Selby dan Bagas saling mencintai dalam diam. Saat Bagas menyatakan cinta Selby menolak karena berpikir mereka saudara sedarah.
Padahal mereka bukan sedarah. Akankah hal itu bisa terungkap?
Akankah ibu dari Bagas mengungkap rahasia yang selama ini dia simpan rapat?
Dapatkah Bagas dan Selby bersatu.(Disarankan baca lebih dulu novel Benih Kakak Iparku.)
Baca kisah mereka hanya di Mangatoon/Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
“Sayang.”
Uhuk-uhuk
Bagas yang tadi mengunyah makanan menjadi terbatuk mendengar satu kata yang keluar dari mulut Selby.
“Aku akan membantumu mengusir lalat pengganggu ini.” Bisik Selby di dekat daun telinga Bagas.
Bagas meletakkan sendok dan garpu yang sebelumnya ia pegang. Ia tersenyum menatap Selby. “Ini kau yang mulai tentu saja aku harus melanjutkannya.”
“Kenapa? Hm?” tanya Bagas sambil mencolek ujung hidung Selby dengan jari telunjuknya.
Astaga
Senyum Bagas sungguh manis. Membuat hati Selby mendadak meleleh seketika. Niat hati ingin mengerjai Sisil tapi kenapa dia yang baper.
Oh Tuhan
Kuatkanlah iman Selby. Jangan sampai ia tergoda dengan sikap manis Bagas. Rasanya tidak kuat. Tangannya ingin memeluk Bagas erat-erat.
Ah
Pucuk dicinta ulampun tiba. Tangan Bagas memeluk pinggang Selby agar lebih mendekat ke arahnya. Selby terkejut tetapi tubuhnya tidak menolak. Lebih tepatnya tidak bisa menolak.
Jangan lanjutkan. Oh Tuhan iman Selby mulai menipis. Tatapan Bagas. Hembusan nafas Bagas yang menerpa kulit wajahnya mengalirkan aliran listrik yang membuat tubuh Selby menegang.
Tatapan mereka. Gerak tubuh mereka membuat Sisil seperti kebakaran jenggot. Ia tidak suka. Bagas tidak pernah semanis itu. Tidak pernah selembut itu kepada wanita manapun. Rara tidak terima ia kalah dengan Selby. Rara ingin Bagas jadi miliknya. Hanya miliknya.
“Kalian?”
“Ah iya kak Rara, perkenalkan ini kekasihku namanya Selby.”
Selby menatap tidak setuju dengan ucapan Bagas. Tapi mau bagaimana lagi ucapan itu sudah keluar dari mulut Bagas. Mau tidak mau ia harus memperkuat statemen Bagas.
“Selby.”
Uluran tangan Selby masih menggantung di udara. Rara diam. Ia tidak suka dengan Selby. Ia tidak peduli dengan Selby. Ia akan membuat hubungan Selby dengan Bagas hancur. Ia menatap sinis Selby lalu beralih menatap Bagas.
“Kau yakin dengan gadis seperti ini Bagas.”
Apa maksud ucapan Rara. Seperti ini? Apa maksud kata-kata itu. Seperti sebuah ejekan yang tidak pantas untuk Bagas.
“Apa maksudmu?”
Bagas marah. Selby menggenggam tangan Bagas. Lelaki itu melemah dengan sentuhan Selby. Tetap tenag. Selby Santai. Dia tidak terprovokasi dengan ucapan Rara.
“Kenapa kak? Apa karena kakak yang seperti itu kalah dengan aku yang seperti ini?” tunjuk Selby pada Sisil lalu ke dirinya sendiri.
Damn it.
Kata-kata Selby memukul telak harga diri Sisil. Secara tidak langsung Selby mengatakan uang bukanlah segalanya. Tidak semua orang tunduk dengan uang. Contohnya Bagas jika dia suka uang maka sejak sekolah pasti ia akan berpacaran dengan gadis kaya. Sebab banyak anak-anak orang kaya bahkan pejabat yang menyukai Bagas. Namun tidak satu pun dari mereka yang berhasil mendapatkan hati Bagas.
“Kau hanya mahasiswi yang masuk dengan beasiswa. Pasti di belakangmu ada sugar daddy yang menyokong hidupmu.”
“Cukup Rara”
Bagas tidak suka ada orang yang berani menghina Selby. Ia tidak terima. Jika dulu ia membantu Selby secara diam-diam tapi tidak kali ini. Dia akan terang-terangan menjadi garda terdepan jika ada orang yang menghina Selby.
“Bagas tenanglah.”
“Kau benar. Aku punya daddy sugar.” Bagas menatap Selby tidak percaya.
“Dengarkan aku dulu.” Ucap Selby saat melihat ekspresi Bagas.
“Aku punya Daddy sugar tapi dia belum Bapak-bapak. Dia masih single dan masih muda. Kami seumuran. Kau mau tahu?”
Diam sejenak. Semua orang tidak bersuara. Bagas menahan kesal. Siapa daddy sugar yang dimaksud Selby. Dadanya sudah bergemuruh. Sesak dan penuh dengan rasa cemburu.
“Sugar Daddyku adalah Dia.”