Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.
Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.
Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?
Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Pagi harinya, Lea meregangkan tubuhnya di bawah selimut tebal. Sinar matahari pagi sudah menampakkan kekuatannya dari balik jendela.
Lea duduk di atas ranjang sambil mengucek kedua matanya, lalu merenggangkan otot-ototnya.
"Ya, ampun sudah jam berapa ini? Ada ulangan lagi." Gumamnya sambil melompat dari kasur saat sadar jam sudah menunjukkan jam 07.00 pagi.
Dengan gerakan cepat Lea, menyelesaikan ritual mandinya, ia memakai seragam sekolah, rambutnya di ikat ekor kuda. Sedikit lip balm supaya bibirnya tidak terlihat kering. Setelahnya langsung menyambar tas punggungnya, yang syukurnya semalam setelah pulang dari mansion Alendra ia, sudah membereskannya.
"Mampus gue, pasti kena omel lagi sama pak kumis ini." Gerutunya pada diri sendiri.
Lea melangkah keluar kamar setelah memakai sepatunya. Ruang tamu terlihat sepi, hanya dihiasi cahaya matahari pagi yang menyorot lantai marmer yang berkilau. Ia tak ambil pusing, dan langsung menuju dapur. Di atas meja, tersaji sepotong roti panggang dan segelas susu hangat. Aroma roti panggang yang harum membuat perutnya keroncongan.
Lea mengerutkan kening, bingung. Di samping gelas susu, terlipat sebuah note kecil. Ia membuka dan bergegas membacanya.
"Jangan lupa sarapan sebelum berangkat. By Ken." Isi dari note tersebut. Yang ternyata pesan dari Ken.
"Hm ... tumben kak Ken perhatian?" Gumamnya pelan lalu langsung melahap roti tersebut.
"Eum ... lumayan enak. Ternyata cowok dingin bisa masak juga, menarik!" Batin Lea sambil terus mengunyah rotinya.
Setelah selesai sarapan, ia memesan ojek online menuju sekolah. Lima belas menit kemudian, Lea sudah berada di depan gerbang sekolah.
"Yah ... Sudah kuduga." Gumam Lea saat melihat pintu gerbang sudah tertutup rapat. Lea langsung berbelok arah menuju belakang sekolah. Lea dengan mudah memanjat pagar tembok lalu duduk di atasnya. Setelah memastikan keadaan aman, ia melempar tasnya terlebih dahulu. Lalu melompat turun dengan sempurna di atas rerumputan hijau.
Bughk!
Lea mendarat dengan sempurna dia atas rerumputan hijau. Gerakannya yang lincah dan terlatih seolah-olah ia sudah terbiasa melakukannya.
"Ekhem ... kamu lagi, kamu lagi!" suara lantang Pak Hasan mengejutkan Lea yang sedang memungut tasnya.
"Si4l memang ya kalau jelmaan setan bisa muncul tiba-tiba," umpat Lea dalam hati.
Ia berbalik dengan senyum manisnya. "Eh, Pak Hasan ... sejak kapan Bapak di sini? Tapi ngomong-ngomong, Bapak ganteng banget hari ini," ujarnya dengan senyum yang dibuat-buat.
Pak Hasan, guru BK yang terkenal tegas dan disiplin, menatapnya tajam. "Sudah, kamu jangan coba-coba menggombal, Bapak tidak akan ketipu sama modusmu itu!"
"Ih, Pak, aku cuma telat setengah jam, dong. Seharusnya Bapak memberikan apresiasi karena hari ini aku tidak telat seperti dua hari lalu," protes Lea.
"Sudah, jangan banyak drama, cepat ikut Bapak!"
Dengan ogah-ogahan, Lea mengikuti Pak Hasan, sambil menyambar tasnya.
Begitu sampai di dalam ruangan BK pak Hasan langsung mengultimatum Lea dengan segala nasehat bijaknya.
"Lea, Bapak sudah sangat pusing menghadapi sikapmu yang bar-bar itu. Ingat, kamu tidak lama lagi akan mengikuti ujian kelulusan. Belajarlah yang benar dan disiplin!" nasehat Pak Hasan dengan nada sedikit kesal.
"Aku tahu, Pak. Bapak tenang saja, meskipun aku tidak belajar sekalipun, aku pasti lulus dengan nilai terbaik. Bapak kan tahu bagaimana kejeniusan ku bekerja selama ini. Aku bahkan beberapa kali mengharumkan nama sekolah ini. Seharusnya pihak sekolah memberikan aku sedikit kelonggaran dalam hal disiplin!" ujar Lea, mencoba bernegosiasi.
Meskipun terkenal bandel dan sering keluar masuk ruang BK, Lea selalu mendapat nilai terbaik dan beberapa kali memenangkan olimpiade yang mengharumkan nama sekolah.
Pak Hasan terdiam sejenak. Ia mengakui kemampuan Lea, tetapi disiplin tetap harus ditegakkan.
"Saya sebenarnya sangat heran sama kamu. Hari-harimu keluar masuk ruang ini, tapi nilainya selalu sempurna?"
"Itu karena aku belajar di malam hari, makanya aku selalu kesiangan," kilah Lea.
"Sudah, Lea, Bapak tidak mau berdebat. Kamu Bapak hukum dengan berdiri menghadap bendera sampai jam pertama selesai. Ingat, jangan coba-coba berlaku curang, saya mengawasi kamu."
"Seriusan, Pak? Lea tetap dihukum? Apa Bapak tidak kasihan sama aku yang cantik ini? Panas-panas, nanti kalau aku pingsan bagaimana?!" tanya Lea dengan ekspresi menyedihkan.
"Lea ... jangan menguji kesabaran saya. Cepat laksanakan sebelum saya berubah pikiran!" Tegas pak Hasan dengan tatapan nyalangnya.
Lea yang melihat wajah tak bersahabat pak Hasan langsung ngacir keluar tanpa permisi.
Pak Hasan hanya bisa menggeleng pelan kepalanya. Melihat kelakuan Lea yang sangat bar-bar.
"Untung pintar itu anak!" gumamnya pelan.
Lea melaksanakan hukumannya di bawah terik matahari. Beberapa siswa memperhatikannya dengan berbagai ekspresi. Di antara mereka, ada Bima Adiaksa, kapten basket yang tampan dan populer di sekolah ADIAKSA SCHOOL. Yang sedang memperhatikan Lea dari balik jendela ruang kelas dengan tatapan penuh arti.
"Pak, permisi, saya mau ke toilet," ucap Bima, langsung keluar kelas tanpa menunggu izin guru.
Ia menuju lapangan upacara dan berdiri di samping Lea, menghalangi sinar matahari yang menyengat kulit mulus Lea.
"Bima, kenapa kamu di sini?" tanya Lea terkejut.
"Aku mau menemanimu, menjalani hukuman," jawab Bima datar.
"Aku tidak butuh ditemani! Sana kembali ke kelasmu, aku tidak mau kamu juga kena hukuman gara-gara aku," usir Lea.
"Aku akan tetap di sini, sampai hukumanmu selesai!" tegas Bima.
"Terserah. Yang jelas, nanti jangan salahkan aku jika kamu dapat hukuman," ketus Lea.
"Siapa yang berani menghukumku? Hah!" tantang Bima.
"Ya, aku lupa, kamu kan yang punya sekolah ini!" ujar Lea dengan tersenyum paksa.
contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.
dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒