Mantan Tapi Menikah

MTM10- Dia Mantanku

Meskipun selama ini Marvel keras kepala dan sering membantah ucapan nenek, tapi sebenarnya dia sangat menyayangi nenek. Hanya nenek yang benar-benar tulus mencintainya. Setelah kejadian naas itu, nenek menjadi sosok pengganti kedua orangtuanya, Marvel tentu tidak tega melihat kondisi nenek berbaring lemah tidak berdaya di rumah sakit seperti sekarang. Penyakit jantung yang sudah lama diderita nenek kambuh karena Celine.... Ya! Semua karena Celine.

"Nenek hanya minta Tuan membawa Nona Celine ke hadapannya, jika boleh aku memberikan saran untuk Tuan, maka sebaiknya kabulkan permintaan nenek."

Harry bicara seperti seorang sahabat, ia menepuk-nepuk pundak Marvel yang duduk di sisi kanannya. Saat ini mereka duduk di bangku panjang yang ada di depan kamar pasien.

Masih dalam kepala yang tertunduk, Marvel bicara lirih. "Mengabulkan keinginan nenek katamu? Itu artinya aku harus menikahi wanita itu."

Marvel mendesahkan nafas lirih, ia tidak tau kehidupan apa yang akan dia jalani jika hal itu benar-benar terjadi.

"Tidak ada cara lain untuk memulihkan kondisi nenek saat ini. Sebaiknya kali ini Tuan mengalah saja."

Marvel geram menatap wajah Harry.

"Disaat seperti ini harusnya kau memberi solusi, bukan menambah masalah. Kau tau 'kan awalnya aku berniat datang ke pesta itu untuk melihat reaksi wanita itu jika melihatku bertambah tampan dan kaya raya seperti sekarang, bukan malah datang untuk mengajaknya menikah!"

Jika saat ini mereka tidak duduk di lorong rumah sakit, mungkin Marvel sudah membentak atau menghajar Harry, dia tidak tahu kenapa Harry punya pikiran menjerumuskan seperti itu.

"Kau tau'kan ... Dia mantanku, Celine mantan tunanganku. Wanita itu yang memutuskan hubungan kami dulu. Dan sekarang kau mau aku bertemu dengan dia untuk mengajaknya menikah, begitu?" cicit Marvel yang kemudian menyandarkan punggungnya, ia duduk tegak kali ini. "Mau ditaruh dimana harga diriku?" imbuhnya lagi.

"Anggap saja kalian menikah secara kontrak, Tuan. Buat kesepakatan sebelum menikah."

Harry pria yang tidak tahu apapun tentang pernikahan. Bisa-bisanya mencetuskan ide gila. Baginya, apapun masalah yang akan terjadi di kemudian hari akan menjadi urusan belakangan. Yang penting masalah hari ini selesai.

Marvel terdiam, ia menatap Harry sambil memikirkan sesuatu. Celine menjadi penyebab apa yang terjadi kepada nenek, jadi wanita itu yang harus bertanggung jawab.

"Benar... aku akan menikah dengan mantan kekasih yang dulu pernah menghempaskan pria sepertiku."

Sepertinya Marvel lupa kalau sikap acuh tak acuh kepada Celine yang sudah membuat wanita itu mengakhiri hubungan mereka.

"Kekasih yang tak dianggap," cetus Harry. Biar bagaimana pun dia sudah lama menjadi saksi hubungan antara dua manusia yang sebenarnya menyimpan rasa yang sama.

"Kau mau mengutukku karena pernah tidak menganggap wanita itu sebagai kekasihku?" Marvel memukul kepala Harry. Dia baru sadar kalau Harry sudah terlalu banyak bicara.

"Tidak, bukankah itu fakta?" Marvel ingin memukulnya lagi. "Jangan buang waktu, Tuan. Sudah waktunya pergi ke pesta ulang tahun ayah nona Celine."

Marvel berdiri. "Kali ini kau selamat! Tapi, tidak untuk lain kali!" ancamnya kemudian pergi.

***

"Kau cantik sekali, kalau seperti ini aku sulit melupakanmu, Celine." Natan tidak berhenti memuji dan memandangi Celine. Wanita itu terlihat seperti seorang dewi yang mampu memesona semua orang.

"Pujianmu hampir membuatku terbang ke langit ke tujuh," canda Celine, ia membuka sabuk pengaman. "Aku tunggu di luar," ucapnya sebelum menutup pintu mobil.

"Jadi, sepertinya kau memang mau aku melupakanmu." Natan tersenyum masam. Dia masih di dalam mobil melihat Celine dengan tatapan menilai.

Kenapa sulit sekali mendapatkan hati wanita itu?

"Celine, lebih baik kau masuk saja. Aku tidak mau ayahmu menunggu terlalu lama," ucap Natan ketika sudah berdiri di sisi Celine, menunjukkan handpone yang masih berdering.

"Baiklah, aku tunggu di dalam." Celine menjinjing gaun malamnya kemudian meninggalkan area parkir tersebut.

Katika Nathan menjawab teleponnya di area parkir, sebuah mobil mewah yang berhenti tepat di samping mobilnya manarik perhatiannya. Mobil itu terlihat mencolok dari yang lain, Natan tentu tahu hanya orang-orang tertentu saja yang mampu membeli mobil tersebut, bahkan jumlahnya terbatas di negra itu.

"Marvel?" ucanya tanpa sadar ketika melihat Marvel turun dari mobil. "Kenapa dia ada di sini?" gumamnya sambil menyimpan ponsel dalam saku jas hitam yang ia pakai.

Sudut mata Marvel menangkap sosok yang tidak asing tengah memerhatikan dirinya. Marvel sangatlah tahu siapa dia. Hanya saja Marvel terlalu malas untuk melihat atau menyapanya. Pria yang memakai tuxedo warna hitam itupun memilih tak acuh dan mulai melangkah tegap melewati Natan. Saat imi tujuannya adalah bertemu Celine dan membawa wanita itu ke hadapan neneknya, bahkan jika perlu Marvel akan membawa gadia itu ke altar pernikahan.

"Tidak kusangka, aku akan bertemu dengan perusuh sepertimu di tempat ini!" Natan berdecih, kemudian berjalan mengejar Marvel. "Hey, Tuan! Aku tidak mengizinkanmu masuk ke area kuasaku!" ucapannya mampu menghentikan kaki Marel. Kini, mereka sudah saling berhadapan.

"Menyingkirlah, jangan buang waktuku!" Marvel berusaha menahan diri untuk tidak menghajar Natan di tempat ini. Dia menyembunyikan kepalan tangan di saku celana.

Langit di malam itu seakan bertambah gelap diselimuti aura permusuhan.

"Kenapa aku yang harus menyingkir? Apa kau lupa kalau aku yang sudah pernah menyingkirkanmu?" Natan tersenyum remeh, ia menepuk bahu Marvel kemudian berbisik, "Tentunya dari hati Jeny."

Bug!!!!

Satu pukulan mendarat di wajah Natan, membut pria itu terhuyung beberapa langkah ke belakang.

"Jangan sebut namanya dengan mulut kotormu, itu!!!"

Kesabaran Marvel sudah tidak bisa ditahan lagi. Teriakan dan tindakkan Marvel menarik perhatian sebagian orang yang ada di sana. Natan yang saat itu belum siap menerima pukulan Marvel untuk yang kedua kali harus rela wajahnya dipukul lagi.

Bug!!!

Natan tentu tidak selemah itu, hanya saja serangan yang dilayangkan Marvel sangat tiba-tiba membuat pungungnya terbentur kap mobil yang terparkir di sana.

"Kenapa kau sangat emosi? Bukankah memang itu kebenarannya? Kau pernah kalah dariku, Marvel! Apa kau pikir wanita seperti Jeny mau menjadi kekasih pria pecundang sepertimu!"

Natan tidak mau kalah, meskipun bisa dipastikan saat ini wajahnya sudah memar, tapi ia tetap menyerang Marvel dengan ucapan yang mengingatkan pria itu akan kekalahannya dulu.

Mata Marvel seperti lampu laser yang mampu menembus benda apapun termasuk tubuh lawannya. Dia bahkan hampir melupakan tujuan utama datang ke tempat ini. Sebagian orang pun sudah mengerubungi mereka berdua.

Marvel mencengkram erat kerah jas Natan dan bicara tepat di wajahnya.

"Sekali lagi kau bicara, maka aku akan menghabisimu di sini!" teriaknya sambil menghempaskan tubuh Natan sampai terjatuh.

"Natan! Natan kau tidak apa-apa?" Pemilik suara itu terlihat mengkhawatirkan Natan.

***

Udah dapat gregetnya, belum?🤧