NovelToon NovelToon
Not Young Papa

Not Young Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Identitas Tersembunyi
Popularitas:21.7k
Nilai: 5
Nama Author: Phopo Nira

Bukannya mendapat ucapan selamat dan pujian, karena telah berhasil menyelesaikan study nya. Kayvaran Cano Xavier malah langsung diberikan misi penting oleh papahnya untuk menyelesaikan masalah di salah satu cabang perusahaan yang ada di Negara X, lebih tepatnya Kota Xennor. Akan tetapi, ini bukan masalah bisnis melainkan persaingan wilayah dengan beberapa klan mafia yang ada di sana.

Namun, bukan itu letak permasalahan utamanya untuk Kay. Melainkan sang adik Axelion Cano Xavier yang masih berusia 8 tahun yang diam-diam menyelinap naik ke pesawat yang akan mengantarnya ke Kota Xennor tanpa diketahui oleh siapapun. Kay menyadari keberadaan sang adik saat pesawat sudah hampir setengah perjalanan.

“Eeeh … orang utusan Tuan Luca ternyata Papah muda! Lihat, anaknya menggemaskan sekali!”


Setibanya di perusahaan dia malah dikira sebagai karyawan biasa dan bahkan dibilang Papah muda karena Axel memanggilnya Papa?

Apakah Kay bisa menyelesaikan misinya sembari menjaga sang adik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 09. Misi Penyelamatan

“Maksudmu?” tanya Max dan Matt serentak.

“Aku sudah meminta Papah untuk mengirimkan bantuan hari ini juga. Karena kita tidak mungkin melaksanakan misi ini dengan jumlah seadanya. Musuh terlalu banyak untuk kita hadapi sendirian,” jelas Kay.

“Apa Tuan Luca mengatakan siapa yang akan dia kirim ke sini untuk membantu kita?” tanya Max memastikan.

“Aku harap bukan mereka,” gumam Matt.

“Siapa yang Paman maksud?” tanya Axel penasaran.

“Sudah ‘lah, nanti kau malah mengadu. Lalu apa rencanamu sekarang Kay?” Matt kembali pada topik pembicaraan utama.

“Begini malam ini ….”

Kay pun menjelaskan tentang rencananya. Baginya saat ini lebih penting memastikan keselamatan orang yang tidak bersangkutan dalam persaingan wilayah sekaligus klan mafia ini daripada menstabilkan perusahaannya. Perusahaan bisa dia bangkitkan lagi begitu bangkrut, tetapi nyawa seseorang tidak mungkin dikembalikan lagi, bukan?

Hari pertama di Kota Xennor, Kay tidak ingin terlalu menonjolkan kemampuannya ataupun keberadaannya. Dia hanya akan membalas sambutan hangat musuh dengan sedikit melakukan peretasan.

Kemudian, menyelamatkan beberapa karyawan yang dijadikan tawanan oleh musuh. Ingat, setidaknya bukan Kay yang memulainya lebih dulu. Dia hanya melakukan apa yang perlu dilakukan dan membalas apa yang perlu dibalas.

...****************...

Malam itu, bukan hanya Kay dan yang lainnya yang bersiap melakukan penyergapan untuk misi penyelamatan para karyawan yang menjadi tawanan. Akan tetapi, pihak musuh juga bersiap untuk melakukan pembunuhan pada Kay dan yang lainnya untuk melenyapkannya. Dimana sejak kejadian peretasan itu terjadi Agnes, Robin dan Steve ketiga orang yang diperintahkan Tuannya sudah mengintai Kay dan yang lainnya di perusahaan.

“Mereka tidak keluar sama sekali dari perusahaan itu. Apakah mereka menyadari keberadaan kita di sini?” tanya Steve pada Agnes, karena hanya mereka berdua yang mengintai dari jarak dekat.

Sedangkan Robin mengintai di gedung tinggi yang berada bersebrangan dengan gedung Perusahaan ASHLU X-Group mengingat kemampuannya sebagai penembak jitu jarak jauh.

“Apakah kau pikir aku bisa menjawab pertanyaanmu? Lebih baik kau diam saja atau kau bisa mendatangi langsung mereka untuk menanyakan semua pertanyaan yang ada di kepalamu saat ini,” sentak Agnes dengan tatapan tajamnya yang seolah tidak ingin diganggu.

“Ck, dingin sekali! Seharusnya kita saling bertukar pendapat disaat seperti ini agar musuh semakin mudah dihadapi,” gumam Steve yang jelas sekali menyindir Agnes.

...****************...

“Paman Max, bagaimana situasinya sekarang?” tanya Kay yang sudah bersiap dengan penyamarannya.

“Mereka masih mengintai di luar, satu atu mungkin lebih ada di gedung yang bersebrangan dengan gedung ini. Aku pikir dia penembak jitu, jadi kita harus lebih berhati-hati,” jawab Max yang tenyata sudah menyadari bahwa mereka sudah diintai.

Sebab Max langsung mencari tahu dan bersikap waspada, ketika Kay dan Axel melakukan peretasan. Maka musuh tidak mungkin tinggal diam. Mereka belum melakukan apapun saja sudah disambut dengan serangan, apalagi adik dan kakak itu sudah berulah.

“Hahahaa… aku sudah menduganya. Beruntung aku sudah menyiapkan penyamaran ini agar kita bisa lolos dengan mudah dari pengawasan mereka. Lalu bagaimana dengan para karyawan? Mereka sudah dipastikan pulang dengan selamat sampai rumah masing-masing, bukan?” Kay kembali memastikan.

“Hmmm, sepertinya target mereka hanya kita.” Matt yang menjawab, sebab itu menjadi tugasnya mulai saat ini memastikan semua karyawan tetap aman.

“Bukankah itu sudah jelas? Apa kalian sudah siap sekarang?” Kay siap dengan penyamarannya, sebagai tukang angkut sampah begitu juga dengan Max dan Matt.

“Ya, aku sudah siap! Anak buah kita juga sudah siap di lokasi,” jawab Max.

“Aku juga!” Matt sudah pasti siap untuk menggila.

“Bagus! Ingat, rencananya Paman Matt mengalihkan perhatian mereka, sedangkan Paman Max menyelematkan para karyawan. Sedangkan aku akan menyelinap ke tempat lain untuk mencari tahu sesuatu atau mungkin data penting milik mereka. Dan Axel, tetap awasi semuanya dengan benar. Itu tugas yang sangat penting, kau tahu ‘kan?” Kay kembali menegaskan kepada adiknya.

“Siap, Pah! Serahkan saja pada Axelion!” sahut Axel dengan penuh percaya diri.

“Kalau begitu cepat masuk ke sini, karena kita harus segera berangkat sekarang!”

Kay menunjuk pada tong sampah besar tempat Axel harus bersembunyi di dalamnya agar bisa keluar dari gedung perusahaan dengan tanpa disadari oleh siapapun. Ingin protes tapi tidak mungkin, Axel hanya bisa pasrah menjadi bahan tertawaan Kay dan juga kedua pamannya. Dia tetap masuk ke dalam tong sampah itu, dimana Matt yang akan menyeretnya keluar. Sedangkan Kay dan Max membawa tong sampah lain yang berisi berbagai senjata.

Dan benar saja, begitu ketiga keluar dari gedung Agnes dan Steve semakin mempertajam penglihatan mereka untuk memastikan bahwa ketiga orang itu bukan target yang sedang mereka tunggu. Namun, rupanya hanya petugas kebersihan yang tadi masuk untuk mengangkut sampah dari perusahaan tersebut.

“Hanya petugas kebersihan,” gumam Steve menghela napas lelah menunggu.

“Ini sudah sangat larut! Aku tidak bisa menunggu lagi, aku akan langsung masuk untuk menghabisi mereka secepatnya. Jika kau tidak—”

“Kita tunggu sebentar lagi! Jika sampai tengah malam mereka masih belum keluar juga dari gedung itu, maka kita sendiri yang akan langsung masuk dan membunuhnya di sana.” Potong Agnes menegaskan pada Steve untuk tidak bergerak sendiri.

“Baiklah, kita akan tunggu sebentar lagi!” Steve menurut, apalagi melihat raut wajah Agnes yang sangat tidak bersahabat.

“Robin, bagaimana sudut pengawasanmu. Apakah mereka masih belum ada pergerakan?” tanya Agnes melalui sambungan teleponnya.

“Tidak ada!” jawab Robin singkat.

...****************...

Disisi lain, mobil kebersihan itu kini sudah meninggalkan area perusahaan dengan perasaan lega. Axel segera di keluarkan dari tong sampah itu, begitu juga semua senjata yang nanti mereka butuhkan. Di dalam truk sampah itu, rupanya sudah dimodifikasi dengan berbagai peralatan peretasan yang bisa Axel gunakan untuk meretas cctv yang ada di lokasi club dimana para karyawan sedang ditawan.

“Mereka benar-benar tidak menyadari penyamaran kita!” ujar Kay pada yang lainnya.

“Itu bagus! Kita akan segera sampai di lokasi club itu. Axel, mulai lakukan tugasmu dan jaga dirimu baik-baik di sini. Mengerti?” pesan Max pada Axel, karena keterbatasan orang di sana dia terpaksa hanya menempatkan dua anak buahnya untuk menjaga Axel.

“Jangan khawatir, Paman! Aku murid terbaik Paman Levi dan Bibi Lucia, mana mungkin ada yang bisa melukaiku,” ujar Axel dengan penuh percaya dirinya.

Tak ….

“Aku bisa melakukannya, Tuh!” Sempat-sempatnya Kay menjitak kepala Axel dan mengejeknya.

“Dasar Bapak Dajjal!” ketus Axel dengan sorot matanya yang menatap tajam pada Kay.

“Kay, cukup! Kita sudah sampai sekarang! Bersiaplah!” Max mengingatkan, begitu truk sampah itu berhenti di titik yang sudah ditentukan.

“Kalau begitu aku akan pergi duluan!” Kay langsung keluar dari truk sampah itu dan menyelinap masuk dengan memanjat salah satu jendela yang terlihat terbuka di sana.

Bersambung ….

1
Ratna Sumaroh
waow Levy, aku padamu 😘😘
@pry😛
moga xan baik" saja
@pry😛
keren
@pry😛
masik mau lg... tgg kegilaan xavier yg lain ya setann
Desyi Alawiyah
Semoga Kay baik-baik saja... Dia pergi sama Axlyn kan? Harusnya aman sih, kan Axlyn juga bisa bela diri...

Kalaupun nanti mereka di serang, pasti Axlyn dan Kay bisa bekerjasama untuk melawan...
Desyi Alawiyah
Wahhh... Cucu Levi ada empat guys 😯😯😯
Desyi Alawiyah
Dasar Levi...🤭🤭🤭

Kira-kira sekarang usia Levi berapa yah? 😅
Desyi Alawiyah
Lev, Angela ngga menggodamu loh... Semua orang juga tahu, kalo kamu hanya milik Lucia seorang...🤣
Dwi Sejati
pasti cucu Levi kembar,soalny ada 4
Ade Irmayanti
lanjutkan kak,
karyamu keren
Anonymous
aku sdh ikutin ceritanya dari anak kembar mafia, bagus banget
Arnes Tia24
keren abis klu cerita dr author stu in gak ad bosan nya👍👍
Setiya Wulandari
akir nya novel kesukaan aku muncul makasih kakak phopo maaf ya baru kasih reting sekarang 🥺🥺🙏🙏
aq seneng banget gk sabar untuk episode selanjutnya, Oh iya kak spil cucu nya Levi dan luci ya kak ya nanti dan kangen juga sama trío somplak ( Félix, jaydon, sama Levi)
Mira Hastati
bagus
Mimih Harist
udh encok eyang levi😄
Dwi Rustiana
duo m emang selalu kocak Levi bgt emang duo m ini suka memancing emosi 🤣🤣🤣
Dwi Rustiana
mau menargetkan cucu kesayangan iblis neraka siap2 aja dipanggang di kerak bumi g sabar bgt mau setor nyawa ternyata
@pry😛
gas kn paman.. aq bc ny meri dig
@pry😛
🤣🤣🤣🤣🤣
@pry😛
moga kau mt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!