Tidak pernah terbayang jika malam yang dia habiskan bersama pria asing yang memberinya uang 1M akan menumbuhkan janin didalam rahimnya.
Salsabila, gadis cantik berusia 26 tahun itu memutuskan merawat calon anaknya seorang diri. Selain tidak mengenal ayah dari calon anaknya. Rupanya pria itu sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah.
Mampukah Salsabila menghadapi kerasnya hidup saat dia hamil tanpa suami?. Apalagi dia hamil diluar nikah!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berfikir Ulang
"Dasar bodoh! Kita hanya tinggal melihat CCTV di apartemenmu!."
"Sial. Kenapa aku tidak berfikir kesana. Kalau begitu aku akan segera mengeceknya!."
Azka menyambar jas dikursi kebesarannya kemudian pergi begitu saja.
"Dasar kurang ajar. Dia meninggalkan aku setelah aku memberinya solusi!."
Azka tak menghiraukan Redi. Dia segera menuju lobi lalu menaiki mobilnya menuju apartemen. Pada saat yang sama, Salwa datang ke kantor Azka. Melihat Azka keluar kantor dijam kerja, Salwa langsung mengikuti mobil tunangannya. Sementara Azka tidak menyadari jika Salwa mengikutinya dari belakang.
Salwa melaju pelan saat mobil Azka masuk kedalam area apartemen. Merasa tidak ada yang mencurigakan dari Azka, Salwa berniat turun dan menemuinya. Namun saat melihat Azka tidak masuk dalam unitnya, melainkan menuju ke bagian keamanan, Salwa mengurungkan niatnya. Ia melihat Azka berbicara serius dengan beberapa security. Setalah beberapa saat, Azka masuk kedalam ruang keamanan.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Azka keluar dengan senyum yang mengembang dibibirnya. Memastikan Azka benar-benar pergi, Salwa menghampiri para bapak-bapak tersebut.
"Selamat siang, Pak!."
"Siang. Ada yang bisa saya bantu?," tanya salah seorang dari mereka.
"Em, saya mencari tunangan saya. Dia tidak ada diunitnya, ada yang bilang dia kemari!."
"Oh, Pak Azka ya?."
"Ah benar!."
"Beliau sudah pergi!."
"Pergi? Kemana ya Pak? Soalnya ponselnya tidak aktif!."
"Wah, kalau itu kami tidak tahu, Mbak!."
Salwa terdiam sejenak, "Tadi dia kemari ada perlu apa ya?."
Mereka saling tatap, "Menanyakan rekaman CCTV!," jawab seorang security
Salwa mengerutkan alis, dia bertanya - tanya, untuk apa Azka menanyakan rekaman CCTV.
"Apa terjadi pencurian, hingga tunangan saya meminta rekaman CCTV apartemennya?," pancing Salwa.
"Tidak ada, Mbak. Ini apartemen elit. Keamanannya tingkat tinggi. Tadi Pak Azka hanya meminta rekaman di tanggal 14 Februari!."
Melihat security yang mulai menatapnya curiga, Salwa akhirnya berpamitan. Tapi pikirannya masih bertanya-tanya, tanggal 14 Februari adalah hari pertunangan mereka. Apa yang sebenarnya terjadi diapartemen Azka hari itu.
"Aku harus menemui Azka. Aku tidak bisa seperti ini terus. Pasti ada yang dia sembunyikan. Kami akan menikah, aku tidak mau ada rahasia di antara kami. Azka hanya boleh menjadi milikku, selamanya!."
Salwa melajukan mobilnya kembali ke kantor Azka. Dia bahkan mengemudi dengan kecepatan tinggi. Setibanya disana, Salwa langsung menuju ke ruangan Azka.
"Dia cantik sekali, pantas saja kamu tidak bisa melupakannya?," suara Redi terdengar ditelinga Salwa. Siapa yang mereka puji, bathinnya. Salwa mengurungkan niat masuk, dia menguping pembicaraan mereka.
"Aku akan mencarinya segera. Setelah memastikan semuanya, aku akan mengambil keputusan!."
"Aku harap kamu tidak salah mengambil keputusan, Ka. Jangan sampai kamu menyesal karena salah mengambil langkah yang benar!."
Kret
Salwa menatap dua pria yang langsung menatap kedatangannya. Azka langsung menyimpan ponselnya saat Salwa berjalan kearahnya.
"Apa yang kamu sembunyikan dariku?," tanyanya langsung
Azka menatap Redi, pria itu langsung meninggalkan ruangan sang sahabat.
Alamat perang nih, celetuk Redi dalam hati
"Jawab Mas, ada yang kamu sembunyikan diriku, kan?."
Azka menghela nafas, dia mulai jengah dengan sikap Salwa yang curigaan.
"Bukankah aku sudah bilang, tidak ada yang aku sembunyikan Sal!."
"Bohong. Kamu bohong. Lalu untuk apa kamu meminta rekaman CCTV apartemen ditanggal pertunangan kita kalau tidak terjadi apa-apa!."
"Kamu mengikuti aku?."
"Kamu tidak suka?," tanya balik Salwa tanpa menjawab pertanyaan Azka.
Pria itu menyugar rambutnya, dia sungguh heran dengan sikap Salwa yang berlebihan. Azka mulai berfikir, apa yang dikatakan Redi benar, dia dan Salwa bertolak belakang.
"Kamu sudah mencampuri urusan pribadiku, Sal!," ucap Azka dengan nada tidak suka.
"Lalu kenapa? Kamu tunanganku, aku berhak mengatahui semua yang kamu lakukan!."
Azka tertawa lirih, "Kita memang bertunangan. Tapi kamu tidak berhak mencampuri urusanku, Sal. Aku juga punya privasi yang harus aku jaga!."
"Itu artinya, kamu memang memiliki rahasia, kan? Katakan Mas, apa yang kamu sembunyikan!."
Azka benar-benar frustasi menghadapi sikap Salwa yang terlalu over padanya. "Aku lelah jika kamu terus menerus seperti ini, aku jadi berfikir ulang untuk menikahimu!."
Deg
Salwa menatap Azka tidak percaya. "I-kamu bilang apa?."
"Aku bilang, aku harus berfikir ulang untuk menikahimu!," jawab Azka tegas.
"Jadi kamu mau membatalkan pernikahan kita? Kamu tega melakukan itu, hah!!."
"Semua karena sikapmu yang berlebihan. Kamu curigaan, cemburu berlebihan bahkan kamu mengekang dan mengatur kehidupanku. Aku lelah, Sal. Aku benar-benar lelah!!."
Salwa bungkam, baru kali ini dia melihat kemarahan Azka. Selama ini pria itu selalu menuruti semua keinginannya. Benarkah dia terlalu mengatur dan mengekang kehidupan Azka?
"Sayang, aku--!."
"Pernikahan terjadi atas dasar cinta, dilengkapi dengan kepercayaan dari pasangan masing-masing. Tapi selama ini hanya aku yang percaya padamu. Hanya aku yang mengerti kamu dan memahami kamu. Sedangkan dirimu, kamu selalu curiga, cemburu dan tidak pernah mempercayaiku. Aku mulai ragu untuk melanjutkan pernikahan kita. Kita tidak akan bisa berjalan selaras dengan sikapmu yang berlebihan!."
Salwa menggeleng, air mata mulai mengisi pelupuk matanya. "Aku minta maaf, sayang. Aku melakukan semua itu karena aku takut kehilangan kamu!!."
Azka tertawa sinis, "Lihat kan? Kamu selalu memanfaatkan kelemahanku agar aku kembali luluh padamu. Menangis, mengucapkan maaf. Semua percuma kalau kamu selalu mengulanginya, Sal. Kamu tidak pernah mau berubah!."
Salwa memeluk Azka dengan erat, dia tidak mau kehilangan pria itu. " Aku akan berubah, Mas. Aku mohon jangan batalkan pernikahan kita!!."
"Kamu hanya memikirkan pernikahan kita. Tapi apakah kamu pernah memikirkan bagaimana kita akan menjalaninya!."
"Mas, a-aku--!."
"Pulanglah, Sal. Aku butuh waktu sendiri dulu!."
Mendengar nada lirih dari bibir Azka, akhirnya Salwa mengalah. Dia menuruti perkataan Azka untuk pulang.
Aku memberimu waktu, Mas. Tapi aku tidak akan membiarkan kamu meninggalkan aku ataupun membatalkan pernikahan kita.
*
*
*
semangat thor