Menjadi tulang punggu ketika orang tuanya telah tiada, untuk adik-adiknya yang masih sekolah. Mampukah Rere menghidupi ketiga adiknya sedangkan pekerjaannya hanya staff biasa disalah satu perusaan kecil?
Dibalik perjuangannya terhadap adik-adiknya sang pacar juga sering membuatnya frustasi dengan sikap sang pacar yang begitu jahat padanya.
Tapi sedikit demi sedikit hidup Rere berubah ketika ia bekerja sebagai asisten disalah satu restoran dengan memiliki boss yang baik kepadanya.
Bagaimana kisah perjalanan hidup Rere selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linasolin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Meletakkan makanan keatas meja yang sudah ia pesan tiba-tiba pintu terbuka muncul sosok Marvin dari balik pintu, masih sama seperti sebelumnya dingin dan tidak bisa disentuh.
"Makanannya sudah saya pesankan pak dan minumannya juga"
"Bagus, apa semua pekerjaan yang kuperintahkan sudah kamu kerjakan?" Marvin tidak yakin jika Rere bekerja dengan secepat ini.
"Sudah pak"
Marvin melirik keatas meja kerjanya dokumen yang ia letakkan sebelum pergi masih sama tidak berubah sedikit pun dari susunan maupun dari letak.
"Bagaimaba dengan dokumen yang aku katakan padamu? semuanya sudah siap?" Tanya Marvin.
"Ha...?" Rere seketika bingung pekerjaan satu itu sama sekali tidak ia ingat.
"Sepertinya kamu doyan Ha...? Ha.. Ya? Aku tanya dokumen yang diatas meja saya sudah kamu kerjakan?"
"Hehe... Belum pak"
"Ya sudah, sana kerjakan! Aku mau makan" Marvin mengusir Rere dengan tangannya.
Berdua diruangan yang sama tidak membuat Rere risih, atasannya yang bersikap dingin tidak membuatnya takut diruangan yang sama dengan laki-laki itu. ditembah kesibukan Rere yang mengerjakan dokumen yang perintahkan Marvin.
"Pak, dokumen tahun lalu sepertinya kurang, data keuangan yang tahun lalu hanya ada dibulan januari sampai november"
"Itu memang tidak ada" jawab Marvin tanpa melirik.
"Tidak ada ya pak? Datanya kemana?"
"Kamu banyak tanya, kalau tidak ada berarti tidak ada" kesal Marvin.
"Bagaimana sih pak? Saya juga harus tau alasannya mengapa dokumen bulan desember tidak ada, jadi suatu hari nanti bapak tanya saya bisa menjawab"
"Bulan desember tahun lalu renovasi besar-besaran gedung ini dan restoran tidak bereperasi selama sebulan. Kamu suka juga mengomel ya?"
"Kalau begitukan saya bisa paham pak"
Rere kembali fokus dengan tugasnya, hanya sesekali Rere bertanya kepada Marvin jika ada yang tidak ia ketahui. tujuan Marvin merekrut asisten untuk membantunya bekerja, dan tujuannya sudah tercapai saat ini Marvin sedang santai duduk diatas kursi kebesarannya sambil menonton di komputer.
"Rere, Belikan saya cemilan dari supermarket disampinglah!"
"Sebentar ya pak tugas saya sudah hampir selesai" Rere menjawab dengan mata fokus kelayar tangan sibuk menggeser-geser kursor yang ada diatas meja.
"Akhirnya siap juga dokumen ini" Rere pun bangkit dari duduknya merentangkan tangan karena pegel, setelah merasa badannya rileks kembali ia menghampiri Marvin.
"Snack apa pak?"
"Snack apa saja yang penting bisa dimakan, sekalian minuman kaleng, isi kulkas disana sampe penuh kemungkinan setiap hari aku akan berada dikantor" sambil menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah.
"Baik pak"
Rere sudah berputar badan hendak pergi setelah menerima uang, tapi ia berbalik lagi kala Marvin memanggilnya lagi.
"Re, beli buah-buahan juga ya. Banyakkan buah anggur dan salak" ujar Marvin.
"Baik pak"
"Habiskan uang itu untuk beli makanan"
Menghabiskan uang yang dikatakan Marvin sangat mudah tapi menbawanya kekantor membuat Rere kecapen bagaimana tidak capek plastik asoi ada 5 plastik dan isinya makanan semua.
"Hah... Ini melelahkan" batin Rere, dengan langkah pelan ia teur berjalan dengan beban yang lumayan berat ditangannya.
"Bang, tolong bantu saya bawa barang ini" Rere mamanggil seorang laki-laki yang sedang berdiri tanpa melakukan apa-apa dan dilihat dari bajunya dia karyawan restoran tempat Rere bekerja.
"Sebentar ya mbak, saya ambil sesuatu dulu dari dalam, ada kerjaan soalnya" laki-laki itu pergi Rere menunggu sampai 5 menit dan laki-laki itu tidak kembali sama sekali.
"Apa dia berbohong padaku? Astaga apa aku sepolos ini bisa-bisanya dia pergi tanpa mau membantuku" ujar Rere, ia pun kembali berjalan memasuki restoran.
"Brak... Ah..." sambil menglap keringat didahi.
"Ini sangat capek, dimana pak Marvin?" Rere mencari-cari sosok Marvin diruangan itu tapi tidak ada bahkan komputer Marvin sudah mati.
"Bukannya tadi pak Marvin masih disini?"
Memastikan orang yang ia cari tidak ada disana, Rere mendudukan badannya diatas sofa lalu menyandarkan badan. "Aku istirahat dululah nanti aku masukkan barang ini ke kulkas" batin Rere.
Rere awalnya ingin istirahat sebentar tidak tau mengapa dan kapan ia tertidur diatas sofa, Rere terbangun saat pintu diketuk oleh orang dari luar sana.
Rere buru-buru bangun dan merapikan rambutnya serta menghapus air liur yang mengalir dipipinya.
"Astaga aku ketiduran, kam berapa ini?" batin Rere.
Tok...Tok...
Suara ketuka pintu belum juga berhenti Rere dengan setengah kesadarannya berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu. "Buk Kirana" ujar Rere.
"Masih sibuk? Ini sudah jam lima lewat lho. Kamu kok belum pulang?"
"Ahhh... Iya buk, sebentar lagi saya akan pulang masih ada pekerjaan saya sedikit lagi"
"Ok, saya duluan ya"
Rere kembali masuk kedalam jam dinding sudah menunjukkan pukul 05:24 wib. Rere buru-buru menyusun makanan yang ia beli kedalam kulkas, setelah ia merapikan meja kerjanya dan bergegas pulang.
"Mengapa aku bisa keblablasan gini ya? Brarti aku tidur hampir 2 jam, apa saat aku tidur pak Marvin tidak datang keruangan?" batin Rere.
"Hais... Hari pertama kerja aku sudah buat ulah, bagaimana kalau aku dipecat. bodoh banget sih aku" Rere merutuki kebodohannya.
Hari sudah sore, Restoran sepertinya sedang sepi hanya ada beberapa tamu yang datang, hari ini adalah hari rabu dan kemungkinan restoran akan akan sepi jika dibandingkan dengan hari sabtu dan minggu.
"Hey, Rere!!!" sapa Dinda dengan nada sedikit berteriak, Dinda sedang memarkirkan motornya diparkiran restoran, Dinda baru datang untuk bekerja sedangkan Rere sudah mau pulang.
"Hey Dinda" sapa Rere menghampiri Dinda.
"Wihhh... Selamat kamu sudah diterima kerja di bagian yang lebih bagus. Jangan sombong ya" ujar Dinda.
"Baru sehari kerja, doakan saja kerjaan lancar ya"
"Iya... Iya... Sukses ya buat kerjaannya. Aku masuk dulu dah mulai jam kerja nih"
"Semangat Dinda"
Kepulangan Rere dijam 6 ini membuat sang adik yang berada dirumah merasa heran, sudah beberapa hari sang kakak akan pulang jam 9 malam tapi hari ini sang kakak pulang dengan cepat.
"Kakak nggk kerja?" Taya Rian.
"Kerka dong sayang, kakak sudah dapat kerjaan yang lebih bangus dan gajinya lumayan gede" ujar Rere dengan bahagia.
"Wahh... Selamat kak Rere"
"Kalian mandi dulu kakak akan bawa kalian keluar, kita cari makanan"
"Asik... Kita beli ayam penyet ya kak. Udah lama nih nggk makan ayam penyet" Kevin bersorak ria dengan usul sang kakak.
"Iya.. iya... Mandilah dan siap-siap ya. Kakak kekamar dulu"
Sepeninggalan Rere, kedua adiknya segera bergegas mandi dan siap-siap untuk pergi, hanya makanan biasa sebuah ayam penyet yang harganya murah sudah membuat kedua laki-laki itu sangat senang.
Bahkan dari luar terdengar jika mereka mandi sambil bernyanyi, Rere yang mendegar sang adik ikut tersenyum. "Mereka merasa kalau mereka itu masih anak-anak padahal keduanya sudah remaja" batin Rere.
"Bang, kalau kita pergi makan, terus kak Raina bagaimana? Ia kali kita makan tanpa kak Raina" ujar Kevin sambil menggosok tubuhnya dengan spons.
"Palingan kak Rere membeli satu untuk dibungkus, tidak mungkin kak Rere membelikan kita makanan tapi kak Raina nggak ikut makan" jawab Rian.
"Iya juga ya? Abang kalau sudah besar nanti mau jadi apa sih?" tanya Kevin lagi.
"Jadi orang" canda Rian.
"Tau jadi orang, yang Kevin maksid cita-cita abang itu jadi apa, dokterkah, guru atau apa gitu?"
"Lihat nanti saja, abang hanya pengen punya penghasilan lebih agar abang bisa bahagiin kakak-kakak kita. kalau kamu?" Tanya Rian balik.
"Aku juga kayak abang sajalah"