Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Malaikat Penolong
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di rumah. Rumah mewah yang dijaga oleh beberapa penjaga. Dari dalam rumah, terlihat keluar seorang wanita yang dari tadi menunggu kedatangan keduanya.
"Lah, Bu Laras dan Pak Rico terlambat setengah jam," ucap Una.
"Iya, kita nolongin gadis yang mau bunuh diri tadi," sahut Laras.
"Hah, kok bisa? sekarang gadis itu bagaimana?" tanya Una.
"Itu ada di dalam mobil, kita bawa saja ke sini karena dia pingsan," sahut Laras.
Rico mulai menggendong Moza dan itu membuat Una kaget. "Moza!" seru Una.
"Kamu kenal sama gadis ini?" tanya Laras.
"Kenal, nanti aku cerita di dalam," sahut Una.
Rico pun membawa Moza ke dalam kamar tamu. Una terlihat sangat khawatir, sudah satu minggu dia mencari keberadaan Moza hanya untuk memastikan kalau dia baik-baik saja. Entah kenapa Una sudah menganggap Moza seperti adiknya sendiri.
Mereka membiarkan Moza untuk istirahat, lalu semuanya keluar. Mereka duduk di ruang tamu. "Coba ceritakan kamu kenal di mana sama anak itu?" tanya Laras.
Una pun menceritakan pertemuan pertama dia dengan Moza. Laras dan Rico hanya ngangguk-ngangguk mendengarkan cerita Una. Laras dan Rico adalah pemilik bar mewah itu, bar itu sudah legal jadi tidak akan ada yang mempermasalahkan apalagi sampai digusur.
"Kamu jaga dia, takutnya pas sadar nanti dia mencoba bunuh diri lagi," titah Rico.
"Baik, Pak," sahut Una.
"Ya, sudah kita capek mau istirahat dulu," ucap Laras.
Laras dan Rico pun masuk ke dalam kamar mereka. Una memang kebanyakan tinggal di rumah Laras karena selain dia bekerja dengan mereka, dia juga sudah dianggap sebagai adik sendiri oleh Laras dan Rico. Dulu, nasib Una juga memang seperti Moza dan beruntung dia bertemu dengan pasangan suami istri itu dan sekarang bekerja menjadi Manager sekaligus orang kepercayaan mereka.
***
Keesokan harinya....
Moza mulai menggerakkan tubuhnya. Dia kaget dan langsung bangun karena dia sadar sudah berada di tempat yang tidak dia kenal. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka membuat Moza was-was.
"Akhirnya kamu sadar juga," seru Una.
"Kak Una."
"Hai."
"Ini apartemen Kak Una? tapi kok perasaan beda dari yang kemarin?" tanya Moza.
"Bukan, ini rumah milik bos aku," sahut Una.
"Hah." Moza terlihat sangat kaget.
Pintu kamar kembali terbuka, kali ini Laras dan Rico yang masuk. "Kamu sudah sadar?" seru Laras.
Moza mengangguk. "Ini baju ganti, sekarang kamu mandi terus kita sarapan bersama," ucap Laras.
Moza menoleh ke arah Una, lalu Una mengangguk sebagai jawaban. Setelah mandi dan berganti baju, Moza pun dengan ragu-ragu menuruni anak tangga. Ketiganya sudah menunggu di meja makan.
"Sini, kita sarapan bersama," ajak Laras ramah.
Moza duduk di samping Una, dia menunduk terlihat sangat malu dan juga takut. "Kamu jangan takut, kita bukan orang jahat justru kita ingin menolong kamu," seru Rico.
Mereka pun sarapan bersama, Una terlihat ngobrol berbeda dengan Moza yang hanya bisa diam. Setelah selesai sarapan, mereka pun berkumpul di ruangan keluarga. "Kamu kenapa tadi malam mau bunuh diri?" tanya Rico.
"Aku sudah capek Pak, jadi aku ingin menyusul Mama," sahut Moza dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan panggil Pak, kakak saja," ucap Rico.
"Memangnya selama ini kamu tinggal di mana?" tanya Laras.
"Tidak di mana-mana," lirih Moza.
Laras dan Rico saling pandang satu sama lain. "Pak, Bu, sebenarnya dia kuliah loh," ucap Una.
"Lah, kamu kuliah juga?" tanya Rico.
"Aku dapat beasiswa Kak, jadi aku kuliah gratis. Tapi, sepertinya aku mau keluar saja," sahut Moza menunduk.
"Kenapa?" tanya Rico kembali.
Moza pun menceritakan semua yang dia alami, bahkan dia bercerita mengenai dia tinggal di kampus dan hampir saja diperkosa oleh sekuriti.
"Astaga, kasihan sekali kamu," ucap Laras sedih.
"Papa kamu di mana? apa kamu masih punya Papa?" Rico penasaran dengan kehidupan Moza.
Moza terdiam sejenak, lalu dia pun kembali menceritakan mengenai Papanya yang pergi meninggalkan dirinya. Ketiganya sangat sedih mendengarkan cerita hidup Moza, bahkan Rico beberapa kali menghela napas kesalnya.
"Sekarang rencana kamu apa?" tanya Rico kembali.
Moza menggeleng. "Aku sudah tidak punya apa-apa lagi, bahkan untuk tempat tinggal pun aku tidak punya. Makanya aku memilih bunuh diri karena itu adalah satu-satunya jalan terakhir yang aku punya," sahut Moza dengan deraian air matanya.
"Apa kamu punya keahlian?" tanya Laras.
"Bu, aku sempat lihat dia nge-DJ jago loh Bu," ucap Una memotong pembicaraan.
"Kamu bisa nge-DJ?" tanya Laras memastikan.
"Bisa Kak, karena itu adalah hobi aku," sahut Moza.
Laras dan Rico saling pandang satu sama lain. "Baiklah, bagaimana kalau kamu nge-DJ di bar kita? dan kamu tinggal saja di sini, kebetulan di sini sepi tidak ada siapa-siapa dan kamu bisa menempati salah satu kamar bersama Una," seru Rico.
Mata Moza berbinar, dia seperti punya nyawa kembali untuk hidup. "Serius, kak?" tanya Moza tidak percaya.
"Seriuslah, kapan aku berbohong," sahut Rico.
"Una, pokoknya aku tidak mau kamu ubah Moza menjadi wanita yang sempurna. Moza mempunyai wajah yang cantik, jika kamu mendandani dia, aku yakin Moza akan menjadi wanita yang sangat cantik," seru Laras.
"Siap, Bu," sahut Una dengan senyumannya.
Laras memberikan ATM kepada Una. "Bawa Moza belanja sekarang, pokoknya kamu rubah Moza sesempurna mungkin dan belikan baju yang bagus-bagus untuk dia," seru Laras.
"Baik, Bu," sahut Una.
"Terima kasih Kak, aku tidak tahu harus membalas dengan apa tapi aku do'akan semoga pernikahan kakak langgeng," ucap Moza dengan deraian air matanya.
"Aamiin, sini aku peluk dulu," seru Laras.
Moza pun segera menghampiri Laras dan memeluk Laras. Moza begitu sangat bahagia, dia tidak menyangka bisa bertemu dengan orang-orang baik seperti Laras dan Rico. Mereka bagaikan malaikat penolong bagi Moza.
"Moza, yuk kita belanja sekarang," ajak Una.
"Sudah sana pokoknya kamu harus tampil beda, Moza yang dulu kamu harus buang jauh-jauh dan sekarang kamu harus jadi Moza yang baru jangan sedih lagi karena sekarang sudah ada kami yang akan menjaga kamu," ucap Laras dengan senyumannya.
"Terima kasih, kak," sahut Moza.
Akhirnya Una pun membawa Moza ke sebuah Mall. Una memborong baju untuk Moza, lalu Una juga membawa Moza ke salon untuk mengubah Moza menjadi gadis yang cantik. Mulai hari ini, Moza akan menjalani kehidupan yang baru bersama Laras dan Rico.
"Terima kasih ya, Allah sudah mempertemukan aku dengan orang-orang baik seperti mereka," batin Moza dengan senyumannya.