NovelToon NovelToon
Shadow Of The Seven Sins

Shadow Of The Seven Sins

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Anak Yatim Piatu / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:159
Nilai: 5
Nama Author: Bisquit D Kairifz

Hanashiro Anzu, Seorang pria Yatim piatu yang menemukan sebuah portal di dalam hutan.

suara misterius menyuruhnya untuk masuk kedalam portal itu.

apa yang menanti anzu didalam portal?

ini cerita tentang petualangan Anzu dalam mencari 7 senjata dari seven deadly sins.

ini adalah akun kedua dari akun HDRstudio.Di karna kan beberapa kendala,akun HDRstudio harus dihapus dan novelnya dialihkan ke akun ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bisquit D Kairifz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melarikan Diri

"Jawab dengan jujur, apakah kau benar orang dari dunia lain itu?" suara raja menggema, berat dan menekan.

Anzu menelan ludah. Dingin di dadanya menanjak ke tenggorokan.

"A-aku? Dunia lain? A-aku tak tahu maksudmu, Yang Mulia..." katanya dengan suara gemetar.

Raja menatapnya tajam, mata bagai bara api.

"Jadi, kau tak tahu apa-apa, hah?"

"Y-ya... aku tak tahu apa itu orang dari dunia lain," balas Anzu, memaksa tersenyum meski tubuhnya kaku.

Raja berdiri dari singgasananya, sorot matanya mengiris.

"Penjaga!"

"Siap, Yang Mulia!"

"Bawa orang ini ke penjara bawah tanah. Aku tak suka tatapan matanya."

"Ba—baik, Yang Mulia."

Anzu hanya bisa memandangi lantai marmer dingin ketika rantai besi melingkar di pergelangan tangannya.

"Aku mati… kali ini benar-benar mati." pikirnya getir.

---

Penjara bawah tanah itu lembap dan berbau besi karat. Suara tetes air jadi satu-satunya musik yang menemaninya.

"Hei! Berapa lama aku dikurung di sini?" seru Anzu dari balik jeruji.

"Sampai kau membusuk!" jawab salah satu penjaga sambil tertawa kasar.

Hari berganti tanpa arti. Luka di tubuh Anzu lebih cepat bertambah daripada harapan yang tersisa.

"T-tolong... a-aku lapar..." suaranya serak, tubuhnya gemetar.

Penjaga saling berpandangan.

"Kalau dia mati, kita tak dapat informasi, dan Raja bakal marah besar."

"Baiklah," desis salah satunya, "tunggu di situ, bocah. Kami akan ‘menyiapkan’ makananmu."

Tak lama, seorang pelayan datang dengan pakaian lusuh. Ia membawa semangkuk sup dingin dan sepotong roti berjamur.

"Ini... hanya ini yang bisa kubawa," katanya lirih, menunduk.

Anzu menatap makanan itu seolah menatap keselamatan terakhir di dunia. Ia memakannya tanpa bicara.

Setiap gigitan terasa seperti menelan pasir, tapi rasa lapar menelan semua rasa jijik.

"Maaf," kata pelayan itu, suaranya hampir tak terdengar. "Maaf karena aku tak bisa memberimu lebih."

Anzu berhenti mengunyah.

"Kenapa kau minta maaf? Ini bukan salahmu."

Pelayan itu diam sejenak, lalu menarik napas dalam.

"Aku... bukan berasal dari kerajaan ini."

Anzu mengangkat kepala.

"Apa maksudmu?"

"Aku dari desa kecil di timur. Aku datang ke sini mencari uang. Tapi ketika aku menyebut nama desaku, mereka menuduhku datang dari dunia lain. Raja hampir memenjarakanku... tapi—" ia menahan napas, "—ia memutuskan menjadikanku pelayan karena katanya tertarik pada tubuhku."

Air matanya jatuh membasahi lantai batu.

"Aku sudah lama terkurung di sini... aku hanya ingin pulang."

Anzu menatapnya dalam diam. Ada sesuatu di matanya yang selama ini padam, kini berkedip kembali.

"Kalau begitu..." katanya perlahan, "kaburlah bersamaku."

Pelayan itu terkejut. "A-apa? Tapi bagaimana caranya?"

Anzu menatap jeruji, bibirnya tersenyum samar.

"Besok pagi, kita mulai."

---

Fajar merayap di celah-celah jeruji besi.

Kopi penjaga telah dicampur bubuk tidur, dan satu per satu mereka tumbang di kursi jaga.

Pelayan berlari kecil, mengambil kunci dari pinggang penjaga yang terlelap, lalu membuka sel Anzu.

"Cepat!"

Mereka berlari menembus lorong panjang. Nafas mereka saling berkejaran.

"Jalur belakang kosong..." gumam Anzu, curiga.

Tapi ia menepis rasa itu. "Kita hampir bebas!"

Langkah mereka menembus cahaya pagi—

“JLEB!”

Sebuah panah menembus dada pelayan.

"D-DAAARAH!" Anzu berbalik, menahan tubuhnya yang terkulai.

"Tidak... tidak mungkin..."

Pelayan itu tersenyum samar, darah menetes di bibirnya.

"Pergilah... jangan pedulikan aku..."

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!" Anzu mengguncang tubuhnya.

"Tubuhku... tak kuat lagi... aku... senang... bisa melihat langit... sebelum mati..."

"Jangan bicara begitu!"

Pelayan itu mengangkat tangannya, menyentuh wajah Anzu yang penuh debu.

"Terima kasih... sudah... membuatku merasa hidup lagi..."

Tangan itu terjatuh, senyumnya beku.

Anzu menutup matanya dengan daun-daun hutan.

"Semoga kau tenang... di dunia yang lebih baik."

Langkah-langkah penjaga semakin dekat. Anzu berlari tanpa menoleh.

Hari berubah menjadi malam, dan di antara dinginnya hutan, tubuhnya yang lapar tumbang di tanah.

Kesadaran terakhirnya hanya menangkap siluet seorang pria misterius yang mendekat.

"Siapa...dia...?"Ucap pria misterius itu sebelum aku kehilangan kesadaran.

1
Nagisa Furukawa
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
Bisquit D Kairifz: Semangat bree, walau masalah terus berdatangan tanpa memberi kita nafas sedikit pun
total 1 replies
Rabil 2022
lebih teliti lagi yah buatnya sebabnya ada kata memeluk jadi meneluk
tapi gpp aku suka kok sama alur kisahnya semangat yahh💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!