Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.
Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hantu Nahda??
Dunia seakan terhenti ketika melihat kejadian yang sangat diluar nalar baru saja terjadi. Haris masih terpaku sembari menatap lurus ke depan. berulang kali mengedipkan mata untuk menyadarkan dirinya bahwa ia tidak sedang bermimpi. Ia pun merasakan jika kali ia sedang bermimpi. apa yang ia barusan adalah kenyataan. Setelah tersadar, ia pun segera mengejar gadis tadi yang mirip dengan Nahda kekasihnya.
"Gue harus ketemu dia" batin Haris menggebu.
Haris berlari sekuat tenaga untuk menyusul gadis itu pergi. Ia menyusuri jalan yang ada di sana dari yang ramai hingga sepi, tapi hasilnya nihil. Gadis itu sudah tidak ada. Ada sedikit rasa kecewa saat ia tidak menemukannya. Haris tak bisa sembarangan memastikan orang tersebut. Ia akan menyelidiki sendiri siapa gadis itu sebenarnya. Hari sudah mulai menggelap, Haris pun memutuskan untuk kembali ke posko nya. Tubuhnya benar-benar gemetar saat ia sampai ke posko tersebut. Ia langsung merebahkan tubuhnya yang lelah karena seharian penuh dengan kegiatan.
"Apa benar itu dia??" batinnya bertanya-tanya soal kebenaran akan gadis itu. ia tidak percaya jik ahal ini akan terjadi. Haris lalu memegang dadanya yang sedikit nyeri akibat ia terlalu terkejut saat melihat gadis itu. Nafasnya memburu. Ia kembali mengingat kejadian 10 tahun yang lalu, dimana gadisnya itu jatuh ke jurang bahkan ia dinyatakan meninggal padahal jasadnya saja tidak terlihat. Mengingat itu Haris kembali terduduk tegap, "apa mungkin dia selamat? Tapi, bagaimana bisa?" gumamnya tidak percaya.
Fahri yang baru saja tiba ke bilik, melihat Haris yang sedang termenung. Ia melihat Haris sepertinya sangat khawatir bahkan ia melihat keringat mengalir di dahinya. "Lu kenapa bro?"
Haris tersadar ketika ada suara orang lain yang ada di dekatnya. saat melnoleh ke sumber suara, ia melihat ada Fahri yang sedang memandang ke arahnya dengan terheran. namun Haris tidak langsung bicara, melainkan terdiam sembari memandangi balik temannya itu."apa gue cerita sama dia aja ya?" batinnya.
"Tuh kan, kebiasaan. kenapa? Jangan sungkan cerita sama gue, ada apa?"
Haris kembali menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Ia kemudian menarik nafas dalam-dalam. Dan menghembuskannya, "Fahri, lu pasti gak bakal percaya apa yang gue lihat tadi." ujar Haris menggebu.
"Emangnya kenapa?"
Mereka tampak serius, terlebih lagi Haris menceritakan kejadian yang ia alami saat bertemu orang yang mirip kekasihnya yang meninggal itu. Fahri yang mendengar pun ikut terkejut, tapi ia tak percaya begitu saja. "Yang bener lu ketemu dia di sana? lu gak ngelanturkan?!" seru Fahri terkejut. Gimana tidak, ia tidak percaya jika manusia yang sudah meninggal bakal hidup kembali.
"Awalnya gue juga gak percaya, tapi gue yakin dia mirip banget sama Nahda." ujar Haris berusaha meyakinkan Fahri, jika ia tidak berbohong.
Fahri masih menatap tak percaya, "halu kali lu... mana mungkin orang yang udah meninggal bisa hidup balik, mungkin lu terlalu rindu ke dia jadi begitu. makanya rindu boleh, tapi gak usah berlebihan sampai berhalusinasi bro.." ujarnya dengan enteng. ia menanggap jika Haris sedang berhalusinasi karena memang karena di sini sikap temannya itu sedikit aneh. Haris menelan salivanya dan kembali menghembuskan nafas kecewa "padahal gue berhadap banget itu dia.." lirih Haris sedikit kecewa karena ia pun percaya akan perkataan temannya.
"Sabar... itu pasti cuma mirip. dunia itu luas, Ris. yang mirip sama lu juga pasti banyak, mungkin dia juga banyak yang mirip." jelas Fahri yang terus berusaha membangkitkan semangat Haris kembali.
Haris mengangguk pelan, "ada betulnya juga."
"Udah ah tidur... besok kan mau ke proyek pembangunan klinik sama penyuntikan vaksin untuk warga." Haris hanya diam. Ia masih memijat kepalanya yang sedikit pening. Lalu, ia pun ikut bergabung dengan Fahri yang sudah tertidur terlebih dulu. Sebelumnya, mereka sudah berganti pakaian ya.
***
Terlihat seorang wanita berpakaian kebaya sederhana berjalan ke sebuah rumah petak kecil nan tua. gadis cantik itu tinggal di sana bersama dengan ibunda tercinta. gadis itu adalah Hana. ia yang baru sampai ke rumah, langsung membersihkan badannya dikarenakan tadi kotor akibat terjatuh ke tanah. Sebelum itu, ia merapikan barang-barang bawaannya dan meletakkan ditempat yang semestinya. namun saat hendak menuju ke kamar mandi, langkahnya terhenti. ia termenung sejenak. Mengingat wajah pria itu seperti tak asing diingatannya.
"Kenapa aku kaya kenal sama dia ya?" gumamnya.
Hana berusaha mengingat kembali kejadian itu, tapi sayangnya ia tidak mengingat apapun. Tapi seakan merasakan bahwa pria tersebut seperti pernah dekat dengannya. Minarsih yang melihat putrinya termenung saat hendak memasuki kamar mandi, segera menghampirinya.
"Neng," panggil Minarsih dengan lembut.
"Astaghfirullah..." ujar Hana kaget sekaligus tersadarkan dari lamunannya.
"Kamu kenapa diri di depan pintu WC? gak baik ah, cepat mandi..."
Hana seketika tersadar jika ia hendak ke kamar mandi. ia pun kembali melangkah memasuki area kamar mandi. "Iya, Mak."
Dengan bersenandung riang, Hana pun mulai menggosok badannya dengan sabun dan kembali membasuhnya dengan air bersih. Setelah selesai, ia berpakaian seperti biasa ala gadis desa. Kemudian, ia kembali teringat akan pria tersebut. Seketika kesal ketika ia berusaha untuk tidak mengingat kejadian itu lagi, karena itu membuat kepalanya mendadak sakit.
"Neng... wajah kamu kenapa pucat gitu?" tanya Minarsih saat melihat Hana yang begitu pucat.
"Ngga kok, Mak. aku cuma kecapean aja ... aku tidur dulu ya, Mak." ujarnya dengan menutupi isi hatinya yang sedang dilanda gundah-gulana. baru pertama kali ia merasakan hal seperti ini. namun, ia takut jika bercerita malah memberatkan ibunya. alhasil ia pun menutupi perasaan anehnya itu. Hana menutup pintu kamarnya perlahan. Sementara Minarsih hanya menatap bingung akan tingkah aneh anaknya itu.
***
Keesokan paginya, semua tentara dan dokter kembali disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing. Termasuk para warga sekitar, berhubung sekarang pembangunan klinik sudah berjalan banyak warga yang berbondong untuk melakukan pembangunan tersebut secara suka rela. Saat melakukan pemeriksaan, Haris tidak fokus dalam tugasnya itu. Sesekali saat ia sedang istirahat sejenak, memastikan bahwa gadis yang kemarin ia lihat itu datang ke posko kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan. Tapi, ia kembali kecewa karena gadis itu tak kunjung datang.
"Kemana dia?" batin Haris.
"Haris! Gue tinggal dulu ya, mau cek keadaan proyek soalnya." ujar Fahri.
"Iya."
Kemudian Haris kembali fokus pada kegiatannya untuk memeriksa kesehatan warga lainnya yang belum diperiksa. Hampir 3 jam ia dan teman-teman dokternya melakukan pemeriksaan tersebut..rasa letih dan lelah mulai hinggap di badannya. Haris yang capek, akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak dan digantikan oleh dokter yang lain.
"Haris!" panggil seseorang.
Saat Haris menoleh ke sumber suara, ternyata itu adalah Agung teman satu profesinya sebagai dokter.
"Woy bro!!" Mereka berdua berpelukan ala cowok sembari menepuk bahu.
"Apa kabar sobat?" tanya Agung pada Haris.
"Baik.. lu ditugasin di sini?"
"Iya.. gue dipindahin ke sini buat nanti pas klinik udah jadi, gue langsung kerja bareng kalian. lu juga?"
"Iyalah... btw lu sendiri yang dipindahin ke sini?"
"Ngga.. ada juga yang lain-...." Sebelum menjawab detail, ada seorang dokter muda wanita yang tengah melambaikan tangannya dan mendekat ke arah Haris dan agung.
"Dokter Haris!!" panggilnya dengan semangat.
Agung terkekeh saat lihat dia mulai mendekat, "baru aja diomongin,"
Sedangkan Haris hanya terdiam. Ia sangat jengah ketika Lita dekat dengannya.
"Hai," sapa Lita pada mereka.
"Lama gak ketemu ya, Dokter Haris." ujar Lita. Akhirnya ia bisa disatukan kembali dengan Haris setelah ia mendesak agar tetap ikut dan ditempatkan di tempat yang sama dengan Haris. Sementara pria itu hanya diam saja tidak menjawab, "eh iya, Gung.. gue pergi ya, ada urusan soalnya." ujarnya bohong, padahal ia hanya ingin menghindari dari Lita agar tidak mengganggunya.
"Ish dokter.. aku kan baru sampai! Ngobrol dulu kek," ucapnya kesal.
Haris tak menanggapi perkataan Lita. Ia justru fokus pada Agung. "iya, Bro. hati-hati." Kemudian Haris pun meninggalkan tempat tersebut. Sementara agung pun ikut pergi dari sana seorang diri. Lita yang merasa di acuhkan kembali dibuat kesal oleh sikap pria itu yang semakin dingin padanya.
***
Fahri yang memang memiliki tugas untuk mengawasi proyek pembangunan klinik dengan siap siaga ia terus berdiri untuk memastikan semuanya aman. Karena ia merasa haus, akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia mencari sebuah warung yang menjual berbagai minuman dan makanan. Karena ia tidak mengetahui daerah tersebut, mau tidak mau ia harus bertanya ada orang setempat. Pas sekali, ia melihat seorang mbak-mbak yang tengah berjalan sendirian sembari membawa barang bawaan. Ia pun mulai mendekati gadis tersebut.
"Mbak, maaf saya mau tanya ... warung dekat sini itu di mana ya?" Merasa ditanya wanita tersebut menoleh dan menghadap ke arah Fahri. Siapa di sangka, Fahri tiba-tiba terkejut saat melihat wajah dari gadis itu.
"Cari warung ya A? Ada di sebelah sana tinggal lurus aja." jawabnya lembut.
Melihat sosok wanita itu dengan jelas, Fahri membulatkan matanya dengan lebar seakan tidak percaya namun nyata. ia terdiam terpaku, nafasnya seakan terhenti dan sangat terkejut melihat sosok yang ia kenal telah meninggal rupanya masih hidup. karena syok, ia menunjuk gadis itu dengan tangan yang bergetar, "Han.. Han... Hantu! ee..eeuuhhh..." teriaknya ketakutan, bahkan hingga jatuh pingsan. Fahri memiliki phobia mengenai sosok mistis apalagi jika ada kejadian seperti ini.
Gadis itu adalah Hana. Ia kebetulan sedang melewati jalan sendirian karena habis dari kebun. Melihat wajah gadis yang menurutnya sudah tiada, membuat Fahri sedikit ketakutan. Bahkan ia pun pingsan setelah menjerit kata "Hantu" padanya. ia pun terkejut saat pria di depannya ini pingsan tiba-tiba setelah melihat wajahnya. "A.. bangun..." ia berusaha mengguncangkan tubuhnya tapi tak berhasil.
"Tolong!!!" teriak gadis itu untuk meminta bantuan.
Tak lama kemudian, segerombolan bapak-bapak datang "ada apa, Neng Hana?"
"Orang ini tiba-tiba pingsan, tolong bawa ke posko ya.. saya takut kenapa-kenapa."
"He.. he.. he.. ayo bantuin woy!" salah satu dari bapak-bapak itu berteriak kembali untuk meminta bala bantuan. kemudian, Para bapak membawa tubuh Fahri ke posko kesehatan terdekat. Hana yang melihat pun sedikit panik, tapi ia bersyukur karena masih ada yang membantunya. Ia pun kembali pergi untuk sampai ke rumahnya.
***
"E-eeeuu.. eeeuhhghhhh.." lenguh Fahri saat tersadar dari pingsan. Setelah ia kembali sadar, secara tiba-tiba ia pun bangkit dengan cepat.
"Hahh!" Fahri terbangun dengan keadaan banyak keringat dan nafas memburu.
"Apa yang gue lihat tadi itu beneran?" Batin Fahri amat ketakutan.
Kenapa Fahri bisa mengetahui wajah gadis tadi adalah Nahda? Karena Haris selalu membawa foto Nahda kemanapun ia pergi. Terlebih ia adalah teman dekat Haris selama ia melakukan pendidikan bahkan selalu dalam misi yang sama. Jangan heran, jika Ia pun merasa terkejut ketika melihat dengan matanya sendiri.
"Lu udah sadar, Ri? Tumben banget lu pingsan ... nih minum dulu," ujar dokter pria seusianya bernama Nandu. Fahri masih syok atas apa yang ia lihat. Nafasnya masih memburu. Gelas yang berisi air pun segera ia minum habis seperti habis lari maraton.
"Lu kenapa bisa sampai pingsan gini?" tanya Nandu lagi.
"G-ggue.. gue habis liat Hantu tadi," lirihnya terbata-bata.
Nandu menaikkan alisnya karena heran, "hah? mana ada hantu siang-siang gini?! ada-ada aja lu!"
"Beneran... gue lihat sendiri, hantunya napak lagi."
Nandu yang kesal segera memukul kepala Fahri dengan tumpukan kertas, "heh! lu tuh bego apa tolol sih? Ya kalo napak berarti orang itu masih hidup!! Bukan setan!" ujarnya dengan kesal.
"Apa iya?!" tambahnya lagi.
Nandu memutar bola matanya malas, "serah lu ajalah.."
Fahri terdiam sejenak mengingat kejadian tadi, seketika ia teringat akan hal lain. kemudian, Fahri turun dari brangkar, "heh mau ke mana lu?" Tanya Nandu.
"Gue mau ketemu sama Haris, dah ya! Makasih udah nolongin gue!" Ia pun melesat pergi meninggalkan posko kesehatan dimana Nandu dan timnya bekerja. Nandu yang melihatnya pergi hanya bergeleng karena kelakuan Fahri tersebut.
***
Di suatu tempat, dua sejoli sedang menikmati waktu berdua bersama. Di mana Amir sengaja mengunjungi rumah Hana hanya sekedar berbincang. Karena hasil panen buahnya yang sangat lebat, ia pun membawakan berbagai macam buah untuk gadis yang ia sukai.
"Makasih ya A.. repot-repot bawa buah sebanyak itu buatku." ujar Hana tidak enak.
"Tidak apa-apa ... eh iya, kamu tampilkan ya di acara penyambutan itu?"
Hana menganggu,k "iya, A..."
"Gak sabar liat kamu tampil nanti, pasti paling cantik diantara yang lain." goda Amir pada Hana.
Hana pun terdiam sekaligus tersipu akan ucapan Amir padanya. Tapi senyum itu seketika menghilang di wajahnya karena Hana ingat kata-kata pria yang barusan ia temui tadi siang.
"A Amir.."
"Iya, Han?"
Lalu Hana mendekatkan wajahnya di depan wajah Amir, dan itu membuat Amir terpaku dan salah tingkah "k-kkamu-.. mau apa?" ujar Amir gugup. Lalu gadis itu menjauhkan wajahnya lagi dan kembali menatap sekeliling. Amir pun bisa bernafas lega. Bisa-bisa gila Amir jika terlalu dekat dengan Hana.
"A Amir.. wajahku seram ya?" tanya Hana dengan polos.
Amir menyerngit heran, "hah? Seram kenapa?"
"Tadi ada orang yang ngatain aku hantu, apa aku seseram itu ya sampai dibilang hantu?" lirih Hana.
Amir terkekeh mendengar pertanyaan dari Hana yang menurutnya lucu. Hana yang mendengar Amir tertawa, membuatnya semakin kesal dan mengembangkan pipinya, "A Amir kenapa ketawa?"
"Yang bilang kamu seram itu pasti matanya rusak. kamu itu sempurna... cantik, manis, lucu dan imut. memangnya siapa yang berani ngomong kaya gitu sama kamu? Biar A Amir balas sekalian." ujar Amir sembari bercanda dan mengeluarkan jurus silatnya untuk membuat hiburan agar Hana tidak sedih.
Seketika Hana pun terkekeh geli, "gak usah.. makasih ya A.. udah hibur aku."
"Sama-sama, nah gitu dong tertawa jadi nambah cantik.."
Mereka pun kembali berbincang-bincang membicarakan tentang apapun yang menjadi trending topik. Hana menyukai Amir karena sikapnya yang dewasa, selain itu ia juga tampan dan perkasa. Namun, Hana hanya menganggap Amir sebagai sosok kakak laki-laki yang baik. Mereka mengobrol hampir 3 jam dan waktu pun sudah menunjukkan pukul jam 5 sore.
"Han, A Amir pamit ya. udah sore..."
"Iya A.. makasih ya sama buah dan bibitnya."
"Iya, AA pamit dulu ya. kirim salam ke Mak, wassalamu'alaikum..."
"Waalaikumussalam...."