Jennaira Queenzy Hill berada disituasi sulit dimana ia harus merelakan laki-laki yang akan menjadi tunangannya kepada sahabatnya.
Terjebak menjadi orang ketiga diantara sepasang manusia yang saling mencintai membuat Jennaira harus kuat menghadapi tatapan sinis dan rendah orang lain. Berusaha terlihat baik-baik saja, namun tak semudah itu. semua menjadi rumit saat satu persatu hal buruk menghampirinya, hingga rahasia yang terkuak menambah luka yang sudah ada. Membuatnya tak lagi berharap pada apapun dan siapapun, kecewa yang tak berpenghujung membuat Jennaira tercekik dengan takdirnya sendiri.
Akankah akhir bahagia menjadi milik Ara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Dia sudah seharusnya ada disini "
Sean tersenyum melihat Aira yang menatapnya tak percaya.
" Biasa aja liatnya " Aira mendengus kasar.
" Okay, we try ". Mendengar itu Sean pun tersenyum tipis.
Setelah kesepakatan itu, hari-hari mereka berjalan seperti biasa. Hanya saja intensitas yang mulai berubah, Sean dan Aira juga semakin sering meluangkan waktu untuk sekedar menghabiskan weekend bersama.
Seperti saat ini, mereka sedang melewati weekend dengan menonton film.
" Ck, udah bener nonton action aja tadi kita Ra". Sean menghela nafasnya lelah.
Bagaimana tidak, kini gadis itu sedang mencengkram tangannya hingga terasa perih.
" ssstt, diam. Lagi seru ini, film horor lebih menantang". Aira berbisik pelan, dan Sean kembali pasrah.
Selama hampir 2 jam film berjalan, selama itu juga Sean menjadi pelampiasan Aira.
*
*
" Sstt, pelan- pelan Ra perih tau ". Aira hanya bisa meringis sambil mengobati tangan Sean yang terdapat luka cengkramannya tadi.
" Ya maaf, kan Ra gak sadar. Sakit banget ya? kerumah sakit aja yuuk Se ". Aira masih fokus, mengobati tangan Sean sesekali meniupnya seakan tiupannya bisa mengurangi perih, sedangkan Sean tersenyum melihat gadis didepannya merasa bersalah.
" Hey, look at me ". Suara Sean terdengar rendah dan lembut.
Sebelah tangannya yang bebas meraih wajah Aira, membuat gadis itu menatap wajahnya.
" It's okay Ra, I'm okay ". Untuk sesaat Aira terdiam dan terpana senyum manis seorang Sean.
" Ra lapar? kita makan sekarang ya? ". Aira dengan cepat menormalkan ekspresinya dan menganggukkan kepalanya.
Jujur saja ia memang sudah lapar sejak tadi, bahkan sejak baru saja masuk ke bioskop.
Mereka akhirnya berjalan bersisian menuju restoran yang dituju. Sesekali Aira mengalihkan tatapannya ke sekeliling mall.
Ada rasa asing yang baru ia rasakan, dan itu rasa yang membuatnya bahagia bersamaan juga bingung. Belum selesai ia mendeskripsikan apa yang ia rasa, kini laki-laki disebelahnya malah meraih tangannya dan menggenggamnya erat.
Walaupun mereka sering bergandengan tangan namun entah kenapa yang ini sedikit terasa berbeda. Seakan mereka baru saja melakukannya untuk pertama kali.
*
*
Percobaan hubungan dia sahabat menjadi calon pasangan itupun sudah menginjak 4 bulan lamanya. Tidak ada nama khusus bagi hubungan mereka walau mereka mulai terlihat serius.
Bahkan orangtua mereka sudah menyarankan pertunangan, agar ada kepastian dari hubungan mereka.
Walaupun awalnya agak berat, akhirnya mereka menyetujui untuk bertunangan. Selain nyaman, tidak ada alasan untuk menolak dan mengulur waktu.
Namun saat persiapan berlangsung, perusahaan Smit di Prancis mengalami sedikit masalah. Mau tidak mau membuat sang pimpinan harus turun tangan, dan pertunangan juga diundur akhirnya.
" I'm sorry Ra ". Aira yang sedang sibuk dengan berkas ditangannya tersenyum manis menatap lawan bicaranya.
" It's okay Sean, bukan masalah besar". Sean mengusap kepala gadis di depannya lembut.
" Ah, karena kamu mau ke Prancis nanti pulangnya barengan aja sama Aby. Sibuk banget dia sekarang, susah disuruh pulang. Tolong pujuk Aby ya Se, please ". Sean tertawa ringan mendengar kalimat panjang dari Aira.
" Iya, nanti aku bawa dia balik. Dia sudah seharusnya ada disini". Aira menganggukan kepalanya menyetujui ucapan Sean.
" Ya sudah kamu siap-siap aku antar pulang ". Dengan cepat Aira merapikan semua berkasnya, dan meraih handbagnya.
" Kita makan dulu ya, Ra lapar soalnya ". Sean menyetujui keinginan calon tunangannya.
Mereka berjalan bersisian, namun entah kenapa ingatan Sean kembali pada siang tadi. Saat ia mengambil titipan Aby untuk Aira di mansion Turner.
" Tidak apa sayang, mereka juga anak-anak kita. kalau mereka bahagia kita juga bahagia ".
" Hmm, kamu benar. Semoga saja Aby bisa menerima, dan tidak terluka terlalu lama".