Setelah tiba-tiba menyeberang, Li Tian dibantu oleh Sang Naga untuk dapat beradaptasi dan berlatih seni bela diri dan kultivasi. Li Tian akhirnya menjadi seorang ahli bela diri dan kultivator yang sangat kuat dan terkenal di seluruh negeri. Namun, kekuatan dan kemenangan Li Tian tidak selalu mudah diperoleh. Ia harus menghadapi banyak rintangan dan bahaya dalam perjalanan hidupnya. Namun, dengan keberanian, tekad, dan kemampuan yang dimilikinya, Li Tian selalu berhasil melewati setiap rintangan tersebut.
Di antara semua lawan yang pernah ia hadapi, ada satu orang yang menjadi musuh paling berat bagi Li Tian. Ia adalah seorang pemimpin kejahatan yang sangat jahat dan sulit ditaklukkan. Namun, dengan kekuatan dan keberanian yang dimilikinya, Li Tian akhirnya berhasil mengalahkan musuhnya itu dan membawa keadilan bagi masyarakat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richieus El Velerira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 : Warisan Dewa Naga.
Dengan hati yang tenang, Li Tian mengulurkan tangan ke arah kristal energi. Ada getaran lembut saat nyala energi berkilauan masuk ke dalamnya. Dia merasakan energi memenuhi tubuhnya, memberinya kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Sang Naga yang telah membantu Li Tian berlatih, tiba-tiba berubah memberinya sebuah pedang.
Pedang yang datang dari Sang Naga memiliki bilah yang panjang dan bersinar, dengan cahaya keemasan. Pegangan pedangnya terbuat dari kayu yang kuat dengan ornamen yang rumit dan indah. Li Tian memandangi pedang itu dengan penuh kagum. Dia bisa merasakan energi yang kuat dan berapi-api yang terpancar darinya.
Dengan hati berdebar, Li Tian mengulurkan tangannya untuk menggenggam pegangan pedang. Dia merasakan sebuah kehangatan yang mengalir melalui tubuhnya saat dia menyentuh pedang tersebut. Seperti ada hubungan yang tak terucapkan antara dirinya dan pedang itu.
Tanpa ragu, lagi Li Tian mencabut pedang itu dari sarungnya dan berposisi siap bertarung. Pedang itu merespons dengan tangkas di tangan Li Tian, seolah-olah memiliki kehidupan sendiri. Cahaya keemasan semakin memancar dari pedang tersebut mengisi ruangan dengan kekuatan dan magis yang mempesona.
Setelah mendapatkan pedang tersebut, Sang Dewa Naga berkata akan mulai melatih Li Tian tentang Kultivasi Qi.
Li Tian mengangguk dengan antusias dan duduk di hadapan Sang Dewa Naga. Sejauh ini, Li Tian baru menguasai ilmu bela diri, berpedang, dan kekuatan elemen. Namun, itu sebenarnya sudah sangat luar biasa.
Dewa Naga pun mulai menjelaskan prinsip-prinsip dasar kultivasi Qi kepada Li Tian.
"Pertama-tama, Li Tian kamu perlu memahami bahwa Qi adalah kekuatan vital yang ada di dalam tubuh kita. Kultivasi Qi bertujuan untuk mengalirkan dan mengendalikan Qi tersebut dengan maksud untuk meningkatkan kekuatan fisik dan spiritual kita,” jelas Dewa Naga.
Li Tian mendengarkan dengan serius, mencatat setiap kata yang diucapkan oleh Sang Dewa Naga. Kemudian, Dewa Naga melanjutkan. "Langkah pertama dalam kultivasi Qi adalah mempelajari teknik pernapasan yang tepat. Dengan mengatur pernapasanmu dengan baik, kamu dapat mengumpulkan dan mengendalikan Qi dengan lebih efektif."
Dewa Naga kemudian mengajarkan Li Tian tentang teknik pernapasan yang disebut "Nafas Naga". Teknik ini melibatkan mengambil napas dalam yang panjang dan perlahan, dan mengembuskannya dengan mantap. Li Tian mengikuti instruksi dengan seksama, berlatih teknik pernapasan dengan penuh keseriusan.
Setelah mereka merasa Li Tian telah memahami dasar-dasar teknik pernapasan, Dewa Naga melanjutkan dengan mengajarkan gerakan-gerakan dasar dalam kultivasi Qi. Li Tian memperhatikan dengan seksama setiap gerakan yang ditunjukkan oleh Dewa Naga dan berlatihnya berulang kali, hingga dia merasa nyaman dengan gerakan-gerakan tersebut.
Dewa Naga melatih Li Tian setiap hari, memantau kemajuan dan memberikan perbaikan dimana diperlukan. Li Tian tekun dan gigih dalam latihannya berusaha keras untuk memperbaiki teknik pernapasannya dan meningkatkan kontrolnya atas Qi.
Seiring berjalannya waktu, Li Tian mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Kekuatan dan ketahanan fisiknya meningkat dan dia merasa lebih fokus dan tenang dalam pikirannya. Dia bahkan dapat merasakan arus Qi yang mengalir di dalam tubuhnya memberinya sensasi yang sebelumnya tidak pernah dirasakannya.
Dewa Naga senang melihat kemajuan Li Tian dan memberi pujian atas kerja kerasnya. "Li Tian kamu telah menunjukkan kegigihan dan ketekunan yang luar biasa. Aku yakin dengan terus melatih kultivasi Qi ini, kamu akan menjadi seorang yang kuat dan tangguh,” ujar Dewa Naga dengan bangga.
Setelah mengajarkan semuanya pada Li Tian, Sang Dewa Naga berkata bahwa dirinya akan istirahat di dalam pedang yang telah ia berikan pada Li Tian.
Sang Naga berkata Li Tian dapat meningkatkan kultivasi Qi nya dengan bergabung sebuah sekte.
Li Tian terdiam sejenak mempertimbangkan tawaran tersebut. Bergabung dengan sekte bisa memberinya akses ke sumber daya dan pembimbingan yang tak ternilai harganya. Namun, itu juga akan membawa kewajiban dan keterikatan kepada sebuah kelompok.
Setelah berpikir sejenak Li Tian akhirnya mengangguk. "Dalam perjalanan ini menuju kultivasi yang lebih tinggi saya ingin mencari semua kesempatan yang ada. Mungkin saya akan bersedia bergabung dengan sekte sesuai saran."
Sang Naga tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, Li Tian. Sekarang semua terserah kamu untuk ke depannya."
Tak terasa telah banyak waktu berlalu selama Li Tian berlatih di bawah bimbingan Sang Dewa Naga. Li Tian sudah meninggalkan gua naga dan berpikir untuk mengunjungi Kota Wanping sebentar, sebelum ia pergi untuk bergabung dengan sebuah sekte.
Sang Dewa Naga yang kini telah masuk ke dalam pedang, ia berkata tidak akan dapat berkomunikasi sementara dengan Li Tian karena ingin beristirahat.
Ketika di perjalanan menuju Kota Wanping. Li Tian melihat ada seorang gadis yang sedang di kejar oleh sekelompok pria berpakaian serba hitam.
Tanpa ragu, Li Tian melompat turun dari kudanya dan berlari mendekati gadis itu. Dia mempercepat langkahnya untuk mencapai gadis itu lebih cepat dari para penguntitnya. Dengan cepat, dia mengambil pedangnya yang tergantung di pinggangnya.
Ketika Li Tian sampai di dekat gadis itu, dia menghalangi jalannya dengan melambaikan pedangnya. "Berhenti!" ujarnya dengan suara lantang, mencoba mengintimidasi penguntit-penguntit tersebut.
Walaupun terkejut dengan kedatangan Li Tian, para penguntit tetap tidak mundur. Mereka tertawa sinis dan segera menyerang dengan senjata mereka. Li Tian dengan sigap melawan mereka satu per satu, bergerak begitu cepat sehingga hampir tidak terlihat oleh mata.
Gadis itu yang sejak awal hanya berdiri diam dan terkejut, mulai mengumpulkan keberanian dan membantu Li Tian. Dia menjemput batu-batu kecil di jalanan dan melemparkannya ke arah para penguntit. Meskipun tindakan itu terlihat remeh, tetapi itu cukup untuk membingungkan mereka dan memberikan waktu tambahan bagi Li Tian dalam pertarungan.
Dalam waktu singkat, Li Tian berhasil menghabisi penguntit-penguntit itu satu per satu. Setelah berhasil mengalahkan semuanya, Li Tian melihat ke arah gadis itu dan berkata "Apakah kamu baik-baik saja?"
Gadis itu mengangguk lemah. "Terima kasih atas bantuannya. Aku benar-benar berterima kasih."
Li Tian tersenyum. "Tidak perlu berterima kasih. Saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan."
Gadis itu menatap Li Tian dengan tatapan penuh rasa kagum. "Anda benar-benar pemberani dan kuat. Siapa Anda sebenarnya?"
Li Tian mengangguk penuh hormat. "Namaku Li Tian. Aku hanya seorang pejuang biasa yang sedang dalam perjalanan menuju Kota Wanping. Bagaimana denganmu?"
Gadis itu tersenyum. “Kebetulan saya juga sedang menuju Kota Wanping," ungkapnya pada Li Tian.
Li Tian mengangguk sopan. "Oh begitu. Tampaknya kita dapat pergi bersama,” katanya sambil tersenyum.
Gadis itu menjawab dengan senyuman yang ramah. "Ya, itu pasti sangat menyenangkan. Mungkin kita bisa menjelajahi kota itu bersama-sama."
Li Tian setuju dengan ide tersebut. "Tentu saja, itu akan menjadi kesempatan yang bagus untuk saling mengenal."
Kemudian, Li Tian bertanya padanya mengapa dia bisa sendirian dan dikejar-kejar oleh kelompok pria berpakaian hitam.
Gadis tersebut menjawab bahwa dia adalah Xia Mei, putri dari keluarga pedagang Xia. Namun, ayahnya telah meninggal dunia baru-baru ini dalam sebuah kecelakaan. Setelah kematian ayahnya, dia tidak memiliki keluarga yang tersisa dan memutuskan untuk melanjutkan usaha perdagangan ayahnya sendirian.
Namun beberapa waktu yang lalu, sebuah kelompok pria berpakaian hitam datang mencari Xia Mei. Mereka mengaku bahwa ayahnya memiliki utang besar kepada mereka dan mereka ingin melunasi utang tersebut dengan merampok bisnis keluarga Xia. Xia Mei menolak dan mencoba melarikan diri, tetapi kelompok pria itu terus mengejarnya.
Li Tian mendengar cerita itu merasa empati dan merasa tergerak hatinya untuk membantu Xia Mei.
Xia Mei sangat cantik. Dia memakai gaun yang terbuat dari sutra berwarna merah muda yang lembut. Gaun itu menghiasi tubuhnya seperti seni yang hidup. Rambut panjangnya yang hitam pekat, tergerai indah di belakang punggungnya. Mata cokelatnya berkilauan dengan kehangatan dan keceriaan yang selalu terpancar darinya.
Setiap kali Xia Mei berjalan, langkahnya lemah lembut dan anggun, seakan-akan dia melayang di atas awan. Setiap gerakan tubuhnya terlihat begitu anggun dan halus, seakan-akan dia adalah seorang penari di dalam mimpi.
Kemudian, Li Tian dan Xia Mei melanjutkan perjalanannya menuju Kota Wanping.
Bersambung.