tidak jauh dari nisan, berdiri seorang pria dengan setelan jas hitam yang kusut karena hujan dan tangis itu adalah Reindra.
Wajahnya pucat, matanya merah, dan tangannya gemetar sambil menggenggam bunga lili putih. Ia berlutut di hadapan nisan Sera, suaranya pecah.
"Gadis kecilku kenapa kamu harus pergi duluan? Kalau aku bisa menukar nyawa, aku lebih rela mati daripada harus lihat kamu begini"
Sera terdiam, hatinya serasa diremas. Ada kehangatan dan kesedihan yang bercampur jadi satu saat melihat Reindra menangis tulus di hadapannya.
"Rei apakah dari dulu kamu mengenalku"gumamnya.
Sebelum mendekat ke arah Reindra tiba tiba badannya digoyang goyangkan oleh seseorang.
"Sera,kamu kenapa malah menangis"tanya Kak Bima bingung.
"Eh..kak bima ini hanya mimpi"ucap Sera sambil menghapus air matanya.
"Kamu ini suka bikin kakak kaget aja,kalau jantungan gimana"ucap Kak Bima kesal.
"Yaelah kak,lebay amat"kata Sera malas.
"Itu bestie kamu Fiora ribet dari tadi berisik diluar"ucap Kak Bima malas.
"Eh iya sampe lupa aku mau main sama Fiora"Sera menggaruk kepalanya.
"Kenapa kamu masi mau berteman dengan dia,kan kakak sudah bil—" ucap Kak Bima.
"Shutt ini rahasia,uda sana kakak pergi aku mau siap siap"ujar Sera memotong pembicaraan kakaknya.
Bima segera pergi meninggalkan Sera dikamarnya,Sera segera bersiap memakai dress hitam dengan taburan berlian,lalu memakai jepit dan makeup sederhana di wajahnya.
"Kalau gini kan bakal dibolehin ke bar"ucapnya sambil menatap dirinya ke arah cermin.
Sera segera turun sambil mengendap endap agar tidak ketahuan dengan kak Bima,ia menatap ke sekeliling untung saja kak Bima sedang berada dikamarnya. Sera segera keluar menjumpai Fiora yang sedari tadi teriak teriak diluar karena dilarang masuk oleh Kak Bima.
Visual Reindra Wirajaya