Aleia punya kesempatan untuk menyelamatkan Diora ketika kecelakaan menimpa mereka berdua. Namun Aleia pilih membiarkan sahabatnya itu mati.
Keesokan harinya setelah pemakaman Diora, dia meminta sang ayah untuk menikahkannya dengan Arkan-suami Diora dan menjadi ibu sambung Bryan-bayi yang masih berusia beberapa minggu.
Masuk ke dalam pernikahan yang seperti di neraka, tapi Aleia bukanlah wanita yang lemah. Bersama baby Bryan dia hadapi suaminya yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FM Bab 10 - Akhirnya Jatuh Juga
Aleia terus melihat jam di pergelangan tangan kirinya, entah kenapa jadi merasa takut melihat waktu yang terus bergulir mendekati malam.
Tentang malam pertama yang dia minta entah kenapa kini jadi ragu untuk melakukannya.
Ada ketakutan tersendiri di dalam hati. Cemas tapi tak tau apa yang membuatnya tidak tenang seperti itu.
Saat melihat baby Bryan dimandikan oleh sang pengasuh pun Aleia nampak sangat gusar. Sampai menarik perhatian sang pengasuh.
"Nyonya, apa anda sakit?" tanya Dina-pengasuh, tapi panggilanya Nanny.
"Tidak Nanny, kenapa memangnya?"
"Wajah anda terlihat cemas, juga ada keringat di dahi Anda. Seperti sedang menahan sesuatu. Apa anda merasakan ada yang sakit?"
Aleia buru-buru menghapus keringat di dahinya, keringat dingin yang dia tidak sadar jika ada.
"Tidak, aku baik-baik saja." balas Aleia.
"Dimana Arkan?" tanya Aleia lagi.
"Sepertinya beliau ada di ruang kerja Nyonya."
Ruangan itu ada di lantai 1.
Aleia hanya mengangguk, selepas memandikan baby Bryan dan memakaikannya baju. Aleia memangkunya dan memberikan susu dalam botol berukuran sedang. Dalam dekapan Aleia itu baby Bryan merasa sangat nyaman, dia menyentuh dada Aleia dan merasakan kehangatan.
Membuat Aleia tersenyum, hilang semua kecemasan.
Baby Bryan seperti cahaya baru yang juga membuatnya bahagia. Mudah sekali gadis itu jatuh cinta pada bayi mungil ini.
"Mommy akan selalu ada sampai kamu dewasa baby," ucap Aleia, lalu mengelus pipi baby Bryan yang masih merah.
Tapi semakin lama memandang baby Bryan, jadi semakin bingung juga pada dirinya sendiri. Harus bagaimana?
Jika dia mengungkap semuanya, apakah Arkan masih bersedia menerima baby Bryan? masih menyematkan nama Bright pada bayi ini.
Huh, Aleia membuang nafasnya pelan.
"Aku jadi galau terus," gumamnya dengan bibir mencebik.
Jam bergulir.
Saat makan malam tiba, Arkan tidak juga keluar dari ruang kerjanya. Pria itu masih berkutat dengan pekerjaan.
Pria itu membawa ponsel mendiang sang istri pulang ke rumah ini. Arkan bertekad akan membenahinya sendiri. Beberapa peralatan dari leb telah dia pindahkan ke ruang kerja ini.
Di salah satu sudut ruang kerja itu, sudah seperti leb yang sama seperti di perusahaan namun dengan ukuran yang lebih kecil.
Arkan menanganinya sendiri agar dia cepat mengetahui fakta. Dalam urusan seperti ini, Arkan sangat jenius. Karena kepintarannya itulah dia bisa menciptakan smartphone nya sendiri, dengan nama dagang Bright.
Dan karena tidak keluar-keluar dari ruangan itu, Aleia pun coba memanggilnya. Saat coba memutar gagang pintu, ternyata pintu itu di kunci.
Namun perputaran gagang pintu itu sudah mencuri atensi Arkan.
"Ar!" panggil Aleia dengan mengetuk pintu.
Arkan seletika membuang nafasnya kasar. Membuka pintu dengan kasar juga dan keluar dari ruangan itu. Sampai membuat Aleia keget dan mundur agar tidak tertabrak oleh Arkan.
"Jangan pernah masuk ke ruang kerjaku. Mengerti," ucap Arkan dengan suaranya yang sangat dingin, lengkap dengan tatapan tajam. Begitu menusuk.
Sedikitpun tak ada lagi suara kehangatan yang Aleia dengar.
"Aku cuma mau memanggil mu untuk makan malam!" balas Aleia, suaranya meninggi agar tak terlihat ketakutan di dalam dirinya.
Tapi bukannya menjawab ucapan itu, Arkan malah menarik tangan Aleia dengan kasar untuk mengikuti langkahnya ...
"Ar! apa yang kamu lakukan! lepaskan aku!" teriak Aleia, Arkan benar-benar mencengkeram tangannya kuat, sampai terasa sakit.
Arkan bukan menuju ke meja makan, tapi menarik Aleia untuk naik ke lantai 2.
Untuk masuk ke dalam kamar mereka.
Dan melempar Aleia di atas ranjang.
Brug!
Kedua mata Aleia sudah nampak berkaca-kaca. Ternyata yang dia takutkan benar-benar terjadi. Kecemasannya sejak tadi ternyata inilah penyebabnya.
Arkan memperlakukannya dengan kejam. Aleia tidak berani menatap pria itu saat Arkan mulai melepas kancing kemejanya satu per satu.
Jika bisa, saat ini juga Aleia ingin kabur.
"Aku akan mengatakan ini semua pada daddy Alex," diantara ketakutannya, Aleia masih coba bertahan.
"Katakan saja, setelah itu dia akan membuat kita bercerai. Dan itu yang aku inginkan."
Tes! akhirnya jatuh juga air mata Aleia.
karena cinta Aleia jadi lemah walaupun dia tangguh,, tapi dihadapan arkan selalu lemah dan karena keiinginan aleia untuk merawat bryan,, arkan memanfaatkan keleman lea,, untungnya keluarga carter liat jadi enaklah langsung kena bogemm😅