NovelToon NovelToon
Transmigrasi Aziya

Transmigrasi Aziya

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Transmigrasi / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: lailararista

Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.

Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.

Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.

Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman dalam gelap

Malam semakin larut. Setelah semua penghuni rumah masuk ke kamar, Aziya berjalan pelan ke balkon disebelah kamarnya. Angin malam berhembus dingin, membawa pikirannya melayang ke Belanda, dimana disana ada ayah dan abangnya yang sangat menyayanginya. Memikirkan itu, membuat Aziya merindukan mereka.

Asik melamun. tiba-tiba, ia merasa ada yang mengawasi.

Benar saja, dari kegelapan lorong, Rina muncul dengan langkah hati-hati. Wajahnya terlihat lebih tua dari biasanya, penuh kegelisahan. Ia mendekat, menundukkan kepala.

"Non Azira..." suaranya bergetar, "apa benar Non tau sesuatu yang tidak seharusnya?"

Aziya menoleh perlahan, menatapnya dingin. "Bukankah Bibik sudah tau jawabannya?"

Rina menggigit bibir, lalu menatap Aziya dengan tatapan memohon. "Tolong, jangan katakan pada siapapun. Kalau rahasia itu terbongkar... semua akan hancur. Termasuk hidup Non sendiri."

Aziya mengernyit, penasaran. "Hidupku?"

Rina menunduk semakin dalam. "Ya. Ada sesuatu yang Non belum ketahui. Sesuatu yang lebih besar dari sekedar pertukaran bayi..."

Aziya terdiam. Kata-kata itu seperti racun yang merembes ke dalam hatinya. Ada apa lagi di balik semua ini? Apa rahasia lain yang Rina sembunyikan?

Untuk pertama kalinya, Aziya merasa permainan ini bukan hanya tentang dirinya dan Azira... tapi tentang sesuatu yang jauh lebih kelam.

Aziya menatap tajam wajah tua Rina yang tertunduk. Kata-kata barusan membuat dadanya berdegup cepat.

"Apa maksudmu ada sesuatu yang lebih besar?" tanya Aziya, suaranya pelan tapi penuh tekanan.

Rina menggenggam erat ujung kainnya, bibirnya gemetar sebelum akhirnya berbisik lirih.

"Pertukaran bayi itu... bukan hanya keinginanku. Aku hanya menjalankan perintah. Ada seseorang... dari keluarga ini, yang menghendakinya."

Aziya membelalakkan mata. "Siapa?"

Rina menggeleng cepat, dia tampak ketakutan. "Aku tidak bisa menyebutkan namanya. Kalau aku buka mulut, aku... aku bisa kehilangan segalanya."

Aziya mendekat, menatap langsung ke matanya. "Kamu sudah kehilangan harga dirimu sejak hari itu, Bik. Jadi jangan lagi berpikir kalau kamu masih bisa menyelamatkan apa pun."

Rina terdiam. Air matanya hampir jatuh, namun ia paksa menahan.

"Aku melakukannya demi Azura... demi darah dagingku. Aku tidak punya pilihan. Tapi yang memintaku... orang itu punya dendam pada keluarga ini. Dendam lama yang aku sendiri tak sepenuhnya mengerti."

Aziya terpaku. Dendam? Jadi, semua ini bukan sekadar kebodohan seorang pembantu yang ingin menukar nasib anaknya. Ada benang merah lain yang jauh lebih berbahaya.

...★★★...

Malam itu, setelah Rina kembali ke kamarnya, Aziya duduk lama di balkon. Angin malam menusuk tulangnya, tapi pikirannya lebih dingin dari udara sekitar.

"Jadi... Masih ada udang dibalik batu?"

Ia mencoba mengingat satu per satu anggota keluarga. Brianna terlalu penyayang pada Azura, tapi mungkinkah itu karena ia tahu rahasia ini? Lalu ayahnya, sosok yang jarang di rumah, misterius. Atau mungkin... seseorang dari kerabat jauh yang selama ini pura-pura peduli?

Aziya merasakan bulu kuduknya berdiri. Rahasia ini ternyata lebih kusut dari yang ia bayangkan.

Namun satu hal pasti, Ia tidak boleh gegabah. Bila ia membuka rahasia pertukaran bayi tanpa tahu siapa dalang utamanya, bisa jadi justru dirinya yang kena imbasnya.

Keesokan harinya, saat semua orang pergi beraktivitas, Aziya menyelinap ke gudang lama di rumah itu. Tempat berdebu penuh barang-barang usang. Hatinya yakin, di tempat inilah tersimpan potongan masa lalu yang bisa membongkar semuanya.

Ia mengais beberapa kotak lama. Sampai akhirnya tangannya menemukan sebuah kotak kayu kecil dengan ukiran usang. Di dalamnya, terdapat benda-benda bayi, sepasang gelang emas kecil, selimut bayi dengan bordir huruf A dan... sebuah foto tua.

Foto itu memperlihatkan seorang wanita muda yang menggendong bayi kembar. Wajah wanita itu tidak asing itu adalah Brianna. Tapi yang membuat Aziya tercengang, di belakang Brianna berdiri seseorang... seorang wanita dengan tatapan dingin, yang menatap langsung ke kamera.

"Itu adalah Rina."

Namun bukan itu yang paling mengejutkan. Di balik foto, ada tulisan samar,

"Yang kuat akan bertahan. Yang lemah akan dilupakan."

Aziya merasakan tubuhnya bergetar. Kalimat itu bukan sekadar kata-kata. Itu sebuah pesan... sebuah ancaman yang ditinggalkan oleh orang yang mendalangi semua ini.

★★★.

Pagi harinya Aziya berdiri di depan cermin besar. Tatapan matanya kosong, tapi di dalam hati berkecamuk api yang membakar.

Ia mengangkat foto tua yang ditemukannya di gudang, memperhatikannya lagi.

*"Rina, Brianna, dan… siapa yang menulis kalimat ini?"* batinnya.

Pintu tiba-tiba terbuka. Azura masuk dengan mengenakan seragam sekolah, wajahnya sombong seperti biasa. Tapi kini, ia menatap Aziya dengan tatapan penuh curiga.

“Lo akhir-akhir ini aneh. Berbeda, selalu diam, seakan menyembunyikan sesuatu.” Aziya menyilangkan tangan, senyum sinisnya muncul. “Apa lo takut gue akan merebut semua punya lo?”ucapnya lagi.

Aziya menatapnya dari balik cermin, senyum samar terbentuk di bibirnya. “Bukannya memang itu yang lo lakuin sejak awal?”

Azura tertegun sejenak, lalu matanya menyipit. “Terus lo keberatan?"

Aziya mengedipkan kedua bahunya. "Gak, gue cuma gak habis fikir aja, orang kayak lo bisa disayang banget sama mama."

Azura tersenyum licik."Dari awal yang bisa ngambil hati mama cuma gue, Lo gak bisa kan? Lo udah kalah dari lama, jadi jangan sok."ucapnya menyeringai.

Aziya berbalik, menatapnya lurus. “gue cuma mau mengingatkan lo ,mengingatkan kalau kebohongan gak bisa bertahan selamanya. Cepat atau lambat, kebenaran akan ngancurin lo.”Aziya menatap Azura semakin tajam. "Dan untuk kekalahan, kalau memang menurut lo semua ini diperlombakan, maka..."Aziya menggantung kata-katanya dengan seringainya.

"Permainan ini baru dimulai, dan gue yakin, yang akan kalau itu lo. Kehancuran menanti lo, Azura."

---

Cahaya rembulan malam terbenam oleh terangnya cahaya lampu balkon milik Aziya. Ia duduk di bangku balkon kamarnya. Angin malam berhembus pelan, membuat rambutnya berkibar. Ia memejamkan mata, mencoba meresapi segala kejadian hari ini. Namun yang ada dipikirannya kenapa hanya Gabriel? Dia merasa Gabriel lelaki yang berbeda dari banyaknya lelaki yang dia temui. Dia... Sepertinya bukan orang sembarangan. Gabriel… lelaki itu terlalu berani, terlalu mendominasi.

Asyik dengan pemikirannya sendiri, tanpa sadar ada seseorang yang berdiri di sebelah pintu balkon, menatap dirinya yang tengah melamun. Aziya cepat sadar dan melihat ke arah orang itu. Terlihat Arion sudah ada disana.

"Loh? Papa kok bisa disini?"Arion mendekati Aziya dan duduk disebelahnya.

Bukannya menjawab, Arion malah melontarkan kata-kata yang membuat Aziya menegang. "Apa kamu tau sesuatu?" Tanya nya.

Suara berat ayahnya terdengar lagi

“Kamu sudah tahu sesuatu, bukan?”

Aziya menoleh, menatap ayahnya intens. wajahnya tenang tapi tajam.

“Apa maksud Papa?” tanya Aziya hati-hati.

Arion menatap Aziya lama, lalu tersenyum samar.

“Papamu ini bukan orang bodoh, Aziya.”

Deg. Kata itu menghantam dada Aziya. Ia tercekat. “Jadi… Papa tau?”

Ayahnya mengangguk perlahan. “Bukan hanya tentang Azura. Sejak lama. Papa tau kamu bukan Azira, Azira gak mungkin bisa sekuat kamu. Papa tau siapa Azira, dia gak bisa seperti kamu. Papa tau semuanya, tapi papa diam, karena menunggu saat yang tepat. Jika papa bicara tanpa bukti, semuanya akan sulit. Terutama mamamu, kamu tau sendiri, dia terlalu buta oleh kasih sayangnya pada Azura.”

Air mata menyesak di mata Aziya. Untuk pertama kalinya, ia merasa tidak sendirian, kalau Azira yang ada diposisi ini, pasti dia teramat sangat bahagia.

“Jadi Papa percaya padaku?”

Sang ayah meraih tangan Aziya, menggenggam erat. “Aku percaya. Kamu anakku. Darahku. Aku mengenalmu, meskipun dunia berusaha menutupinya. Dan Azura..." Arion menggantung katanya sejenak."aku akan mengurusnya."lanjutnya yang membuat Aziya mengerutkan dahinya.

"Berarti papa udah soal Azura? Kalau dia bukan..."Aziya menggantung kata-katanya saat melihat Arion mengangguk.

"Sejak tau mama kamu memperlakukan kamu dengan buruk, papa tidak tinggal diam. Papa memang sibuk bekerja tapi disisi lain, papa juga menyelidiki sesuatu. Papa tau semua itu, tapi... Bukti belum ada." Aziya mengangguk mengerti.

"Papa tenang aja, aku akan mengumpulkan buktinya."

1
lailararista
selamat membacaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!