MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Zetta pun akhirnya meninggalkan meja Daniel bersama Alex. Mereka tampak berjalan menuju lantai dansa yang berada di aula restoran. Di sana tampak banyak pasangan sedang berdansa, diiringi musik yang syahdu.
"Kak Zetta, maukah Kakak berdansa denganku sekaligus mengajariku cara berdansa yang baik?" tanya Alex dengan sopan.
"Aku sendiri bahkan tidak terlalu pandai berdansa, maaf," tolak Zetta.
"Ayolah, Kak. Aku tahu kalau Kakak punya kemampuan berdansa yang sangat hebat. Masa Kakak tidak mau mengajariku sekali saja?" pinta Alex lagi dengan ekspresi memohon.
Zetta terdiam sesaat. Sepertinya kalau kali ini dia kembali menolak, Alex akan menjadi sangat sedih. Dia pun akhirnya menerima ajakan pemuda itu.
"Baiklah, tapi sebentar saja." Zetta memberikan syarat.
Senyum Alex langsung merekah dengan sangat lebar. Dia mengangguk sambil mengulurkan tangannya pada Zetta, yang tentu saja langsung disambut oleh perempuan itu.
Mereka berdua pun turun ke lantai dansa dan mulai ikut berdansa seperti yang lain. Lagu yang mengiringi dansa kali ini terdengar begitu merdu dan menghipnotis, membuat Zetta yang awalnya merasa canggung, lama kelamaan mulai menikmati dansa tersebut. Senyuman Zetta juga tanpa sadar mengembang saat melihat ke arah Alex, begitu pun sebaliknya, sehingga terlihat chemistry di antara keduanya.
Tiba-tiba saja Zetta salah melangkah hingga membuat kakinya terpeleset. Alex yang tahu Zetta akan terjatuh, dengan sigap langsung memeluk Zetta.
"Hati-hati, Kak. Hampir saja Kak Zetta terjatuh," ujar Alex dengan nada rendah. Jujur saja, sebenarnya dia sangat menikmati momen saat Zetta berada dalam pelukannya seperti ini.
"Oh, maaf, aku agak ceroboh. Padahal kamu minta diajari cara berdansa yang baik, tapi aku malah membuat kesalahan," sahut Zetta merasa tak enak.
"Tidak apa-apa. Aku hanya takut Kakak terluka. Kalau tadi Kakak sampai jatuh, pasti sekarang kaki Kakak sudah terkilir."
"Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku." Zetta kembali tersenyum sambil kembali memandang ke arah wajah Alex. Pose mereka saat ini benar-benar terlihat mesra, seperti pasangan yang saling memuja satu sama lain.
Di saat yang sama, Keenan datang ke tempat itu dan melihat adegan pasangan dimabuk cinta tersebut.
Tampaknya Daniel tak tahan untuk tak memberi tahu Keenan tentang semua yang dilihatnya saat ini. Lelaki itu juga sepertinya langsung menginformasikan juga lokasi restoran tempat Zetta mengundangnya, sehingga Keenan langsung datang kemari.
Alex melihat kedatangan Keenan. Dia semakin merapatkan tubuhnya pada Zetta dan mendekatkan bibirnya di telinga perempuan itu.
"Kak, mantan suamimu yang menyebalkan itu ada di sini," bisik Alex.
"Benarkah?" Zetta menanggapi dengan berbisik pula.
"Iya, Kakak sekarang sedang membelakanginya. Dan dia sedang mendekat ke arah kita."
"Kenapa dia bisa ada di sini?" gumam Zetta.
"Sepertinya ada yang sengaja membuatnya datang ke sini. Kakak mau sedikit mengerjainya?"
Bibir Zetta menipis. Tidak sulit mengerjai Keenan, cukup pura-pura tak melihat lelaki itu saja susah cukup membuat harga diri Keenan terusik.
"Pura-pura tidak lihat saja," bisik Zetta kemudian.
Alex mengangguk paham, lalu kembali tersenyum pada Zetta. Mereka melanjutkan dansa sebentar, sebelum akhirnya menyudahi dansa tersebut. Pasangan yang terlihat mesra itu kemudian pergi melewati Keenan begitu saja.
Mata Keenan membeliak tak percaya saat melihat Zetta berlalu begitu saja tanpa sedikit pun menoleh ke arahnya. Dia sangat yakin jika mantan istrinya itu pasti melihat dirinya, tidak mungkin tidak. Keenan tak pernah diabaikan oleh Zetta seperti ini. Biasanya dirinyalah yang selalu bersikap dingin dan mengabaikan, bukannya perempuan itu.
Harga diri Keenan benar-benar terluka. Dengan marah dia menarik lengan Zetta hingga perempuan itu mau tak mau berhadapan dengannya.
"Apa-apaan ini?" tanya Zetta sambil menarik kembali lengannya yang berada dalam cekalan Keenan, sedangkan Keenan masih menatap marah ke arah Zetta dengan nafas yang naik turun tak beraturan.
"Bagaimana kamu bisa ada di sini? Seingatku, aku tidak mengundangmu." Zetta kembali bertanya dengan sarkas.
Raut wajah Keenan langsung berubah pias. Dia memang datang ke acara ini bukan atas undangan Zetta, tapi karena provokasi Daniel yang terus-terusan menceritakan tentang Zetta dan Alex hingga hatinya menjadi panas.
Keenan tak bisa menutupi raut wajah kikuknya di hadapan Zetta.
"Apa kamu tidak punya malu bermesraan dengan seorang lelaki di hadapan banyak orang seperti ini?" Keenan berusaha mengalihkan topik.
Zetta tampak menatap mantan suaminya itu sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Kita baru saja bercerai dan kamu menunjukkan pada semua orang jika kamu sudah punya lelaki lain. Bahkan, sebelumnya kamu juga sudah membuat gempar internet dengan hal yang seperti ini. Apa kamu tidak bisa menahan diri sedikit saja? Perhatikan harga dirimu." Keenan kembali menambahkan.
Zetta tak bisa menahan tawanya. Apa yang dikatakan oleh Keenan saat ini benar-benar terdengar lucu di telinganya. Bagaimana bisa lelaki ini sibuk memperingatkan dirinya tentang harga diri karena dekat dengan seorang lelaki, di saat status mereka saat ini sudah bukan suami istri lagi. Tidakkah lelaki itu sadar jika apa yang dilakukannya selama ini jauh lebih tak memiliki harga diri. Menghabiskan waktu siang dan malam untuk Helia, tanpa ingat pada Zetta yang saat itu masih menjadi istri sahnya.
"Terus terang, aku tidak menyangka kalau kamu sangat peduli padaku sampai-sampai memperhatikan tentang harga diriku seperti ini." Zetta berujar masih sambil mengulas senyuman tipis.
"Aku merasa sangat berterima kasih atas perhatianmu itu, tapi aku juga harus mengatakan kalau semua itu sekarang tak ada hubungannya denganmu, Keenan. Mau apapun yang aku lakukan, semuanya tak ada hubungannya denganmu sedikitpun. Kita tidak punya hubungan apapun lagi, hanya mantan!" Zetta menekankan kata mantan di akhir kalimatnya.
Raut wajah Keenan kembali berubah sangat tak enak dilihat.
"Tentu saja ada. Meskipun kita sudah bercerai, orang-orang pasti masih akan tetap menyangkut-pautkan semua tindakanmu denganku," sangkal Keenan. Sungguh, dalam hati dia menyesal kenapa sampai termakan provokasi Daniel hingga sampai di tempat ini.
"Dan itu bukan urusanku," sahut Zetta. Dia hendak berlalu dari hadapan Keenan, tapi Keenan kembali menahannya.
"Nenek baru saja keluar dari rumah sakit." Tiba-tiba saja Keenan membicarakan neneknya dengan nada yang lebih rendah daripada sebelumnya. Nenek yang dimaksud Keenan adalah neneknya dari pihak ayah, yang artinya adalah mertua Nyonya Brenda.
"Lalu?" tanya Zetta. Dia terlihat tak terlalu tertarik dengan apa yang Keenan katakan barusan.
"Nenek bilang ingin bertemu denganmu. Aku harap kamu punya waktu untuk bertemu dengan Nenek," ujar Keenan lagi. Kali ini wajahnya terlihat begitu berharap.
Zetta kembali tersenyum sekilas.
"Kamu harus ingat kalau sekarang kita sudah tidak punya hubungan apapun lagi, jadi sangat tidak pantas jika harus saling merepotkan. Nenekmu itu urusanmu, tidak ada urusannya denganku lagi. Kamu harus mencari cara untuk menghiburnya karena aku tidak akan datang untuk menemuinya." Zetta menolak dengan tegas. "Ah, iya, mungkin kamu harus mulai mengajarkan Helia bagaimana caranya memuaskan ekspektasi para tetua di keluargamu seperti yang dulu selalu kulakukan."
Keenan terdiam dan tak mengatakan apa-apa lagi. Sesaat kemudian, dia pun pergi begitu saja dari hadapan Zetta dan meninggalkan tempat itu dengan raut wajah sedih yang tak bisa disembunyikan.
Sementara itu, di luar restoran, Theo memandang ke arah dalam ruangan dan menyaksikan semua yang terjadi. Tatapan matanya terlihat sangat dingin. Entah apa yang ada dalam pikiran lelaki itu saat ini.
Daniel yang sudah sejak beberapa saat tadi keluar dari dalam restoran melihat apa yang Theo lakukan. Dia pun mendekati Theo.
"Sepertinya pemuda yang sedang bersama Zetta itu benar-benar menyukai Zetta," ujar Daniel kemudian pada Theo.
"Anda terlalu usil untuk ukuran seorang lelaki, Tuan. Sebaiknya jangan suka mencampuri urusan orang lain." Tanpa diduga, orang yang dbicarakan menanggapi kata-kata Daniel.