 
                            "Kamu selingkuh, Mas?" 
"Vina, Mas bisa jelaskan! Ini bukan seperti apa yang kamu lihat." 
"Bukan, terus apa? Kamu... kamu berciuman dengan perempuan itu, Mas. Terus itu apa namanya kalau bukan selingkuh?" 
***
"Vina, bukannya kamu mencintai, Mas?"
"Maaf! Aku sudah mati rasa, Mas." 
***
Vina, harus terpaksa pura-pura baik-baik saja setelah suaminya ketahuan selingkuh. Tapi, ia melakukan itu demi bisa lepas selamnya dari suaminya. 
Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, Vina tentu langsung melepaskan pria yang menjadi ayah dari anaknya. 
Kejam? Tindakan Dimas yang lebih kejam karena menghianati cinta sucinya. Padahal Vina selama menjadi istri tidak pernah menuntut apa-apa, ia selalu menjadi istri yang baik dan taat. Tapi ternyata ia malah diselingkuhin dengan mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iindwi_z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu.
Vina sengaja menitipkan Agam pada Sasi, ia ingin tahu sebenarnya siapa perempuan yang menjadi selingkuhan suaminya itu. Dan, Vina juga lagi mengumpulkan bukti.
Ya, bukti perselingkuhan suaminya. Sasi bilang, Dimas bisa dipindah tugaskan, diturunkan jabatannya, bahkan bisa juga dipecat kalau sampai ketahuan selingkuh. Siapa tahu di perusahaan tempat Dimas berkerja menindak lanjuti laporan seperti itu.
Jadi... Vina ingin mengumpulkan semua bukti. Bukan Vina jahat, tapi suaminya yang lebih jahat. siapa suruh selingkuh, padahal ia benar-benar sangat mencintai suaminya. Vina menggantungkan hidupnya dengan suaminya. Berusaha menjadi istri yang baik setiap hari. Tapi apa balasannya? Dimas malah selingkuh dan menghianati cintanya. Padahal di antara mereka sudah ada Agam, bukti cinta mereka berdua.
Mobil yang Vina pesan masih mengikuti Dimas, sampai mobil suaminya itu berhenti di sebuah gang kecil, dan tak lama ada perempuan masuk kedalam mobil suaminya.
Dada Vina terasa sesak melihat itu, ia tahu suaminya itu selingkuh, dan pemandangan seperti ini pasti akan dilihatnya kalau ia berusaha mencari bukti. bahkan lebih dari itu juga pasti akan Vina lihat. Hanya, hati kecilnya masih berharap kalau semua itu bohong, kalau semua yang ia lihat tidak benar. Kalau suaminya tidak selingkuh.
Mobil Dimas berhati di salah satu mall terbesar di kota Jakarta. Vina tentu langsung memakai masker dan topi. Ia tidak ingin sampai suaminya tahu kalau ia mengikutinya.
Dari jarak jauh Vina melihat suaminya menggandeng tangan perempuan itu dengan mesra, mereka layaknya pasangan pada umumnya. Sampai mereka berhenti di salah satu toko perhiasan.
Pikiran Vila melayang saat suaminya perna berjanji akan membelikannya gelang.
"Sayang, doain Mas makin sukses ya! Nanti, kalau bonus Mas cair banyak, Vina akan Mas belikan gelang. Dan, Agam Mas belikan sepeda."
Satu tetes airmata Vina jatuh, ternyata selingkuhannya yang dibelikan bukan dirinya.
"Kamu benar-benar jahat, Mas Dimas. Aku benci kamu!" batin Vina.
***
"Beli dua gelang, kalau bisa harus sama," perintah Dimas saat Lara dibawanya masuk ke toko perhiasan.
Lara menghentikan langkahnya, menatap Dimas dengan wajah bingung. "Dua? Kamu mau belikan aku dua?" tanya Lara, matanya langsung berbinar saat Dimas bicara seperti itu.
Dimas menggeleng pelan, tatapnya menatap pada barisan perhiasan yang ada di balik kacang. "Satu untuk Vina, dia juga suka sama gelang."
Mendengar itu seketika Lara langsung cemberut, ia sudah senang setelah mati saat Dimas menawarkan dirinya beli perhiasan. Ia pikir Dimas sudah lupa dengan istrinya, tahunya mahal disuruh beli dengan model yang sama.
"Enggak mau, biar dia pilih sendiri. Selera kita enggak sama ya! Aku, lebih suka yang modern, pasti dia yang kampungan!" ketus Lara, ia masih mengira kalau istri Dimas ini dari kampus. Ia sudah mengirim bukti foto suaminya tidur dengan perempuan lain, tapi Vina tidak beraksi apa-apa. Padahal kalau perempuan pada umumnya kan ngamuk, minta diceraikan. Ini tidak kan? Jadi, pasti dari kampung yang kecintaan banget dengan Dimas dan enggak mau diceraikan.
Dimas menatap Lara tajam, tidak suka istrinya dibilang seperti itu. "Yasudah, terserah kalau kamu enggak mau, jangan bilang Vina seperti itu. Biar bagaimanapun dia itu istriku!"
Lara hanya berdecih, ia lalu minta pada pelayan mengambilkan gelang modern terbaru. Paling bagus dan harus mahal tentunya. Kapan lagi dapat kesempatan seperti ini.
***
Setelah membeli gelang, Dimas langsung mengajak Lara kesalah satu hotel terdekat. Di rumah istrinya tidak bisa disentuh karena datang bulan. Jadi, Dimas sudah sangat tidak tahan, apalagi dari tadi Lara sengaja menggodanya . Tangan perempuan itu tidak bisa diam, kalau tidak mengelus dadanya, meraba-raba pahanya.
"Kenapa kita ke hotel sih? Kenapa enggak di kontrakan saja?" tanya Lara saat mobil Dimas berbelok. Sebenarnya ia tidak masalah, hanya anaknya tadi ia titipkan sebentar di tetangganya.
"Aku sudah enggak tahan, tangan kamu dari tadi nakal."
Lara tersenyum genit, dan tangannya kembali mengelus paha Dimas. "Tapi anakku aku titipkan gimana dong? Apalagi kamu kalau main enggak akan cukup satu ronde, pasti nambah dua atau tiga ronde," katanya menggoda.
Dimas tersenyum tipis. "Bagaimana enggak nambah, kamu menggoda sekali sih? Sekarang juga hubungi tetangga kamu itu. Bilang kalau kamu pulang malam, bilang kalau nanti imbalannya dua kali lipat."
Lara mengangguk, ia langsung menghubungi tetangga yang ia titipi anaknya. Ia tentu semangat langsung.
Dimas keluar mobil lebih dulu, ia menyadarkan tubuhnya pada mobil. tangannya memegang ponselnya, berniat mengirim pesan pada istrinya kalau akan pulang malam.
"Sayang, Mas sepertinya akan pulang telat. kamu enggak usah masak ya! kamu beli aja untuk makan kamu dan Agam. I love you sayang ku..."
Vina meremas ponselnya dengan erat, membaca pesan itu. Air matanya kembali menetes, meskipun ia berusaha kuat, tapi tetap airmata itu jatuh tanpa diminta.
***
Dengan langkah gontai Vina melangkah, setelah Dimas dan selingkuhannya masuk hotel. Vina langsung pergi, ia memilih menenangkan dirinya. Ia tidak bisa bertemu dengan Agam dalam kondisi seperti itu.
Langkah Vina pelan, ia berhenti di sebuah taman. Pandangannya fokus pada keluarga yang begitu harmonis. Vina tersenyum tipis, dulu keluarganya juga seperti itu.
Tapi, siapa sangka. Pelakor mengambil suaminya sekarang. Vina membuang nafas dengan kasar, lalu kembali berjalan sampai kakinya terasa lelah.
Entah sudah berapa lama Vina jalan, kakinya benar-benar terasa sangat lelah. Bibirnya membentuk senyuman saat melihat ada penjual es cendol.
"Pak satu minum sini ya," pesan Vina, ia menelan ludah saat penjual menuangkan es di gelas. Tangan Vina terulur untuk mengambil es yang sudah dibuat pedagangnya. Tapi, pergerakannya terhenti saat ada tangan lain yang mengambilnya. Mata Vina membelalak, apalagi dengan tidak berdosanya es itu langsung diminum.
"Itu es ku! Kenapa kamu ambil?" ketus Vina, menatap pria yang mengambil pesanannya dengan sebal. "Dasar, semua pria itu egois, dan tidak punya peri kemanusiaan!" maki Vina, sudah kesal karena kelakuan suaminya, ditambah pria yang mengambil es nya.
"Maaf Mbak, ini es nya!" ujar penjual sambil menyodorkan es. "Tadi mas itu dulu yang pesan," imbuhnya lagi menjelaskan.
Vina mendengar itu kaget, ia tentu merasa malu. Saat mau mengucapkan kata maaf, pria itu terlebih dulu membuka suaranya. "Dari dulu enggak pernah berubah," cetusnya.
Hah? Apa maksudnya itu? Apakah mereka saling kenal atau pernah bertemu? Pikir Vina.
"Emang kita saling kenal? Atau pernah bertemu?" tanya Vina ragu-ragu.
Pria itu mengangguk tipis, lalu kembali menyedot es nya. "Mungkin saling kenal, mungkin juga tidak."
Vina tentu semakin bingung, karena ia merasa tidak pernah bertemu dengan pria itu. Sampai, ia langsung membuka mulutnya saat mengingat seseorang.
***
busettt pindah lobang sana sini moga moga tuh burung cepat pensiun dini biar nyaho
bahaya loh kalau kena tetangga ku dah mati dia pipis darah ma nanah terus melendung gede kasihan lihatnya tapi kalau ingat kelakuan nya ga jadi kasihan
aihhh suami mu vin lempar ke Amazon
semoga ntar karmanya persis seperti nama pelakornya "LARA", yang hidupnya penuh penderitaan apalagi dia punya anak perempuan
orang udah mati sekarang