Ikuti aturan. Dibawah 21 jangan baca.
Zhen Xi, salah satu putri kembar Dewi Angin yang hilang di langit ke enam itu harus bertahan hidup setelah kabur dari rumah orang tua angkatnya. Setelah bertahun-tahun menahan penderitaan seorang anak yang ditirikan oleh ibu angkatnya, akhirnya ia bisa keluar dari rumah itu. Yap tepatnya setelah ia membuat masalah dengan Pangeran Petinggi Hujan Wen Hua hingga toko pedang ayah dan ibunya itu menjadi sepi mendadak.
Dari situlah perjalanannya dimulai. Ia akan hidup dengan kekuatannya sendiri dengan sedikit bantuan dari pemuda-pemuda tampan berkedudukan tinggi yang tertarik padanya, bahkan melindunginya dari belakang maupun secara diam-diam.
Siapa yang akan memenangkan pertandingan cinta ini pada akhirnya? Bagaimana nasib putri hebat yang hilang ini?
Setelah berhasil mendapatkan salah satu diantaranya pun, masalah cinta masih belum lelah mengujinya. Mengembalikannya ke posisi bangsawan yang hidup di istana justru menambah masalahnya.
Kare
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon souzouzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Menerima Pisau Api Itu Untuk Melindungiku
Wen Hua tersenyum kecil mendengar perhatian itu, rasanya orang hebat sepertinya belum pernah disuruh bersembunyi saja dari pada ikut berperang dan terluka. Malahan ia yang harus selalu berada di depan selama ini.
Wen Hua segera melesat ke belakang ketika Zhen Xi mulai mengayunkan pedangnya.
"Memang sangat cepat. Kukira ini hanya lelucon." pikir Wen Hua dengan tatapan waspada.
Swush! Swush! Tang! Tang!!
"Wu Long, gerakan perempuan ini..." Beberapa siluman naga itu berbicara sambil mencoba melawan Zhen Xi.
Salah satu siluman bernama Wu Long yang sedang diajak bicara itu menyipitkan matanya untuk memperhatikan gerak-gerik Zhen Xi. "Kecepatan yang tak biasa. Mungkin elemennya adalah angin?" gumamnya.
Wen Hua melebarkan matanya mendengar percakapan mereka, ia menunduk sambil berusaha berfikir cepat. "Angin?" gumam Wen Hua.
"Aaak!"
Dua siluman terjatuh dengan luka sayatan pedang di tubuhnya. Sementara yang satu, pedangnya patah.
"Pedangnya patah??" Wen Hua sampai cengoh melihat hal itu.
"Toko itu sebenarnya hebat, sudah sesuai feeling-ku. Sayangnya tidak jadi beli ya kemarin." Wen Hua mendengus kesal.
"Lawan!" Dua siluman lain di belakangnya giliran menyerang.
Gerakan super cepat yang tak beraturan dari Zhen Xi itu membuat keduanya kewalahan.
Tak!!!
"Satu pedang patah lagi!" puji Wen Hua.
Dua siluman itu sampai heran. "Pedang apa yang dia punya itu??" tanya salah satunya.
"Itu tidak penting! Dia hanya membodohi kita. Cepat pakai jurus api kalian!" seru Wu Long.
"Ya benar!" sahut anggotanya.
"Awas!" Wen Hua mendelik ke arah Zhen Xi, lalu melompat keluar untuk melindunginya. Ia menarik Zhen Xi ke dalam pelukannya dan mulai menyerang.
"Ugh!" Wen Hua memaksakan tangan kanannya. Akhirnya jurus bola-bola api itu ternetralkan dengan serangan pedang air yang keluar dari telapak tangan Wen Hua.
"Aaash, kenapa sakit sekali." Wen Hua terjatuh berlutut sambil meremas lengannya yang mulai berdarah kembali.
"Pangeran Wen Hua!" cemas Zhen Xi.
Mumpung apinya sudah padam, dan keempat siluman itu masih lengah. Zhen Xi mengayunkan pedangnya lagi.
Zrats-!
Darah ketiga siluman naga itu bercecer kemana-mana. Ketiganya jatuh dan tumbang dengan mudahnya.
"Waw... gadis ini berguna juga." Yu Han dan Ming Wei yang baru selesai membereskan siluman naga di atas tower itu segera turun menghampiri Zhen Xi dan Wen Hua.
Saat Zhen Xi hendak menusuk satu siluman terakhir dengan pedangnya, siluman itu menyerang, melelehkan pedang logam Zhen Xi dengan tangannya. Entah bagaimana tangan siluman itu tiba-tiba menyala seperti bara api.
"Hah!" Zhen Xi kaget bukan kepalang.
Siluman itu kembali mengeluarkan pisau apinya dan membidik jantung Wen Hua.
"Jangan!!" teriak Zhen Xi sembari berlari mendekati Wen Hua, berusaha melindunginya dengan tangan kosong.
"Berhenti Nona! Biar kami yang selesaikan!!" teriak Ming Wei. Ming Wei dan Yu Han pun membunuh siluman naga itu dari belakang dengan pukulan tenaga dalam Yu Han dan Ming Wei secara bersamaan.
"Zhen Xi?" Wen Hua menoleh merasakan pelukan hangat dari Zhen Xi.
"Zhen Xi? Kenapa memelukku?" tanya Wen Hua lembut dengan senyuman yang tiba-tiba menghinggapi pipinya. Sepertinya ia sudah mulai jatuh hati pada Zhen Xi sejak beberapa menit yang lalu.
"Nona... kau baik-baik saja?" Ming Wei menepuk pipi Zhen Xi.
"Asisten ketua... aku baik-baik saja." Zhen Xi menjawab dengan lemah, ia tidak merasakan apa-apa. Tapi entah kenapa rasanya sangat lemas.
"Zhen Xi?" Wen Hua membalik badannya perlahan-lahan dan menangkap tubuh Zhen Xi yang ambruk ke arahnya.
Seketika ketiga pria itu tersentak kaget, melihat pisau yang menancap di dekat jantung Zhen Xi.
"Zhen Xi!!" panggil Wen Hua keras.
Gadis ini melindungiku lagi? batin Wen Hua.
"Apa kau bodoh?? Kenapa kau menerima serangan itu untukku?!" panik Wen Hua.
"I-ini mengenai jantungnya?" lirih Wen Hua.
"Tidak-tidak, ini meleset. Tapi harus segera ditangani..." Yung Han menyimpulkan setelah memeriksa letaknya.
"Zhen Xi! Cobalah untuk tetap sadar! Kami akan membawamu ke pengungsian dan mengobatimu!" Ming Wei terlihat begitu cemas.
Sepertinya Ming Wei tertarik pada pendekar bodoh ini. Yu Han yang menyadari keanehan itu sejak tadi hanya membatin dari dalam hati.
"Jangan..." lirih Zhen Xi.
"Jangan?" bingung Wen Hua sambil menggenggam telapak tangan dingin Zhen Xi.
"Jangan... ayah ibu disana... jangan... kumohon. Akh." rintih Zhen Xi.
"Mungkin dia tidak ingin ayah ibunya tahu, turuti saja permintaannya! Aku akan bawa dia ke kediaman sementaraku." kata Wen Hua sembari mengangkat tubuh Zhen Xi.
"Ta-tapi Pangeran, lenganmu..." Yung Han tampak heran sekaligus bingung.
"Kalian semua panggil petugas medis langit ke tujuh untuk datang ke kediamanku sekarang juga. Aku tidak akan mengulang perintahku!!"
"B-baik!" Yu Han mengangguk cepat.
"Ayo Ming Wei!" ajak Yu Han. Ming Wei akhirnya mengangguk dan mengikut walau terus menoleh ke belakang sesekali, menghawatirkan Zhen Xi.
Angin sepoi-sepoi menyapu rambut dan dahi Zhen Xi. Guncangan-guncangan kecil yang ia rasakan juga membuat matanya terbuka kembali.
Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat ekspresi serius seseorang yang tengah menggendongnya saat ini.
"Kau..." lirihnya.
Wen Hua menunduk untuk melihat keadaan gadis yang ada dalam dekapannya saat ini. "Zhen Xi, kau sadar? Sebentar lagi kita sampai."
"Kau bisa melompat setinggi itu sepertiku..." racau Zhen Xi.
Wen Hua tersenyum. "Zhen Xi."
"Hm?"
"Aku rasa, kau bukan manusia langit ke enam. Kau hebat." puji Wen Hua.
"Benarkah..." Zhen Xi ikut tersenyum di sela-sela pandangan matanya yang semakin kabur.
"Kau melindungiku lagi. Kau sangat bodoh." desis Wen Hua.
"Aku pandai." elak Zhen Xi.
"Apa aku dapat dua permintaan sekarang?" racaunya.
"Tck. Benar-benar." Wen Hua berdecak kesal setelah mendengar alasan konyol Zhen Xi.
"Uhuk." Darah segar menetes dari sudut bibir Zhen Xi.
"Sepertinya pisau itu sedikit mengenai paru-parumu. Bertahanlah." instruksi Wen Hua.
Zhen Xi tak mampu menjawab, kepalanya kembali tergeletak menyandar pada dada bidang Wen Hua saat ia kembali kehilangan kesadaran.
"Tuan Muda! Kau sudah kembali!" sambut San Qi.
"Semua petugas medis tiba-tiba datang kemari, saya kira Tuan Muda terluka parah. Tapi sepertinya Tuan Muda baik-baik saja. Hahaha syukurlah!"
"Jangan banyak bicara, cepat bukakan kamarku!" perintah Wen Hua.
San Qi terperanjat dengan wajah takut. "Hah! Gadis yang kemarin itu kenapa dibawa pulang? Tuan disulitkan lagi olehnya?? Apa Tuan menghukumnya sampai pingsan?? Eh lengan tuan terluka!"
"Tck!" Wen Hua berdecak kesal lagi karena tak sabar pada San Qi yang tak cepat-cepat melaksanakan perintahnya.
Brak!
Ia menendang pintu kamarnya sendiri dan membaringkan Zhen Xi di atas kasurnya.
😎😎😎