Istri mana yang terima bila diduakan dengan orang yang ditolongnya? Apalagi alasannya karena untuk membungkam mulut orang yang mengatakannya mandul. Hingga akhirnya sang suami melakukan perbuatan yang sangat dibencinya.
"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.
"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.
'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.10 Amplop coklat
Aileena kini telah menempati rumah barunya. Walaupun masih dalam tahap renovasi, tapi ia tak mengapa sebab ia segan bila harus selalu merepotkan Khanza dengan tinggal di rumah sahabatnya itu.
Pagi-pagi sekali, Aileena telah tiba di SD Mercubuana dengan wajah sumringah. Setiap anak yang melihatnya langsung menegur sapa sembari mencium punggung tangan Aileena. Sikap ramah dan penyayang Aileena membuat hampir semua murid di sekolah itu menyukainya.
"Pagi, Bu Aileena." sapa seorang murid kelas 5.
"Pagi juga, Fita." sahut Aileena ramah. Lalu anak bernama Fita itu mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangannya.
"Pagi ibu Aileena." sapa murid lainnya.
"Pagi juga." sahut Aileena. "Wah, kuncirannya lucu banget, siapa yang buat Nay?" tanya Aileena saat melihat kuncir kuda Naya yang dijalin menjadi banyak membuatnya terlihat sangat cantik.
"Dikuncirin mama, Bu." jawab Naya sumringah.
"Wah, coba ibu masih kecil, ibu mau dikuncirin kayak gitu." ucap Aileena seraya terkekeh.
...***...
Aileena memulai aktivitas mengajarnya seperti biasa. Hari ini ia giliran mengajar kelas 5B. Aileena tampak sedang mengajarkan anak-anak mengenai faktor persekutuan terkecil atau KPK.
"Baiklah anak-anak, ibu akan mencontohkan bagaimana cara mencari KPK dari bilangan 12 dan 20. Pertama-tama kalian harus mencari faktor dari bilangan 12 dan 20 menggunakan pohon faktor. Setelah ketemu hasilnya, kalian tinggal mengambil angka-angka dengan pangkat terbesar. Coba sebutkan faktor dari bilangan 12, siapa bisa angkat tangan?" ucap Aileena seraya memperhatikan setiap anak didiknya.
"Saya , Bu." ucap seorang siswa seraya mengangkat tangannya.
"Iya, kamu Dira, silahkan sebutkan faktor dari bilangan 12!"
"2² x 3 , Bu." jawab anak itu.
"Ya , benar. Terus siapa yang bisa menyebutkan faktor dari bilangan 20!"
"Saya, Bu." ucap seorang murid laki-laki.
"Iya, Dito, silahkan sebutkan!"
"2² x 5 , Bu." jawab Dito.
"Yah, pintar. Nah sekarang, silahkan cari KPK dari kedua bilangan tersebut!" ucap Aileena.
"Saya, Bu." tunjuk seorang murid laki-laki.
"Iya Arka, sebutkan jawabannya!"
"KPK'nya adalah 2² x 3 x 5 \= 60, Bu." jawab Arka.
"Pintar." puji Aileena. Wah, anak-anak ibu pintar semua, ya! Sekarang coba selesaikan soal di halaman 55 bagian A, nomor 1 sampai 5 ya! Kalau ada yang sulit, nanti kita kerjakan sama-sama." ucap Aileena.
"Baik, Bu." sahut murid kelas 5B serentak.
Tok tok tok ...
Aileena yang mendengar pintu diketuk lantas melihat ke luar.
"Ada apa, pak?" tanya Aileena pada seorang petugas keamanan.
"Ini Bu, ada orang yang mencari ibu. Sepertinya mau mengantarkan sesuatu." ucap petugas kemanan itu.
Aileena mengerutkan keningnya merasa penasaran. Ia tidak sedang membeli apapun secara online, jadi siapa dan apa yang diantarkan padanya itu.
"Orangnya dimana , pak?" tanya Aileena.
"Itu, Bu." petugas itu menunjuk seseorang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu Aileena pun menghampirinya.
"Maaf, bapak cari saya ?" tanya Aileena pada seseorang yang ia taksir berusia sekitar 40 tahunan itu.
"Anda ibu Aileena?" tanya orang itu dan Aileena mengangguk.
"Ini Bu, saya ingin mengantarkan surat ini." ujar pria itu seraya menyerahkan sebuah amplop coklat bertuliskan pengadilan agama Jakarta pusat.
Aileena tersenyum miris, babak baru dalam hidupnya akhirnya akan segera dimulai. Status baru, Aileena tidak mengkhawatirkan itu. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah menjaga titipan Allah yang ada di kandungannya sebaik mungkin.
Aileena pun menerima amplop coklat itu lalu menandatangani tanda bukti penerimaannya.
Dengan langkah gontai, Aileena masuk kembali ke ruang kelas. Tak lama kemudian, bell tanda jam pelajaran berakhir berbunyi nyaring membuat sorak sorai anak-anak menggema memenuhi ruangan kelas. Aileena yang tadi sempat mendung, lantas tersenyum tipis melihat wajah ceria anak-anak itu. Selain anak di dalam kandungannya, anak-anak adalah sumber kebahagiaannya. Ada kebahagiaan tersendiri saat menatap wajah-wajah polos itu. Walaupun kadang mereka sedikit nakal, bandel, atau malas, tapi tetap saja hal itu tidak menyurutkan kebahagiaannya.
"Tugasnya lanjutkan di rumah aja ya, anak-anak!" ucap Aileena yang disambut sorak bahagia anak-anak.
...***...
"Mas, kok kita nikahnya cuma di KUA aja sih? Kenapa nggak dipestain? Ima kan juga pingin." ujar Delima merajuk. Wajahnya di tekuk. Matanya hanya sibuk memandangi Nanda yang sedang bermain boneka miliknya.
Ya, mereka baru saja pulang dari Kantor Urusan Agama untuk mendaftarkan pernikahan mereka sekaligus menikah di sana. Dengan dibantu wali hakim dan 2 orang sepupu Adnan
"Untuk apa dipestain? Emang kamu punya keluarga untuk diundang?" tanya Adnan malas. Kepalanya pusing. Begitu banyak hal yang terjadi dalam minggu-minggu ini, bukan hanya yang berhubungan dengan rumah tangganya, tapi juga keluarga dan pekerjaan.
"Jadi mentang-mentang Ima nggak ada keluarga jadi nggak perlu pesta , gitu?" Delima mendelik. "Giliran mbak Aileena aja pasti pesta besar-besaran." sinis Delima.
"Astagaaaah, please Ima, kamu bisa lihat kondisi kita nggak? Kamu nggak ada keluarga, aku juga udah dibenci keluargaku, syukur-syukur 2 sepupuku tadi mau jadi saksi itu pun dengan aku memohon sebab mereka juga kecewa dengan perbuatanku. Dalam keluargaku, tidak ada kata perselingkuhan dan perceraian , kau tau. Jadi untuk apa kita berpesta? Untuk siapa? Siapa yang diundang? Yang ada kau akan diolok-olok oleh mereka sebagai pelakor, apa kau mau begitu?" ucap Adnan dengan nada meninggi. "Ini juga untuk kebaikanmu dan Nanda, Ima." ujarnya lagi dengan nada melemah.
"Tapi kalau kita tidak merayakannya, maka tidak ada yang mengetahui statusku sebagai istrimu, Mas. Yang ada mereka mengira kau masih suami mbak Aileena."
"Astaga, kepalaku! Hufth, bisa gila aku menghadapi kekeraskepalaanmu ini, Ima. Ku pikir kau mengerti aku sedikit saja, tapi nyatanya ... hah, sudahlah. Aku lelah." Adnan yang sudah lelah berdebat dengan Delima lantas bangkit dari tempat duduknya lalu menuju ke kamar miliknya.
Sedangkan Delima yang ditinggal seperti itu makin menekuk wajahnya.
"Dasar, wanita sial*n! Setelah berhasil mendapatkan Adnan, ku pikir aku bisa benar-benar menyingkirkannya lalu menjadi ratu dalam keluarga ini, tapi nyatanya, aku tetap saja tak dianggap." gerutu Delima.
Lalu ia meraih ponselnya dan menekan nomor seseorang di sana.
...***...
"Assalamualaikum." ucap Aileena saat melangkahkan kakinya mendekati Fatur yang sedang berbicara dengan salah seorang pekerja yang bertugas membuat air mancur mini di halaman rumahnya.
"Wa'alaikum salam." sahut Fatur. "Eh, kamu Ai, baru pulang?" tanya Fatur basa basi
"Belum, Ai belum pulang. Dia masih kerja." ujar Aileena seraya terkekeh.
"Belum pulang? Jadi yang ada dihadapanku ini siapa ya? Oh, kamu bayangannya Aileena ya! Wah, sepertinya otakku sudah terkontaminasi sama perempuan itu sampai berhalusinasi melihat keberadaannya di sini." canda Faturrahman.
Aileena tergelak mendengar candaan Faturrahman.
"Idih, candaannya garing!" sahut Aileena yang masih terkekeh.
"Bukannya yang garing itu enak ya! Coba deh kamu goreng kerupuk, pasti sampai garing kan, kalau nggak garing, alot, nggak enak."
"Mas Fatur bisa aja." Aileena terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Mas udah makan siang?" tanyanya pada Fatur.
Fatur menggeleng, "Belum, nungguin kamu."
"Hah? Nungguin aku? Kenapa?" seru Aileena bingung.
"Ya mau bareng aja. Nggak enak makan sendirian." ujarnya seraya mengikuti langkah Aileena duduk di bangku tak jauh dari sana.
"Para pekerjanya udah makan belum, Mas?"
"Kalau pekerjanya udah, cuma mandornya belum. Kamu udah makan?" tanya Fatur balik.
"Aku juga belum sih, Mas. Pulang ngajar tadi, langsung balik aja. Gimana kalau makan di dalam aja, subuh tadi Ai sudah masak, tapi masakan sederhana cuma sayur sop sama sambal telur. Kalau mas mau ikan asin, bisa aku gorengin." tawar Aileena.
"Wah, kayaknya enak tuh! Boleh deh, kebetulan banget aku udah lapar banget. Tadi pagi belum sempat sarapan soalnya." ujar Fatur.
Aileena mengerutkan keningnya, "Seharusnya mas itu sempetin sarapan apalagi mas kan mau kerja jadi mas butuh tenaga ekstra."
"Yah, mau gimana lagi, tadi ada urusan mendadak jadi nggak sempat siapin sarapan. Cuma sempat minum air putih doang." sahut Fatur santai.
"Emang Mas Fatur tinggal sendiri? " tanya Aileena.
"Hmm ... maklumlah, mas kan Jodi, jomblo abadi." ujarnya sambil tergelak.
"Idih, jadi jomblo aja bangga." ejek Aileena. "Ya udah, aku ganti baju dulu ya mas, entar aku siapin makan siang kita." ujar Aileena segera beranjak masuk ke dalam rumahnya.
Semua interaksi antara Faturrahman dan Aileena tak putus dari perhatian para pekerja. Mereka sibuk bisik-bisik sudah seperti mak-mak kepo.
"Wah, pantesan si bos mau turun tangan langsung ngurusin pekerjaan ini, kayaknya dia mau deketin tu pemilik rumah ini." ujar salah seorang pekerja.
"Iya, bener banget! Jarang-jarang lho bisa liat bos Fatur tersenyum apalagi ketawa kayak gitu. Tapi aku maklum sih, kalau nggak salah namanya Aileena kan, dia itu cantik banget." sahut yang lainnya.
"Sst, udah gosipnya, entar didengar bos Fatur lho! Kayaknya pemilik rumah ini nggak tau kalau bos Fatur itu bos pemilik developer. Jadi kalian hati-hati kalau ngomong, kalau ketahuan siapa itu bos Fatur gara-gara mulut kalian yang lancang, bisa kacau. Kalian nggak mau kan dipecat?" ujar pekerja yang lain.
Mereka pun mengangguk secara bersamaan lalu kembali beraktivitas tanpa banyak bicara lagi.
"Wah, masakan kamu enak banget, Ai!" puji Fatur.
Ia tampak sangat lahap memakan setiap hidangan yang tersaji di atas meja. Padahal itu hanya masakan sederhana tapi di lidah Fatur, rasanya memang sangat enak.
"Kalau enak, nambah aja. Ai senang kalau orang suka dengan masakan yang Ai buat." ucap Aileena dengan tersenyum sumringah.
"Wah, beneran ya! Aku nggak akan ragu-ragu lho habisin ini semua!" ujar Fatur membuat Aileena terkekeh.
"Nggak masalah, makan aja. Nanti aku bisa masak lagi." sahut Aileena membuat senyum Fatur makin melebar.
'Aku jadi penasaran sama lelaki bodoh yang tega melepaskan berlian secantik kamu, Ai.' batin Faturrahman. 'Semoga aku ada kesempatan untuk mendapatkan hati kamu.'
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Karena kalau di awal..... namanya pendaftaran hahaha
kepo nih thor....