Elianezha

Nezha menggenggam tasnya dengan erat, bel pulang sudah berbunyi sedari tadi, teman-teman kelasnya pun satu persatu sudah meninggalkan kelas, tinggal beberapa murid yang masih berada di kelas, salah satunya ia sendiri, entah apa yang dilakukan murid lain sampai mereka tidak kunjung pergi.

"Zha, are you okay? Muka lo pucet," beritahu Vio mendapat anggukan kepala dari Nezha.

"Gue nggak papa kok."

"Tapi lo kaya orang ketakutan, cerita deh gue nggak akan ember," ujar Dara seketika membuat Vio merotasikan matanya.

"Jangan maksa, kalau Nezha belum mau cerita ya kita nggak usah maksa."

Dara berdecak, lalu kembali menatap Nezha yang kini tengah sibuk dengan benda pipih di tangannya.

"Ada masalah Zha?"

"Enggak kok ges, gue nggak papa, mama cuma tanya kabar gue aja," bohong Nezha diangguki Dara.

"Tante Mita sama om Arka sebenarnya dimana si Zha?" tanya Dara yang memang penasaran, pasalnya, sejak kemunculan Nezha, gadis itu selalu di antar oleh omnya. Ketika Vio dan Dara mengantarnya pulang pun, hanya ada tantenya atau omnya, kedua orang tua Nezha tidak terlihat, bahkan rumah lama Nezha pun masih sepi.

"Sorry ya Dar, untuk yang itu gue belum bisa jawab," ujar Nezha diangguki oleh Dara.

"It's okay Zha, seperti yang gue bilang tadi, kita nggak akan maksa kalau lo emang belum mau jujur," ujar Vio mendapat senyum tipis dari Nezha. "Oh iya Zha, kemarin gimana? Sorry banget nih kita tinggal, takut ganggu," lanjut Vio seketika mengingatkan Nezha dengan kejadian kemarin sore.

Dan salah satu yang membuat Nezha sekarang terlihat khawatir juga karena kejadian kemarin sore, dimana Luna meminta untuk mengobrol berdua, sampai membuat Nezha harus kembali bertemu dengan Elian.

"Zha? Gimana? Varo nggak aneh-aneh kan ke lo?"

Varo? Ya Tuhan. Bahkan Nezha sampai melupakan jika kemarin tujuan awalnya menjenguk Varo karena merasa tidak enak dengan cowok itu. Tetapi lamunan Nezha penuh akan seorang Elian. Tatapan tajam cowok itu. Setiap kata Elian yang terkesan menjebaknya. Sial, mengingat itu Nezha kembali merasa gugup, ungkapan Elian yang akan bertanggung jawab terus terngiang di pikirannya.

"Oh, enggak kok, gue cuma ingetin dia biar nggak berantem lagi, apa lagi karna gue."

"Karna lo?" heboh Dara diangguki oleh Nezha dengan polos.

"Gue pikir Varo berantem sama Elian karna nyerempet mobil tuh cowok anjir, gila, ternyata karna lo Zha?

"Cinta lama belum tuntas ini pasti," heboh Dara lagi.

"Eh, nggak tahu juga sih gue."

"Udah, nggak usah ngelak, tau gue sekarang."

"Elian nggak terima lo sama yang lain?" gumam Vio berpikir, setelahnya gadis itu menyunggingkan senyumnya. "Berati rencana gue berhasil dong," lanjut Vio seketika membuat Dara dan Nezha menatapnya.

"Rencana lo?" seru keduanya kompak.

"Sorry Zha, gue cuma nggak mau ya liat tuh cowok belagu banget, udah selingkuhi lo, nggak mau minta maaf malah petentang-petenteng banget sama cewek lain di depan lo, kesel gue Zha sama cowok tukang selingkuh."

Nezha menghembuskan napasnya pelan, Vio tidak salah memang, tetapi perginya Nezha sekali lagi bukan karena Elian selingkuh, tetapi karena Elian telah memperkosanya ketika sedang mabuk. Kembali menghela napas dalam, Nezha mencoba untuk tenang, ia belum ingin menceritakan kejadian yang dia alami sampai membuatnya pergi, biarkan dulu kedua sahabatnya salah paham, karena jika ada orang lain tahu, Nezha tidak yakin ia akan bisa sekolah dengan tenang, menjadi murid seperti yang lain.

"Vi, makasih ya lo udah perhatian ke gue, tapi nggak kaya gitu juga caranya, Varo jadi kaya korban tau nggak? gue jadi nggak enak sama dia."

"Masalah Varo tenang aja Zha, kayaknya dia suka lo juga deh, gue yakin dia nggak akan keberatan."

Nezha semakin mencengkram tali tasnya ketika mendengar itu. Disukai oleh Varo itu suatu bencana bagi Nezha, dan karena itu juga yang membuat hubungannya dengan Elian akhirnya terpisah, namun Nezha memilih tetap denial tentang Varo, sampai sekarang pun Nezha mencoba menyangkal.

"Gue balik dulu ya?" pamit Nezha langsung dicegah Violeta.

"Bareng gue Zha, maaf ya kalau lo nggak nyaman sama Varo, dan itu karna gue, sebagai tanda perminta maafan gue aja ini, lo balik sama gue."

Nezha akhirnya mengangguk, niat Vio memang baik untuknya, tidak ada alasan Nezha harus marah dengan teman yang satunya itu, apa lagi Vio tidak tahu kebenarannya.

"Kita belum disuruh mampir juga Zha?" tanya Dara setelah mobil Vio berhenti di depan gerbang rumah tante Arin dan om Davi.

"Ngarep banget lo, kapan-kapan kan bisa, lagian gur buru-buru mau nyalon sama kaka," balas Vio membuat Dara berdecak.

"Gue nggak ngomong sama lo Pio, tapi sama Nezha."

"Brisik, gue turunin di jalan tau rasa."

"Eh jangan dong, kalau gue diculik lo mau tanggung jawab?"

"Bodo," balas Vio singkat. "Zha, kita balik ya?c pamitnya.

"Thanks ya? Hati-hati kalian."

Setelah mobil Vio kembali melaju, Nezha segera membalikan tubuhnya dan melangkah menuju pintu rumah, namun belum sampai di depan pintu. Sebuah mobil mewah kini berhenti di depan gerbang tantenya.

Dapat Nezha lihat seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik keluar dari mobil tersebut, seketika tubuh Nezha menegang, bahkan Luna dapat menemukan tempat tinggalnya sekalipun ia tidak memberitahu.

"Sayang, kamu baru pulang?"

Melihat Nezha yang masih memakai seragam sekolah juga baru akan masuk tentu saja beliau tahu kalau gadis itu baru pulang.

Sementara Nezha mengangguk seraya menyalami tangan Luna.

"Tante sama siapa?" tanya Nezha mendapat senyum manis dari Luna.

"Untuk saat in tante sendiri dulu sayang, om Johan lagi nggak bisa ditinggal pekerjaannya," jelas beliau diangguki Lova.

Papa Elian atau Johan memang terbilang sibuk, memiliki perusahaan dengan banyak cabang jelas membuat hari-hari beliau disibukan dengan pekerjaan.

"Kamu berharap siapa? El ya?" goda Luna langsung mendapat gelengan kepala dari Nezha.

"Tante sama om kamu ada kan?"

Nezha mengangguk saja, paling tidak ada tantenya sekarang di rumah jika omnya masih berada di kantor. Tetapi ketika Nezha dan Luna masuk ke rumah, ternyata di sana sudah ada om Davi juga, Nezha baru ingat jika mobil milik omnya tadi sudah terparkir di depan rumah.

"Mbak Luna, silahkan duduk dulu."

Nezha terdiam di tempatnya, om dan tantenya seperti sudah tahu saja jika akan ada tamu, keduanya tadi seperti menunggu kedatangan seseorang. Bahkan tante Arin terlihat tidak canggung meski yang Nezha tahu mereka baru bertemu sekarang ini.

"Nezha kamu ganti baju dulu nak, setelah itu langsung ke sini ya?" ujar tante Arin dituruti oleh Nezha.

Dengan langkah pelan, Nezha pergi menuju ke kamarnya, sesekali ia menoleh ke belakang, dimana Luna dan Arin tampak sedang berbincang seperti orang yang sudah pernah bertemu saja. Ada rasa penasaran dalam diri Nezha, tetapi ia tidak ingin berlarut untuk itu, yang harus dia pikirkan sekarang ialah, tujuan mama Luna datang, tidak mungkin hanya sekadar berkunjung tanpa tujuan atau alasan yang jelas. Apa lagi Nezha hanya masa lalu Elian yang kebetulan muncul dan bertemu dengan beliau.

Baru sampai di kamarnya. Fokus Nezha teralihkan saat ponsel miliknya bergetar, biasanya di jam segini mamanya yang akan menghubunginya, tetapi sebuah nomor asing yang mengirimkannya sebuah pesan.

+6280000

Mama di situ?

Deg

Dada Nezha berdebar dengan sangat kencang, lututnya tiba-tiba melemas hanya dengan membaca pean singkat itu, ia tahu milik siapa nomor tersebut.

"Lian," lirihnya menatap nanar layar ponselnya.