Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Jack Memohon.
Jack memaksa kakinya melangkah, bahkan merangkak ke daun pintu kediaman putri yang tertutup.
Beberapa hari lalu, dia sangat senang saat kembali kerumahnya, mengabaikan peringatan orangtuanya dan nasihat kala itu. Akan tetapi, dada dan kepalanya terasa terbakar, dia menanggung kesakitan.
Dia masih sempat berbohong, jika dia pulang atas izin putri agar orangtua tak marah, namun dia terus kesakitan, tak bisa makan apapun, sehingga orangtuanya mengantar kembali ke kediaman Putri.
Ini sudah ke empat kalinya mereka datang, beberapa hari lalu kediaman ini kosong, tak tahu dimana putri dan pelayan darahnya berada.
"Yang Mulia Putri, ampuni saya, tolong terima saya, saya berjanji, saya tidak akan seperti hari-hari lalu, saya akan patuh, saya akan hidup demi Putri." Jack berkata dengan getir, ini rasanya terpaksa ia ucapkan, tapi setelah dia mengucapkan itu, dadanya terasa lebih mendingan, tak lagi sesak membara.
"Yang Mulia Putri, tolong ampuni hamba yang rendah ini. Tolong terima hamba yang hina ini. Hamba Mohon Yang Mulia Putri." Lagi, Jack memohon.
"Yang Mulia Putri, hamba mohon, izinkan hamba sekali lagi, hamba bersumpah tidak akan melakukan keburukan seperti hari-hari lalu. Hamba mohon Yang Mulia."
Jack terus memohon, sampai dia pingsan.
Tengah malam, Deana keluar, setelah mengawasi Jack cukup lama dari dalam rumah, bahkan Putri sudah tertidur lelap di ranjangnya. Deana mengangkat tubuh anak laki-laki berumur lima tahun itu ke dalam rumah, meletakkannya di lantai beralas tikar rajutan daun, lalu memasukkan barang-barang anak laki-laki itu.
"Kasihan sekali, tapi kau keras kepala dan sombong!" Deana mengomel lalu menyelimuti Jack.
Rouge Lewis, merasa lega saat melihat jika Deana menggendong Jack masuk ke dalam kediaman putri dari kejauhan. Kakak laki-laki Jack itu sejak tadi memantau, dia cemas, khawatir, namun tak bisa bertindak apapun, satu-satunya harus membuat Jack selalu berada di dekat Putri, agar adiknya itu tetap hidup dan selamat.
Pemuda itu memilih pulang akhirnya setelah kecemasannya hilang.
Saat Jack membuka matanya di pagi hari, dia langsung terkesiap, duduk bersimpuh menghadap putri. "Terimakasih telah berbaik hati menerima hamba kembali Yang Mulia Putri. Hamba berjanji akan patuh." Dia bersujud sebanyak tiga kali.
"Kan!" Putri hanya menjawab dengan hal lain.
"Cuci mukamu, segeralah makan!" Deana menafsirkan perkataan putri.
Jack segera mencuci wajahnya, lalu makan tanpa pilih-pilih. Kali ini Deana memberikan dia tumis daging kering.
"Terimakasih Yang Mulia." Lalu, Jack makan dengan lahap.
Beberapa hari ini, Putri dan Deana memantau perilaku Jack, anak laki-laki itu berubah menjadi jauh lebih baik, dia patuh, dia tidak pemilih, bahkan menjadi pendiam. Tak banyak bicara, dia hanya akan mengeluarkan suaranya jika ditanya.
"Hari ini kita akan ke pasar, membeli beberapa bahan dan senjata untuk berburu, jangan jauh-jauh dari saya dan jangan menyinggung orang penting!" Deana memperingati Jack.
"Baik, Kak."
Di pasar, Deana bertemu dengan pelayan ibunya yang juga berbelanja. Mereka berbicara di tempat sepi.
"Anda terlihat membeli banyak senjata dan bahan makanan Nona," tanya pelayan itu.
"Iya. Oh ya, bisakah kalian membantu saya, saya ingin membangun sesuatu," bisik Deana.
"Saya akan bertanya dan minta izin dulu pada Nyonya Besar, Nona. Jika di izinkan, kami akan segera datang ke kediaman Anda," jawab pelayan itu.
"Baiklah, lanjutkan lah kegiatan kalian, saya juga masih ada yang ingin dibeli."
Dua pengawal berdarah dan satu orang pelayan berdarah ibunya Deana telah datang, mereka memikul beban yang cukup berat, dua pengawal masing-masing memikul dua karung beban kiri dan kanan pundaknya, dibelakang keranjang dari bambu, dan di depan tas yang dibuat dari kain cukup besar. Sementara pelayan wanita satu karung dia jujung di atas kepalanya, satu dia pangku keranjang besar di belakang.
"Aduh, apa ini?" Deana menatap barang bawaan mereka.
"Ini persediaan yang di kirim Nyonya Besar untuk kita bersama Nona, tunggu kami jemput lagi barang-barang dulu," kata pelayan.
"Masih ada lagi?" tanya Deana.
"Masih Nona, barang bawaan yang kami pikul ini dari kediaman Nyonya, lalu masih ada di beli di toko, pelayan toko itu hanya bisa menghantarkan sampai gerbang sana, kami jemput dulu Nona."
"Waduh banyak juga ya! Untung saja aku membuat gerobak besar lagi kemarin untuk persiapan!" gumam Deana, karena beberapa saat lalu dia telah menjual gerobak kayunya seharga 2 keping emas.
"Kemasilah barang-barang penting anda, pakaian, selimut dan lainnya, kita akan menginap di hutan selama dua mingguan untuk berburu dan mencari sayuran," ucap Deana pada Jack yang baru saja selesai membelah kayu.
"Baik," jawab Jack patuh.
Gerobak besar telah terisi banyak barang, melimpah penuh sampai menjulang tinggi. Dua pengawal mendorong dan menarik gerobak itu. Sekali-kali pelayan dan Deana juga membantu.
Perjalanan mereka ke hutan kali ini memakan waktu lama berjam-jam lamanya karena barang bawaan mereka empat kali lipat lebih banyak dari sebelum-sebelumnya.
Jack tercengang saat melihat ada kediaman di tengah hutan, dia pikir mereka akan membangun tenda atau gubuk kecil yang terbuat dari ranting kayu dan daun.
Mereka memasukkan barang-barang ke dalam kediaman. Jack pun juga membantu.
"Saya akan memasak dulu, putri ingin membuat ruangan luas di sisi kanan dan kiri ini, lalu di pojok ini kamar," kata Deana.
"Baik, Nona. Serahkan pada kami, kami akan mengukur dan menyiapkan semuanya."
Pengawal dan pelayan Ibu Deana ini bukan biasa, mereka memiliki kekuatan dan energi. Tenaga satu pengawalnya saja sama dengan 10 orang prajurit kelas satu. Kecepatan dan ketangkasannya juga luar biasa. Hingga mereka bisa membantu Deana membuat kediaman secara sembunyi-sembunyi di tengah hutan, tak perlu membawa banyak tukang.
Senjata yang dibeli Deana di pasar kemarin semuanya dipergunakan dengan baik, dimulai dari mengukur, menandai dengan menggali lubang, lalu mereka pergi ke tengah hutan lebih dalam lagi untuk mencari kayu terkuat sebagai tonggak pondasi bangunan yang akan mereka bangun.
Sementara pelayan bertugas untuk berburu daging, karena mereka bertiga adalah pemakan daging. Stok daging Deana tak akan mampu mencukupi makan mereka, apalagi Deana hanya berburu daging kecil.
"Kak, apa yang bisa saya bantu?" Jack bertanya pada Deana.
"Kau hanya perlu menjaga putri sambil memotong dan membelah kayu itu!" Deana menunjuk kayu-kayu yang belum kering, batang pohon dan ranting bekas dia tebang beberapa hari lalu, dia hanya menyeretnya ke halaman bersama daun-daunnya. Daunnya memang sudah terlihat mati berwarna coklat, namun tidak dengan pohonnya belum mati kering.
"Setelah di potong, susun seperti itu, agar kayunya kering!" Jack melihat kayu tersusun berlapis berbentuk persegi empat menjulang tinggi, setinggi tubuh Deana.
"Baik, Kak."
Usai memasak, dia memberi putri makan dan menina bobokan sang putri.
"Putri tertidur, aku memasukkannya di keranjang, kau hanya perlu memantaunya, jika ada apa-apa segera masuk rumah, lindungi putri dan tutup pintu. Aku akan segera ke hutan mencari sesuatu."
"Iya, Kak."