Mengisahkan tentang Kyara gadis cantik jelita berpenampilan sederhana dan hanya seorang anak dari pemanen buah sawit, Gadis ini seorang pekerja keras namun memiliki kelembutan hati yang tak sembarangan orang miliki.
Karena suatu kejadian tidak terduga membuat Kyara terpaksa menikah dengan Lucas anak dari bos Ayah nya. Konflik mulai bermunculan setelah Kyara resmi menikah dengan Lucas.
Dari Lucas yang tak pernah menganggap Kyara ada sampai kecemburuan yang timbul di hati Sarah kekasih hati Lucas, kerap kali Sarah berbuat jahat kepada Kyara. Hingga suatu ketika Kyara dituduh pernah mencelakai Sarah.
Saat Kyara merencanakan balas dendam nya, tiba-tiba seseorang yang pernah ada di hati Kyara muncul. Mereka bersatu untuk menghancurkan Lucas sehancur-hancurnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asteria Mandelle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DITOLONG OLEH SEORANG PEMUDA
“Yah! ketahuan deh,” ujarnya menoleh.
Dengan sisa tenaga yang ia miliki gadis itu berlari memasuki hutan hingga napasnya tersengal dengan keringat bercucuran di dahi serta pelipisnya, saat menoleh ke belakang ke empat preman itu sudah berada di belakangnya. Kyara kembali mempercepat lari nya hingga menemukan sebuah gubuk.
“Sebaiknya aku bersembunyi di dalam gubuk ini dulu sampai mereka pergi.” Langkah kaki Kyara pelan memasuki gubuk itu untuk memastikan tidak ada orang disana.
Walaupun dari depan seperti gubuk reyot tak berpenghuni, namun saat masuk ke dalam benda-benda yang berada di sana tertata dengan rapi. Gadis itu berjalan menyusuri setiap sudut ruangan hingga ia tiba di ruangan seperti dapur sebab ada tungku dan juga beberapa alat masak.
“Huft! Setidaknya aku aman sekarang!” dengan napas yang masih tersengal ia mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di dinding gubuk itu.
Di luar keempat preman itu berhenti di sekitar gubuk tempat Kyara bersembunyi. “Gila tu cewek lari nya cepet amat, mending kita berpencar sekarang,” ucap salah satu preman itu.
Dari arah kejauhan sepasang mata memperhatikan gerak gerik pria di sekitar gubuknya. Dengan langkah cepat pria itu mendekat ke arah gubuknya. “Berhenti!” tahkala melihat salah satu diantara mereka hendak membuka pintu gubuk tua itu.
“Apa yang kau lakukan di gubukku. Atau kau ini pencuri.” Tunjuk Pria itu dengan tatapan tajam.
“Nggak, Mas. Kami bukan pencuri, kami cuma lagi cari adik kami yang lagi kabur dari rumah.” Balas Baron gugup berhadapan dengan pemuda bertubuh tinggi dan berotot. Terlebih lagi sorot mata pria itu sangat tajam, auranya seperti orang yang memiliki kuasa, sehingga membuatnya takut.
“Yaudah pergi sana!” Pria itu mengayunkan tangan mengusir preman itu.
Preman itu pergi menemui ketiga temannya yang lain. “Bro kayaknya dia gak lari kesini deh, coba kita cari di sebelah sana.”
Setelah kepergian preman itu, Pemuda ini membuka pintu gubuknya dan melangkahkan kaki masuk ke dalam namun saat pintu terbuka suara jeritan terdengar di telinganya.
“AakAah—”
Merasa heran dengan suara jeritan itu ia melangkah lebih dalam memasuki gubuknya dan mencari sumber suara jeritan itu. Kakinya berhenti ketika melihat gadis duduk di pojokan dapurnya.
“Aku mohon jangan culik aku lagi, aku mohon.” Kyara mengatupkan kedua tangan yang ia letakkan di depan wajahnya dengan menutup matanya.
“Kamu siapa?” tanya Pria itu.
Perlahan membuka matanya di iringi tangannya mulai turun ke bawah. “Huft! Maaf ya, Kang. Aku tadi dikejar oleh preman gak tau harus kemana, kebetulan aku lihat gubuk ini jadi aku bersembunyi disini. Sekali lagi maaf ya, Kang.” Tangan yang sedari tadi ia letakkan di depan dada, gadis itu mencoba untuk berdiri perasaan lega menyelimutinya.
“Oh tidak apa– jadi kamu yang sedang mereka cari,” imbuh Bagas.
“Kok, Akang bisa tau?” Kyara terlihat gusar takut preman itu muncul kembali. “Aku mohon jangan bilang sama mereka ya, Kang. Mereka mau nyulik aku, a—aku di sekap di rumah yang berada di tengah hutan itu.” Tubuh Kyara bergetar hebat, mengingat kejadian yang ia alami dalam seumur hidupnya.
Pria itu berjalan ke arah dapur meninggalkan Kyara sendirian, Bagas keluar dengan tangan membawakan segelas air untuk Kyara.
“Ini, kamu minum dulu aja. Gak usah takut saya gak akan kasih tau mereka.” Bagas duduk di sebelah gadis itu lalu memberikan segelas air.
Dengan tangan gemetar Kyara menerima air itu. “Ma–makasih ya Kang.” Pria itu mengangguk pelan, disertai senyum hangat di matanya.
Setelah keadaan Kyara sudah mulai tenang. Bagas mencoba mencari informasi dari gadis di hadapannya. “Maaf lancang, sebenarnya kenapa kamu bisa dikejar sama preman-preman itu?”
“Sebenarnya aku juga nggak tau kang. Saat aku sadar, aku sudah berada di kamar yang sangat kotor. Perempuan itu, aku rasa dia adalah bos dari preman-preman itu. Ia tak terima jika aku menikah dengan pacarnya.”
Pria itu menyimak dengan serius cerita itu. Ia merasa tak enak hati ternyata gadis di hadapannya adalah istri orang.
“Maaf mba, kalau boleh tau kamu tinggal dimana? Biar saya antar keluar dari hutan ini.”
Tatapan matanya berbinar diiringi senyum sumringah, Kyara sangat senang mendengar Pria di hadapannya bersedia mengantarkannya pulang. “Benarkah? Apa Sekarang kita bisa keluar dari hutan ini, Kang?” Kyara terus bertanya dengan antusiasnya.
Pria itu melirik jam yang terletak di dinding kayu. “Sekarang sudah jam 12.00 sebaiknya kita makan siang saja dulu, untuk mengisi kembali tenaga yang sudah terkuras.”
“Tapi—”
“Gapapa mba, tadi saya sempat keluar membeli lauk, mari kita makan dulu.”
Pria itu menata makanan yang Ia beli di atas piring, Bagas memberikan sepiring nasi kepada Kyaran kemudian mereka menyantap bersama makanan itu.
*
*
*
Tepat hari ini adalah hari minggu, Luas baru saja bangun dari tidurnya. Ia tak sadar jika semalaman dia tertidur di sofa.
“HOAAAM! Pegel banget badan gue, bisa-bisanya ketiduran disini.” Dengan posisi duduk ia meregangkan otot lalu beranjak ke kamar kecil sambil menggaruk kepalanya.
Lucas berjalan ke arah lemari pendingin merasa tenggorokannya terasa begitu kering lalu saat akan minum masih terlihat bahan masakan yang masih berserakan diatas meja.
“Gila ya tu perempuan sampai siang gini belum balik juga. Apa dia pulang kerumah orang tuanya?” Lucas menerka-nerka.
“Ah sepertinya nggak mungkin. Tapi kemana dia? Secara dia baru saja pindah ke tempat ini, mana mungkin gadis itu tau jalanan di kota ini.
Tak ingin membuat kepalanya pusing ia melangkah menuju kamarnya. Kyara bukan gadis yang dia cintai bahkan rasa peduli pun tak ada untuk gadis itu.
“Bodo amat mending gue nge–gym. Urusan dia mau pulang atau tidak terserah!” Lucas keluar dengan pakaian olahraga yang membuat ketampanannya bertambah, dia akan menghabiskan waktunya di ruangan gym jika ia mengalami stress.
*
*
*
“Kang sebaiknya kita berangkat sekarang, sudah satu hari aku belum pulang ke rumah,” tutur Kyara duduk di sumur belakang setelah mencuci alat makan yang mereka gunakan tadi.
“Ya sudah, ayo mba. Saya siapkan barang siapa tau nanti di jalan ada yang dibutuhkan,” balas Bagas membawa piring yang telah dibersihkan Kyara untuk diletakkan di dalam.
Kini setelah semua persiapan selesai mereka bersiap keluar dari hutan. Pria itu memilih jalan pintas agar tidak sampai larut malam saat keluar dari hutan, sesekali Bagas menoleh memastikan Kyara ada di belakangnya.
Di tengah perjalanan mereka istirahat sejenak untuk melepaskan rasa lelah. Mereka duduk di bawah pohon besar yang sangat rindang. “Mba kita istirahat dulu disini.”
“Iya, Kang.” Kyara duduk dengan menjulurkan kakinya yang sudah terasa kram.
Bagas sesekali menatap wajah cantik gadis yang terlihat penuh dengan noda tanah itu. Ia merasa kasihan pada gadis itu, Bagas bisa melihat jika gadis di hadapannya adalah gadis yang baik namun tetap saja ada orang yang berbuat buruk padanya.
“Oh ya, Mba. Kita belum sempat berkenalan, nama saya Bagas.” Ia menjulurkan tangannya.
“Nama aku Kyara, Kang. Panggil Kyara saja sepertinya lebih tua Akang daripada aku.” Kyara membalas uluran tangan Bagas.
Bagas terkekeh dengan gaya bicara Kyara seperti anak kecil. “Hehe, Iya mba. Eeh Kyara.”
Mereka kembali melanjutkan perjalanan hingga matahari telah berada di Barat yang artinya hari telah menggelap. Sekitar lima jam perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di area luar hutan. Tak henti senyum indah yang tercipta di wajah cantik Kyara, gadis itu begitu lega bisa keluar dari hutan dengan selamat.
“Kang, makasih ya sebelumnya. Maaf aku nggak punya apa–apa sebagai imbalan,” ujar Kyara menundukkan pandangannya merasa malu.
“Gapapa, Ra. Saya ikhlas, saya memang berniat membantu kamu,” balas Bagas menatap gadis itu lagi dan lagi.
“Oh tunggu sebentar, Kang.” Kyara seperti mengambil sesuatu dari dalam tas nya.
“Kalo ada apa-apa, atau kamu lagi butuh bantuan, kamu bisa datang ke alamat ini, Kang.” Kyara memberikan selembar kertas yang berisi alamat Apartemen Lucas.
“Nggak usah, saya Ikhlas menolong kamu,” tutur Bagas.
“Tolong terima ini sebagai balas budi saya ya, Kang!” sedikit memaksa Kyara memberikan alamat itu pada Bagas.
Bagas mencarikan bus agar Kyara bisa secepatnya pulang. Di ujung jalan terdapat halte disana terlihat tinggal tersisa satu bus yang menuju ke Jakarta. Bagas mengantar Kyara ke halte sekaligus pertemuan terakhirnya dengan gadis itu.
“Kang, sekali lagi terima kasih banyak ya. Maaf jika aku banyak ngerepotin.” Kyara berpamitan lalu masuk ke dalam bus.
“Iya Kyara, sama-sama. Sesama manusia harus saling menolong, selagi saya mampu saya akan menolong orang yang sedang kesulitan seperti kamu.” Kyara terharu mendengar penuturan Bagas.
Dia memilih duduk dekat jendela untuk menikmati pemandangan malam dari kaca jendela bus tersebut.
“Terimakasih, Tuhan. Hamba masih diberikan keselamatan sampai saat ini, terimakasih Tuhan.” Kyara sesegukan mengingat kejadian yang telah menimpanya tadi.
Perjalanan panjang membuat seluruh badannya terasa remuk, gadis itu tertidur di dalam bus. Tak terasa empat jam perjalanan berlalu seorang kernet membangunkan Kyara karena telah sampai di kota tujuan.
“Mba, Mba bangun.”
***
Bersambung.
Jangan lupa like, comment, vote dan juga beri bintang 5 kalo kalian suka cerita ini ❤️
Salam hangat dari Amanda ❤️