Pewaris Pedang Naga
Saat terbangun, tiba-tiba Li Tian berada di medan perang.
Li Tian terkejut dan bingung, dia tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba berada di medan perang. Dia melihat sekelilingnya dan melihat pemandangan yang mengerikan. Ada mayat berserakan di mana-mana dan darah yang menetes ke tanah.
Dia merasa pusing dan terus berusaha mengingat kembali semua yang telah terjadi dalam hidupnya.
“Sepertinya saya baru saja menyeberang dan merasuki tubuh seseorang yang memiliki nama serta wajah yang mirip dengan saya.” Dia akhirnya menyadari bahwa itu bukanlah mimpi.
Li Tian menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengontrol pikirannya sehingga ia bisa berkonsentrasi dalam medan perang. Ia kemudian melihat sekelilingnya dan melihat para penduduk desa yang masih bertarung dengan gigih.
Tanpa membuang waktu, Li Tian segera bereaksi dan bergabunglah dengan pasukan. Dia mengambil pedangnya dan bergabunglah ke medan perang.
“Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi? Tapi, saya harus bertarung untuk bisa bertahan hidup,” pikir Li Tian sambil mengamuk dengan pedangnya.
Di medan perang, kekacauan dan kekerasan telah menguasai segalanya. Para prajurit bertempur dengan keganasan, mencoba bertahan hidup di tengah serangan musuh yang datang dari segala arah. Li Tian berusaha bertahan dan melindungi dirinya dari serangan musuh dengan gerakan lincah dan akurat.
Pedangnya berkilauan di bawah sinar matahari, memotong dan menusuk para musuh yang berani mendekatinya. Langkahnya cepat dan gesit, membuatnya sulit dijangkau oleh para musuh yang berusaha melumpuhkannya. Dia bergerak dengan kecepatan dan kekuatan yang memikat menjadi pusat perhatian di medan perang.
Namun, walaupun Li Tian mampu melawan dengan gagah berani, jumlah musuh yang terus bertambah membuatnya semakin kewalahan. Dia harus menghadapi banyak serangan dan melindungi dirinya dengan segala kemampuan yang dia miliki. Setiap gerakan dan langkahnya harus dipikirkan dengan matang karena satu kesalahan kecil saja bisa menjadi akhir hidupnya.
Terkadang, Li Tian merasa lelah dan hampir menyerah. Tetapi ketika dia melihat para penduduk desa dan prajurit lainnya yang masih berjuang dengan gigih, semangatnya kembali membara. Dia tidak ingin mengecewakan mereka dan dia juga tidak ingin menyerah begitu saja. Dia terus berjuang mencoba untuk bertahan hidup dan mengalahkan musuh di medan perang.
Waktu berlalu dengan cepat dan pertempuran semakin sengit. Li Tian merasakan rasa sakit pada tubuhnya, tetapi dia tetap bertahan dengan keberanian dan kekuatan yang tidak tergoyahkan. Dia menolak untuk menyerah dan dia berjanji bahwa dia akan bertarung sampai titik darah penghabisan.
Li Tian menangkis dan membalas setiap serangan musuh dengan ringan dan mantap. Dia melewati mayat dan bertempur untuk mempertahankan dirinya dan teman-temannya dari menghadapi musuhnya. Li Tian mampu beradaptasi karena pikiran serta kemampuan pemilik tubuh sudah bersatu dengannya meski terpaksa oleh keadaan.
Meskipun medan perang berubah menjadi kacau balau, Li Tian dan rekannya mampu mengalahkan musuh satu demi satu. Mereka terus bertempur dan bertahan dengan gigih, meskipun itu sangat sulit. Pasukan musuh bukanlah kelompok bandit biasa, mereka diduga adalah prajurit dari kerajaan lain yang bergabung dengan kelompok pemberontak dan menyamar menjadi bandit.
Li Tian tiba-tiba tersudutkan oleh beberapa prajurit musuh yang tangguh. Dalam keadaan terjepit, Li Tian mencoba mempertahankan diri dari serangan prajurit-prajurit tersebut. Ia menggunakan kecepatan dan keterampilannya dalam bela diri untuk menghindari serangan-serangan mereka. Dalam sekejap, ia berhasil melumpuhkan dua prajurit musuh dengan tendangan yang cepat dan pukulan yang akurat.
Namun, tiga orang lainnya tidak begitu mudah untuk ditaklukkan. Mereka menggunakan senjata-senjata tersembunyi, seperti pedang pendek dan pisau kecil untuk mengejar Li Tian. Saat mereka mendekat, Li Tian melompat ke samping dan menghindari serangan mereka dengan lincah.
Li Tian mencoba mencari peluang untuk menyerang balik, tetapi ketiga prajurit musuh tersebut terus mengepungnya. Mereka melakukan serangan-serangan yang beriringan, mencoba untuk membingungkan dan menjebak Li Tian. Namun, Li Tian tidak tergoyahkan. Dengan refleks yang tajam, ia menghindari setiap serangan dengan gerakan yang halus dan terkoordinasi.
Ketiga prajurit itu semakin frustrasi karena serangan-serangan mereka tidak membuahkan hasil. Li Tian yang menangkap celah, melancarkan serangan balik dengan kecepatan yang mengagumkan. Dalam waktu singkat, ia berhasil melumpuhkan satu bandit dengan serangan pukulan yang kuat.
Meski begitu, dua prajurit musuh lainnya belum menyerah. Mereka memperketat himpitan dan meningkatkan intensitas serangan mereka. Pukulan dan tendangan mereka menjadi semakin cepat dan kuat. Li Tian berjuang mati-matian untuk melawan, tetapi semakin lama semakin terdesak.
Berbekal pengalaman bertarung yang dimilikinya, Li Tian mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Ia melompat ke belakang dan melesat menuju pohon yang dekat. Dengan kecepatannya yang luar biasa, ia berhasil memanjat pohon dengan lincah dan menghilang di antara daun-daun yang lebat.
Dalam keadaan aman di atas pohon, Li Tian mengambil napas dalam-dalam. Ia menyaksikan dari atas pohon saat kedua prajurit itu mencari-cari di sekitar hutan berkabut. Mereka berteriak-teriak dan mengejar bayangan yang tidak ada.
Setelah yakin bahwa tidak ada lagi bahaya, Li Tian turun dari pohon dengan hati-hati. Ia berterima kasih kepada keberuntungan yang mengantarkannya selamat dari pertempuran ini. Namun, ia juga menyadari bahwa tetap berada dalam hutan itu berbahaya. Ia harus mencari jalan keluar dan melaporkan serangan ini kepada pihak kekaisaran Han.
Dengan waspada, Li Tian melanjutkan perjalanannya melalui hutan berkabut. Ia berharap dapat menemukan arah yang benar dan bertemu dengan teman-temannya. Meskipun serangan musuh tadi telah menciptakan tantangan yang besar baginya, Li Tian tidak akan menyerah. Ia bertekad untuk menemukan jalan keluar dan melindungi rekan-rekannya dari bahaya yang ada.
Tiba-tiba, ia menyadari sesosok makhluk besar tengah mengintainya dari balik kabut. Li Tian segera waspada dan menyiapkan pedangnya. Namun, sosok yang keluar dari kabut tersebut benar-benar terlihat sangat berbahaya. Li Tian tidak percaya diri untuk menghadapinya.
Makhluk besar itu ternyata adalah seekor naga raksasa yang berdiri tegap di depan Li Tian. Getaran api biru yang keluar dari mulutnya menghangatkan udara yang dingin. Li Tian merasa takut, karena dia belum pernah melihat naga sebesar ini sebelumnya.
Namun, naga itu tidak terlihat seperti yang dicontohkan dalam cerita rakyat. Ia terlihat sangat tenang dan ramah, meskipun tetap terlihat menyeramkan. Li Tian tidak tahu harus berbuat apa, apakah harus menyerang atau kabur.
Naga itu mencoba berbicara dengannya, "Jangan takut, Li Tian. Saya bukanlah naga jahat."
Mendengar suara naga, Li Tian agak terkejut. Ternyata bahasa manusia dipahami oleh naga itu. Li Tian merasa aneh, terkadang bahasa manusia saja masih sulit dipahami oleh beberapa manusia, tapi naga yang berbahasa manusia sungguh luar biasa.
Naga itu melanjutkan, "Saya datang membantumu. Bukankah kau memerlukan bantuan untuk memenangkan peperangan melawan mereka? Saya bisa menghancurkan mereka dengan mudah."
Awalnya Li Tian ragu, tapi setelah berpikir sejenak, dia menyetujui tindakan naga itu. Naga itu membantunya, tidak seharusnya dia menolak.
Melihat Li Tian setuju, naga itu merangkulnya dan kemudian terbang di atas langit. Ujung sayap naga itu membelah awan dan kecepatannya membuat Li Tian kagum.
Ketika naga itu mendarat, Li Tian merasa lebih siap dan percaya diri. Suara gemuruh dari pasukan lawan menghampiri mereka dan mereka siap untuk memulai pertarungan. Naga itu segera mengeluarkan laju api birunya yang terasa seperti hujan meteor dan melenyapkan pasukan lawan dengan mudah.
Li Tian dan naga itu bergerak dengan lincah menyerang pasukan lawan satu per satu. Serangan mereka begitu cepat dan mematikan sehingga tak seorang pun dari pasukan lawan yang mampu bertahan atau melawan balik.
Dalam sekejap medan tempur berubah menjadi medan mayat. Tumpukan mayat musuh merayap di sekitar mereka, sementara darah mengalir di tanah yang kering. Li Tian dan naga itu terus maju tak kenal lelah dan terus menghancurkan pasukan lawan yang berusaha melawan mereka.
Namun, pasukan lawan terus mengerahkan kekuatan baru. Mereka memanggil para penyihir dan mantra hitam yang memancarkan energi jahat. Li Tian dan naga itu terpaksa menghadapi kekuatan magis yang tak terbayangkan.
Dengan gesit, naga itu berkembang sayapnya yang besar melindungi Li Tian dari serangan magis. Api yang melindungi mereka berpijar lebih kuat, memantulkan serangan balik yang hebat. Sihir-sihir hitam musuh terbakar menjadi abu yang kusut di udara.
Dalam sekejap, pasukan lawan terkejut melihat kekuatan dihadapinya. Mereka tak pernah melihat kombinasi serangan fisik yang mematikan dan kekuatan sihir yang luar biasa seperti ini sebelumnya. Mereka kewalahan dan terlihat panik.
Melihat kepanikan di wajah pasukan musuh, Li Tian memanfaatkan momen tersebut untuk menerjang mereka dengan kecepatan yang luar biasa. Pedangnya berputar-putar seperti kincir angin, memotong musuh-musuhnya dengan kejam.
Sang Naga juga tidak kalah dahsyat. Dengan moncongnya yang kokoh dan kuat, ia menyerbu ke dalam barisan musuh dan merobek mereka menjadi dua. Naga itu menerbangkan dirinya di udara, mengepakkan sayapnya kuat-kuat, menciptakan angin kencang yang meniup musuh dalam gelombang energi.
Pasukan musuh semakin rapuh seiring dengan bertambahnya korban yang jatuh. Ketakutan dan ketidakpercayaan menggelayuti mereka. Beberapa bahkan sudah mulai melarikan diri dari medan pertempuran.
Tapi Li Tian tidak memberikan ruang bagi mereka untuk melarikan diri. Dengan kecepatan yang luar biasa, ia mengejar mereka satu per satu dan menghentikan langkah mereka dengan kekuatan pedangnya. Keberanian dan kekerasan dalam dirinya menular pada pasukannya yang bertahan dengan gigih.
Saat pertarungan usai, Li Tian dan naga itu bernapas lega. Mereka berdiri di langit yang kini tenang namun penuh dengan kehancuran dan mayat. Kemenangan mereka datang dengan harga yang mahal tapi mereka berhasil melindungi kerajaan mereka.
Li Tian menghampiri naga itu dan berkata dengan rasa hormat "Terima kasih wahai naga. Kekuatanku saat ini tak akan bisa menandingi kekuatanmu yang luar biasa. Engkau adalah pahlawan sejati."
Naga itu melihat Li Tian dengan mata besar penuh kebijaksanaan, kemudian berkata dengan suara yang dalam. "Kekuatanmu juga tak kalah hebat manusia. Kita adalah tim yang tak terpisahkan.”
Setelah pasukan Li Tian sudah berhasil memenangkan pertarungan dan naga itu membantu menghancurkan kekuatan musuh. Sang Naga kemudian terbang kembali menuju arah sarangnya di hutan berkabut.
Sementara itu, pasukan Li Tian tampak merasa lega dan tersenyum bahagia. Mereka merayakan kemenangan mereka sambil merenung tentang keberanian yang telah mereka tunjukkan.
“Akhirnya kita dapat mengalahkan mereka!” ujar mereka senang.
Li Tian sendiri merasa bangga atas hasil kemenangan mereka dan berterima kasih kepada orang-orang yang telah berjuang bersama-sama dengannya. Dia menyadari bahwa dalam situasi seperti ini, keberanian dan tekad adalah kunci untuk mengalahkan musuh dan meraih kemenangan.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Life is just an illusion🥲
ahahhahahaa
2023-08-17
0
Life is just an illusion🥲
naganya bicara sopan sekali
2023-08-17
0
Tanata✨
Bagus, Cukup epic untuk awalan👍
2023-07-21
0