Aku begitu mengharapkanmu setelah kau merusakku. Kau yang lari dari tanggungjawab hanya demi reputasimu! Kau juga yang telah menyiksaku dengan meninggalkan benih ini! Dan sekarang kau kembali setelah aku begitu benci? Lalu kenapa kau kembali setelah aku ingin membuka hati untuk orang lain? Kenapa kau kembali dengan caramu yang membuatku bimbang atas semua kehidupan yang aku alami selama ini? Aku harus bagaimana? Kenapa hati ini begitu berat untuk membencimu. Apakah aku mencintaimu atau mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Teringat dulu.
Suasana dibandara begitu dingin menyerbak. Bahkan kopi yang mereka nikmati sekarang berangsur dingin mengikuti suasana yang ada. Selepas mengantar Zeline pulang dengan selamat Finn pergi menemui Jordan yang akan berpamitan pergi meninggalkan negeri ini lagi. Bahkan ia belum sempat pulang kerumah, ia masih mengenakan pakaian kantornya sekarang.
Sekarang Finn dan Jordan sedang mengobrol kecil. Jordan yang sakit hati dengan sikap Aldigar yang menuduhnya membuatnya ingin berpindah keluar negeri saja. Bahkan ia akan terbang malam ini juga ke Australia.
"Maafkan aku Jordan," Tutur Finn yang merasa sedih Jordan akan pergi lagi. Dulu mereka bertiga memang sangat dekat dan akrab, tapi perseteruan ini sungguh merenggangkan hubungan mereka saat ini karena kejadian itu yang tak kunjung terjawab.
"Aku kecewa denganmu Finn. Apa kau tak bisa memecahkan masalah ini hingga Aldigar menuduh ku seperti ini? Biasanya aku tak pernah merasa kecewa denganmu, kau satu-satunya tangan kanan Aldigar yang selalu memecahkan banyak hal. Kau satu-satunya orang yang selalu dapat diandalkan, tapi untuk kali ini apa kau tidak bisa memecahkannya?" Ungkap Jordan pada Finn yang kecewa dengan keadaan. Ia harap setelah kepergiannya ini masalah Aldigar akan terselesaikan dan Finn dapat mencari tahu siapa yang berbuat seperti itu pada Aldigar agar mata Aldigar terbuka.
"Maafkan aku Jordan, seharusnya aku hadir ketempat pesta waktu itu. pasti hal ini tidak akan terjadi dan aku tidak akan kehilangan jejak." Finn hanya bisa menunduk pasrah. Ia sangat tahu Jordan pasti sangat kecewa dengannya hari ini. Begitu pula dengan perasaan Finn yang justru memang merasa kecewa dengan dirinya sendiri.
"Sudahlah, lupakan pembicaraan ini saja. Aku sungguh tidak berselera untuk membahasnya lagi. Aku harus segera pergi Finn. Aku harap hidup Aldigar akan tenang tanpa adanya aku disini. Cuma ini satu-satunya jalan untuk membuka mata Aldigar kalau aku sama sekali tak tertarik dengan urusan perusahaan. Aku hanya iri dengannya yang sangat disanjung kakek. Tapi bukan berarti aku yang melakukan itu padanya."
"Kau yakin akan tetap pindah kesana? Tuan Aldigar hanya salah paham denganmu, Ia pasti juga sangat bingung dengan kejadian ini."
"Tentu saja Finn. Aku pasti akan pulang ke sini sesekali jika aku merindukanmu nanti. Aku titip Aldigar saja ya. Aku takut ketinggalan pesawat."
"Hati-hati Jordan." Jordan pun pergi meninggalkan Finn yang masih terduduk dikursi caffe itu.
Langkah Jordan semakin menjauh darinya sambil membawa koper. Ia pun berangsur-angsur menghilang dari tatapan Finn karena sudah masuk melewati lobby terminal bandara itu.
Maafkan aku Jordan.
*
*
Sementara ketegangan semakin menyeruak diruangan itu.
Mama Arlin terdiam lama. Seolah-olah jantungnya juga ingin berhenti berdetak. Ia sudah memegang kepalanya yang berdenyut seketika setelah mengetahui hal ini.
Karena dirasa di ruangan itu tidak aman, mama Arlin pun mengajak Aldigar masuk ke kamarnya saja. Yang ada jika mereka masih berbicara di ruangan itu Papa Hans akan terbangun nanti.
"A-apa yang terjadi Aldigar? Bagaimana bisa kamu melakukan ini?!"
"Mama tidak setuju jika kamu ingin membatalkan pernikahan ini. Mau taro dimana muka keluarga kita Aldigar! Jika Papa tahu hal ini ia pasti akan sangat marah!" Pekik sang ibu tidak terima setelah mereka berada didalam kamar itu.
Memang begitu adanya, jika sampai Papa Hans tahu hal buruk sedikit saja dari keluarganya ia tidak akan tinggal diam, yang ada habis di genggamannya. Ia yang sedang sakit tak sedikitpun mempengaruhi kedudukannya untuk menggantikan sang kakek dalam mengambil keputusan apapun.
"Ceritanya panjang Ma. Intinya Aldigar terpengaruh obat karena dikerjain orang dan aku melakukan itu dengannya dan ia hamil."
"Memang siapa yang kamu hamili? Siapa yang mengerjaimu? Beri tahu mama, biar mama yang urus!"
"Enggak, Aldigar gak akan kasih tau Mama dulu siapa wanita yang Aldigar hamili. Mama beri solusi dulu, Aldigar harus bagaimana?"
"Ya, permasalahannya siapa wanita itu dulu Aldigar? Kau yakin dia sedang mengandung anakmu? Pikirkan itu baik-baik, siapa tahu dia sedang mengandung anak orang lain? Kamu jangan main asal percaya dong!"
"Bagaimana aku tidak percaya Ma, waktu aku melakukan itu dengannya ia masih segel dan Aldigar yang merusaknya."
"Ampun Aldigar----"
"Katakan Ma, aku harus bertanggungjawab kan sama dia? Sebelum semaunya terlanjur?"
"Terus kamu mau batalin pernikahan kamu dengan Jeny begitu?"
"Ya bagaimana Ma? Aldigar harus tanggungjawab sama dia."
"Katakan dulu wanita seperti apa yang kau hamili? Mama masih tidak percaya kalau dia hamil anakmu. Bisa jadi dia memang memanfaatkanmu bagaimana?"
"Tidak Ma, Aldigar sangat yakin itu."
"Ya sudah, siapa dia? Apa dia menggodamu? Secantik apa dia Aldigar sampai kau melakukan ini!"
"Ini salah Aldigar Ma, dia sama sekali tidak menggoda Aldigar."
Sungguh rasanya ingin meledak ubun-ubun mama Arlin sekarang. Ia tidak bisa mencerna dengan baik pikirannya untuk memberi solusi, ini masalah yang amat sangat serius karena menyangkut nama baik dan keluarganya.
"Kamu tahu kan Aldigar, apa yang akan dilakukan ayahmu jika ia sampai mengetahui hal ini? Terlebih kakekmu, ia akan melakukan apa saja walaupun ia tak sesehat dulu, kamu pikirkan itu."
"Aldigar tahu Ma, tapi Aldigar sudah menghancurkan hidup Zeline. Aldigar har-----"
Aduhh! kenapa aku menyebut nama Zeline sih. Mama pasti...
"Ze-Zeline???" Tanya mama penasaran apa ia salah mendengar tadi.
"Jangan bilang kau menghamili sekretarismu itu Aldigar! Mama tidak Terima! Pasti dia yang menggodamu kan!"
Ya Tuhan, bagimana ini.
"Mama tidak pernah percaya akan yang namanya sekretaris! Dari awal mama memang tidak suka jika sekretarismu itu muda seperti dia. Ini yang mama takutkan. Dan ini terjadi kan sekarang! Dia pasti yang menggodamu Aldigar! Mama tahu itu."
"Ma, dengarkan Aldigar dulu. Ini tidak seperti apa yang mama kira. Zeline itu sangat baik Ma, sudah Aldigar katakan pada Mama Aldigar terpengaruh obat waktu itu dan ini salah Aldigar."
"Mama tidak percaya! Kau tetap akan menikah dengan Jeny 2 minggu lagi! Dan urusan dia, biar Mama yang urus! Ingat Aldigar, besok kamu fitting baju!" Mama Arlin sangat marah. Ia keluar dari kamar Aldigar begitu saja dan tidak ingin mendengarkan penjelasan putranya lagi.
Brakkkk!!!
Bahkan ia sudah membanting pintu kamar Aldigar begitu saja untuk keluar.
"Ma???"
Tak ada sahutan lagi dari sang Mama. Sepertinya ia sudah masuk ke kamarnya. Ini sungguh membuat Aldigar frustasi. Ia bahkan memilih duduk ditepian ranjang sekarang.
Apa aku harus menikahi keduanya saja? Tapi aku sangat takut jika setelah ini Mama akan melakukan sesuatu pada Zeline.
Di sisi lain Mama Arlin juga merasa syok parah bahkan tak terima dengan semua ini. Ia langsung menutupi dirinya dengan selimut.
Bayangan perselingkuhan suaminya dengan sekretarisnya dulu mulai terlintas dibenaknya, ini yang membuatnya begitu benci dengan yang namanya sekretaris.
Ia sudah mencoba mengubur baik-baik rasa sakit hatinya tentang hal itu,namun sekarang ia harus teringat dulu, ini benar-benar membuatnya sakit kepala.
Apalagi sampai putranya mengikuti jejak suaminya seperti ini, ia sungguh membuatnya tak terima. Walaupun masalah ini hanya diketahui oleh ia dan pihak yang berselingkuh. Namun ia tidak rela jika Aldigar menjadi seperti ini karena sekretaris itu.
ada aldigar biar dia mengakui KLO dia yg menghamili
lanjut KA