Danu Alfaendra, pria matang yang sudah berusia 30 tahun itu tidak terima jika adik tirinya harus menikah terlebih dahulu, sehingga selama dua tahun lamanya dia mengencani banyak wanita, dimulai ada yang berprofesi menjadi dokter, model, pengacara, dan berbagai macam profesi lainnya. Namun, tak ada yang membuatnya jatuh cinta.
Para wanita selalu memanggilnya playboy cap nanggung, karena Danu tidak berani meniduri para wanitanya, mungkin karena Danu ingin memberikan keperjakaannya untuk wanita yang dia cintai suatu saat nanti.
Danu adalah seorang pria pekerja keras, dia memiliki keahlian sebagai hacker dan bergabung dengan seorang detektif di The Darkness, selain itu dia juga pemilik salah satu restoran mewah di ibu kota.
Namun, malam itu tiba-tiba keperjakaannya direnggut oleh seorang wanita karena pengaruh obat perangsang. Haruskah dia meminta pertanggungjawaban dari wanita itu? Karena wanita itu adalah adik tirinya. Atau lebih baik dia mencari wanita lain sebagai belahan jiwanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Iya, ayah. Aku rasa tidak salahnya aku menginap disini malam ini. Aku sangat merindukan kamarku yang dulu." Danu berkata seraya menatap tajam ke arah Maura.
Maura merasa ada yang aneh dengan tatapan Danu kepadanya, sampai dia berpikir apa yang Danu pikirkan terhadapnya? Tidak mungkin kan Danu ingin meminta reka adegan ulang kepadanya?
Maura menggelengkan kepalanya, dia rasa tidak mungkin Danu meminta reka adegan ulang karena mereka sudah sepakat untuk saling melupakan kejadian semalam, karena itu dia harus bersikap seperti biasanya. Maura harus memperlihatkan sikapnya kepada Danu bahwa dia sudah benar-benar melupakan semuanya dan bersikap seperti biasanya.
Maura pun tertawa, dia pura-pura senang mendengar Danu akan menginap di rumah. "Wah, bagus dong kalau kak Danu menginap di rumah. Sudah lama kayaknya kak Danu tidak menginap disini."
Danu tak menanggapi perkataan Maura, pria itu hanya masih menatap tajam kepadanya, membuat Maura menjadi salah tingkah, tatapan Danu kepadanya tidak seperti biasanya. Entah tatapan apa itu? Maura pun tak dapat memahaminya.
"Maura itu memang selalu manja sama abangnya, dulu waktu Maura kecil setiap kali menangis, dia akan berhenti menangis setiap kali digendong oleh Danu." Wisnu menceritakan bagaimana kedekatannya persaudaraan Danu dan Maura dari kecil. Dari dulu Danu adalah seorang kakak yang selalu bersiap siaga melindungi adik tirinya itu.
Maura benar-benar harus menunjukkan kepada Danu bahwa dia sudah melupakan semuanya. Dia pun tertawa kecil, "Begitulah kak Danu, dia adalah seorang kakak yang sangat baik untuk aku, walaupun terkadang sangat menyebalkan." Dia pun menjulurkan lidahnya kepada Danu untuk meledeknya.
Danu hanya diam menatap adik tirinya itu dengan tatapan kesal.
Mira menggubris perkataan putrinya, "Menyebalkan apanya? Danu sering babak belur demi melindungi kamu, Ra."
Maura pura-pura tertawa kembali, "Ya, Bu. Tapi begitulah resikonya punya adik yang sangat cantik, selalu banyak yang mengganggu. Makanya dulu kak Danu selalu berpura-pura menjadi pacar aku. Tapi tetap saja kak Danu lebih banyak menyebalkannya, dia sering mengomeli aku."
Kini Danu menanggapi perkataan Maura. "Itu karena kamu adalah seorang adik yang susah diatur dan selalu tebar pesona."
Maura mencibir. "Tebar pesona apanya? Padahal cuma aku diam aja, tapi banyak pria yang ngirim surat cinta sama aku. Bukan salahku jika terlahir cantik."
Maura tidak terima dibilang sering tebar pesona oleh Danu, padahal Danu lebih parah darinya. "Bukannya kebalik? Kak Danu itu sekarang seorang play...mmhh"
Danu buru-buru menutup mulut Maura dengan telapak tangannya, jangan sampai kedua orang tuanya tahu bahwa dia seorang playboy.
Maura langsung memukul-mukul lengan Danu, kemudian dia mengigit tangan Danu yang sedang menutup mulutnya. Membuat Danu menggeram kesakitan.
"Arrrgghh!"
"Hhh...!" Danu mendengus kesal menatap Maura yang sedang memanyunkan bibirnya kepadanya, dia pun meniup telapak tangannya yang kesakitan dan ada bekas gigitan Maura.
Keduanya saling menatap dengan tatapan kesal, kemudian mereka melanjutkan makan kembali, karena menghargai masakan sang ibu.
Wisnu menggelengkan kepalanya, rupanya Danu dan Maura tidak berubah, mereka tetap sama seperti dulu, selalu saja bertengkar. "Hhh.... Ayah tidak menyangka ternyata kalian sudah beranjak dewasa, padahal dulu seingat ayah kalian itu masih piyik. Tapi sayangnya sudah pada dewasa pun masih saja bertengkar."
Wisnu pun terkekeh sebentar sebelum melanjutkan perkataannya. "Padahal dulu waktu kalian masih kecil sangat akur lho, ayah masih ingat dulu Danu sering memandikan Maura, Maura paling senang dimandikan oleh abangnya."
Perkataan Wisnu membuat Danu dan Maura yang sedang makan menjadi tersedak.
"Uhukk...uhukkk..." Keduanya terbatuk-batuk hampir bersamaan.
Mereka menjadi salah tingkah mengapa ayahnya harus mengingatkan mereka tentang hal tersebut, dan wajah mereka nampak merah merona membuat pikiran mereka melanglang buana.
Mereka pun sama-sama segera meneguk minuman milik masing-masing. Beruntung tidak ada yang curiga dengan sikap aneh mereka berdua.
"Kalian ini kompak sekali sampai batuk bersamaan begitu, benar-benar adik kakak paling top." seru Mira.
Ternyata sebenarnya Danu dan Maura sudah tau bagaimana isi di dalam pakaian mereka dari dulu, tapi mengapa sekarang ketika mendengar perkataan ayahnya membuat mereka menjadi panas dingin, teringat kejadian semalam, yang tak seharusnya mereka lakukan.
apa ngga gosong tuhh kepala pake koyo cabe...