Kemarahan Sang Penghuni

Setelah para warga tak terlihat Pak lurah masuk kedalam ruangan nya untuk mengambil kunci mobil, dia lalu berpamitan kepada Hasan.. Pak lurah akan bertemu dengan bos besar pembangunan itu.

.

.

.

"Selamat siang Pak lurah, apa kabar Pak lurah? " Ujar Pak Sudirman seraya menjabat tangan Pak lurah.

"Selamat siang juga Pak Sudirman, kabar saya baik. Kabar Pak Sudirman sendiri bagaimana? " Ujar Pak lurah menjawab dan balik bertanya pada Pak Sudirman.

"Seperti yang Bapak lurah lihat saya baik-baik saja dan akan selalu baik-baik saja, sebenernya ada apa Pak lurah meminta bertemu dengan saya? " Ujar Pak Sudirman.

"Begini Pak Sudirman... " Pak lurah menceritakan apa yang dia alami selama beberapa malam ini, berikut menceritakan tentang kedatangan para warga yang meminta nya untuk membatalkan pembangunan itu. Pak lurah pun menceritakan tentang hewan ternak para warga yang ma-ti tak wajar kepada Pak Sudirman, sedikitpun tidak ada yang dia tutupi semuanya dia ceritakan pada Pak Sudirman. Begitupun tentang kompensasi yang akan dia berikan pada para warga.

Terlihat Pak Sudirman mendengar kan Pak lurah dengan seksama, sebenarnya sebelum Pak lurah bercerita juga Pak Sudirman sudah tau. Karna sudah ada orang suruhan nya yang memberikan nya info terlebih dahulu sebelum ada Pak lurah kesana.

"Mengenai Teror Pak lurah jangan khawatir karna saya mempunyai kenalan yang bisa mengatasi hal seperti itu, dan untuk kompensasi para warga.. Pak lurah tenang saja karna saya yang akan memberikan kompensasi itu jadi Pak lurah tak perlu repot-repot untuk mengeluarkan uang" Ujar Pak Sudirman.

Tentu saja hal itu membuat Pak lurah merasa bahagia luar biasa, karna dia tak perlu mengeluarkan uang nya. Dan yang pasti dia bisa mengambil sebagian uang itu.

"Akhirnya.. aku akan mendapatkan masukan kembali, tak sia-sia aku bertemu dengan Pak Sudirman" Ujar Pak lurah dalam hati.

Setelah beberapa saat mereka mengobrol Pak lurah pun ijin undur diri dengan beralasan masih ada yang harus dia kerjakan, dan Pak Sudirman pun tak menghalangi nya karna sebenarnya bagi Pak Sudirman Pak lurah bukan lah orang penting. Setelah kepergian Pak lurah, Pak Sudirman pun pergi dari tempat itu dia akan menemui orang yang bisa dia andalkan untuk mengatasi Teror yang terus dia terima. Karna memang betul yang Pak lurah katakan Teror itu tak pernah berhenti setelah dia pulang dari Kampung Legok.

"Aku harus cepat-cepat menangani masalah ini, kalau tidak semua nya pasti akan bertambah parah. Dan akupun tak mau menerima kerugian atas masalah ini, bisa-bisa kalo terus di biarkan para rekan bisnis ku yang terus di Teror akan terus mendesak ku.. lagian kenapa pada bodoh hal seperti itu saja mereka takuti. " Ujar Pak Sudirman selama dia di perjalanan dia hanya berbicara sendiri, bahkan sang supir pun meresa heran dengan tingkah majikan nya itu.

"Pak sekarang kita mau kemana? " Tanya sang supir.

"Kita ke tempat biasa ke tempat orang pintar yang sering aku datangi" Jawab Pak Sudirman.

"Baik Pak" Ujar sang supir.

Mobil terus melaju melewati beberapa jalan yang sunyi karna tempat orang pintar itu jauh dari keramaian, rumah itu berada jauh dari pemukiman warga yang lain nya. Jarak tempuh ke tempat itu lumayan jauh dari tempat pertemuan Pak Sudirman dan Pak lurah jadi Pak Sudirman pun harus memakan waktu yang cukup lama untuk menuju ke tempat tujuan nya.

BERSAMBUNG...

(Lah... eta Pak lurah, udah ada niat goreng patut aja, gak takut apa perut nya tambah buncit sampe meletus😫😅)