NovelToon NovelToon
Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Dikelilingi wanita cantik / Misteri / Berbaikan / Fantasi Wanita / Playboy
Popularitas:243
Nilai: 5
Nama Author: Zaenal 1992

Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perjodohan Maya dan rahasia Bram

Sore itu, suasana di rumah besar keluarga Herlambang terasa hangat namun formal. orang tua Maya, Bapak Herlambang dan Ibu Ratna, sedang menerima tamu istimewa: teman lama mereka, keluarga Wiryawan.

​Di ruang tamu, aroma teh melati dan kue kering memenuhi udara. Ada kehangatan dalam tawa orang tua, sebuah nostalgia yang terasa kental. Di sudut ruangan, Reno, sang putra sulung, dan Raka, putra kedua yang lebih tenang, duduk mendengarkan obrolan orang tua mereka.

"Ratna, Herlambang," ujar Bapak Wiryawan dengan senyum lebar, "ini putra kami, Rizky. Baru saja menyelesaikan S2-nya di luar negeri dan sekarang mulai mengurus bisnis properti keluarga."

Seorang pria muda bertubuh ramping, mengenakan kemeja biru muda yang rapi, berdiri dan membungkuk sopan. Wajahnya tampan, dengan sorot mata yang cerdas dan penuh percaya diri.

"Selamat sore, Om, Tante, Mas Reno, Mas Raka," sapa Rizky.

"Nah, Rizky," kata Ibu Ratna, meraih tangan putrinya yang baru saja turun dari lantai atas. "Ini putri bungsu kami, Maya."

Maya tersenyum kaku. Malam ini ia sengaja mengenakan gaun sederhana, berharap bisa 'terlihat' biasa saja. Ia tahu betul maksud pertemuan-pertemuan seperti ini.

​"Maya, ini Rizky," sambung Bapak Herlambang, nadanya penuh makna.

"Halo, Rizky," sapa Maya, sebisa mungkin terlihat ramah.

"Senang bertemu denganmu, Maya," jawab Rizky, tatapannya sedikit lebih lama dari yang seharusnya.

Obrolan pun berlanjut, didominasi oleh rencana bisnis, kesuksesan anak-anak, dan tentu saja, perkenalan Maya dan Rizky. Sepanjang waktu, Maya sesekali mencuri pandang ke arah Reno. Kakak sulungnya itu tampak lebih fokus pada ponselnya, ekspresinya gelisah, seolah pikirannya ada di tempat lain—sepenuhnya tenggelam dalam rencana menjauhkan Sinta dari hidup Rian.

Akhirnya, keluarga Wiryawan pamit pulang setelah berjanji akan menjadwalkan pertemuan lagi. Begitu pintu tertutup, Bapak Herlambang meminta Maya, Ibu Ratna, Reno, dan Raka berkumpul di ruang keluarga.

"Ada yang ingin papah dan mamah bicarakan denganmu, Maya," ujar Bapak Herlambang, duduk dengan sikap tegak.

Maya merasakan firasat buruk. "Ada apa, pah?"

Ibu Ratna tersenyum lembut, tapi senyum itu justru membuat Maya semakin cemas. "Maya, Rizky itu pria yang baik, mapan, dan berasal dari keluarga yang jelas. papah dan mamah sudah lama mengenal keluarga Wiryawan. Kami rasa..."

"... Kami rasa Rizky sangat cocok untukmu," potong Bapak Herlambang dengan nada final. "Kami sudah memutuskan, Maya. papah dan mamah akan menjodohkanmu dengan Rizky."

Ruangan itu mendadak hening. Reno akhirnya mengangkat kepalanya dari ponsel, hanya karena nada Ayahnya yang tegas. Raka terlihat terkejut. Namun, yang paling terkejut adalah Maya.

​"Dijodohkan?" tanya Maya, suaranya tercekat. Ia menatap bergantian kedua orang tuanya. "pah, mah, aku tidak mau! Kenapa mendadak begini?"

"Tidak ada yang mendadak, Sayang," Ibu Ratna mendekat, menggenggam tangan Maya. "Ini demi masa depanmu. Rizky bisa menjagamu. Kalian bisa saling mengenal pelan-pelan."

​"Tapi aku tidak bisa!" seru Maya, menarik tangannya. Matanya mulai berkaca-kaca. "Aku sudah punya seseorang yang kucintai!"

Bapak Herlambang mengerutkan keningnya. "Apa katamu? Siapa?"

​"Aku mencintai... seseorang," ulang Maya, suaranya melemah.

"Siapa nama pria itu, Maya?" tanya Ayahnya tajam.

​Maya menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. "Dia... namanya Bram."

"Bram?" tanya Bapak Herlambang, menghela napas. "Siapa dia? Anak siapa? Apa pekerjaannya? Dan kenapa Ayah tidak pernah mendengarnya? Jangan-jangan dia pria tidak jelas yang hanya mendekatimu karena uang!"

Reno menatap adiknya sekilas, tidak tertarik. Di telinganya, nama "Bram" adalah nama asing, tidak ada kaitannya dengan masalahnya saat ini, yaitu Sinta.

"Bukan, Yah! Dia orang yang baik, dia..." Maya terdiam. Lidahnya kelu. Bagaimana ia bisa menjelaskan bahwa Bram, pria yang ia cintai segenap hati, sekarang telah berubah menjadi wanita, seorang wanita yang sedang menjadi target utama operasi rahasia kakaknya sendiri?

"Bram di mana dia sekarang?"

Pertanyaan Ibu Ratna itu menghantam Maya seperti palu.

Bapak Herlambang menghela napas, menatap putrinya dengan tatapan kecewa namun lembut. "Dengar, Maya. Kalau memang kau mencintai seseorang, kenalkan dia pada papah dan mamah! Bawa dia ke sini. Tunjukkan bahwa dia serius dan bertanggung jawab."

​"Tapi, Yah..."

"papah tidak mau mendengar alasan," potong Bapak Herlambang, suaranya tetap terkontrol namun bernada final. "papah dan mamah tidak mau menunggu seseorang yang tidak jelas keberadaannya. papah beri kau waktu satu bulan. Jika dalam satu bulan, Bram itu tidak menunjukkan dirinya, tidak datang kemari, atau tidak bisa dihubungi, maka anggap saja dia sudah tidak ada. Dan kau harus menerima perjodohanmu dengan Rizky. Paham?"

Maya menatap kedua orang tuanya dan juga Raka dan Reno. Keempat pasang mata itu menuntut jawaban. Ultimatum itu memberinya waktu, namun juga tekanan yang luar biasa.

​"Dia..." Maya menggigit bibir bawahnya, air mata mulai menetes. "Baiklah, Yah. Aku akan usahakan."

Reno, yang kini kembali fokus sepenuhnya pada ponselnya—menunggu kabar dari Clara tentang nasib Sinta—bergumam lirih tanpa menatap Maya. "Sudahlah, Maya. Lupakan saja. Ambil keputusan yang realistis. Ada urusan yang lebih penting sekarang."

Namun, Maya tidak mendengarnya. Di benaknya, hanya ada wajah Bram... wajah Sinta. Satu bulan. Hanya satu bulan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!