WARNING❗
Cerita ini, buat yang mau-mau saja, TAK WAJIB BACA JUGA
Mengandung banyak Flashback
Banyak nama tokoh dari novel-novel pendahulu mereka
Slow update
Alur lambat
So, yang gak suka silahkan cabut, dan berhenti sampai di sini ❗
⚠️⚠️⚠️
Kenzo akhirnya menerima permintaan sang bunda untuk menikahi putri sahabatnya semasa SMA.
Tapi ternyata gadis itu adalah adik tiri Claudia mantan kekasihnya. Dulu Claudia mencampakkan Kenzo setelah pria itu mengalami kecelakaan hingga lumpuh untuk sementara waktu.
Bagaimana lika-liku perjalanan pernikahan Kenzo dengan Nada? (yang selisih usianya 10 tahun lebih muda).
Di sisi lain, Nada masih terbelenggu dengan potongan ingatan masa kecil yang mengatakan bahwa ibunya meninggal karena mengakhiri hidupnya sendiri.
Apakah itu benar? Atau hanya dugaan semata? Lantas jika tidak benar siapa gerangan yang telah menghilangkan nyawa ibunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Misterius
#25
“Aku sudah mengirimnya, sialan!”
Prang!
Mama Laura membanting ponselnya, “Kurang ajar! Memang siapa dia? Berani-beraninya memerasku seperti ini.”
Mama Laura menyambar botol obat tidur, kemudian minum 2 butir pil nya, ia tak bisa tidur sejak kemarin, gara-gara memikirkan Claudia yang belum sadar dan juga pria sialan yang memanfaatkan kelemahannya untuk melakukan aksi pemerasan.
Beberapa saat kemudian, Mama Laura pun terlelap, hingga tak menyadari bahwa Aric masuk ke kamarnya. Pria itu memungut ponsel Mama Laura yang retak akibat benturan keras.
Sebuah pesan masuk, membuat Aric mengangkat sebelah alisnya.
📥 Hahaha … bagus sekali, sekarang rahasiamu aman di tanganku.
Aric menggulir pesan demi pesan dari orang tak bernama tersebut, rahangnya mengeras ketika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Aric menyalin nomor dari si peneror tersebut ke ponselnya, entah apa yang akan dilakukannya.
Setelah tadi Claudia, kini Mama Laura, “Aku tak akan tinggal diam bila ada orang-orang yang mencoba menyakiti keluargaku.”
•••
“Kamu tidak melakukan apa-apa, bukan?” selidik Pak Basuki setibanya mereka di rumah,
“Apa maksud Papa?” Kanaka memasang wajah bodoh.
“Jika terbukti kamu terlibat, maka karir politik Papa dalam masalah, kamu tahu, kan. Dua tahun lagi Papa akan maju sebagai kandidat Gubernur?!” Pak Basuki tak berteriak, namun, kalimatnya mampu membuat Kanaka menelan ludah dengan susah payah. “Dan kamu, jangan harap bisa mewarisi semua milik Papa.”
“Mengerti, Pa.”
•••
Seperti biasa, pagi itu Kenzo kembali mengantarkan Nada hingga sampai di pelataran parkir fakultas, “Mmm, Mas—” Nada gelisah, entah apa yang hendak ia katakan, karena Kenz masih setia dengan mode diam tak banyak bicara, melarang, atau menegur. Setidaknya bila ia meluapkan amarahnya, nada rasa akan lebih baik, tapi dengan diam, ternyata cukup membuat orang frustasi.
“Nggak jadi deh, aku kuliah dulu, Assalamualaikum,” ucap Nada sendu, gadis itu terus menunduk tak berani menatap wajah angker suaminya.
Kenzo mengulurkan tangannya tapi Nada sudah terlanjur berpaling ke arah luar. Tak ada senyum manja, tak ada acara salim, tak ada kicau burung beo seperti biasanya.
Kenzo menajamkan pandangan, menatap punggung kecil istrinya hingga hilang di balik dinding kelas. Perasaannya kacau sejak kemarin, apalagi setelah tahu Nada diantarkan pulang oleh Kanaka.
Kenz mengira ia telah melupakan semuanya, ternyata ia masih menyimpan rasa sakitnya. Sakit karena dulu pernah dicurangi di dikhianati Claudia dan Kanaka, disaat sedang berada di masa paling sulit hidupnya pasca kecelakaan.
Lalu apakah Nada bersalah? Tidak. Sepertinya Kanaka yang sengaja mengantarkannya pulang, begitulah yang dituturkan Putri. Pada awalnya Nada memesan taksi, namun, semua orderannya ditolak. Hingga akhirnya Kanaka datang dan menawarkan bantuan mengantar.
Bukankah Kenz seharusnya berterima kasih? Oh, tidak. Kenz tak bisa berbaik sangka bila menyangkut Kanaka. Karena pria itu tipe orang yang tak bisa di beri hati, pasti dia akan merongrong yang lainnya. Yang jelas kini harus mulai waspada, karena siapapun dia tak boleh merebut apa yang sudah menjadi miliknya, termasuk Nada.
Kenz membuka ponselnya, kemudian mengirimkan pesan pada istrinya.
📤 Nanti sore aku jemput, tunggu saja di kampus bila aku belum datang.
Kenz langsung mengirimkan pesan tersebut, tak lama kemudian, Nada mengirimkan balasan.
📥 Iya, Mas.
Sebelum pergi, Kenz menghubungi Nick, sepertinya ia harus minta bantuan pria itu demi keselamatan Nada. “Kak, apa kau sibuk?” tanya Kenz ketika Nick menjawab panggilannya.
“Kesibukanku ya beginilah, ada apa?” sahut Nick.
“Aku mau minta tolong, Kak—”
•••
“Huh! Yeah!” Keempat mahasiswa itu tos bersamaan, setelah sukses mempresentasikan tugas mereka.
“Kantin, yuk?”
“Sorry aku cabut dulu, ya.” Iqbal buru-buru pamit, sejak tahu Nada sudah menikah, ia mulai menarik diri, daripada terjadi fitnah.
“Lho, nanti masih ada kelas!” pekik Putri.
“Iya, nanti aku balik,” jawab Iqbal melambaikan tangan sebelum bergabung dengan sesama pria.
“Dia aneh sekarang.”
“Dia menghindari aku,” gumam Nada.
“Hah! Serius?”
Nada mengangguk, “Iya, kelihatan dari gelagatnya. Yuk, ngantin dulu, lapaarrr!” Nada mengalihkan topik pembicaraan, ia merangkul pundak putri dan Cynthia.
“Oh iya, gimana kabar Mas Suami? Aku merinding loh, pas kemarin dengar suaranya di telepon. Dia khawatir banget sama kamu.”
“Apalagi aku, sumpah aku gak bisa tenang, apalagi aku yang ninggalin kamu.” Putri ikut merasa bersalah.
Nada mendesah pelan. “Iya, aku tahu, Mas Kenz pasti khawatir. Dia masih mendiamkan aku,” keluh Nada.
Cynthia memeluk Nada, “Sabar, ya. Aku yakin dia nggak bermaksud jahat, pasti dia diam agar tak sampai memarahimu.”
“Iya, aku tahu, tapi dicuekin itu nggak enak loh,” balas Nada pelan.
“Ah, nanti keluarkan saja jurus maut yang kemarin kami ajarkan, dijamin Mas Kenz-mu klepek-klepek.”
“Mana berani aku pakai baju begitu, wajahnya saja lebih menyeramkan dari penjaga neraka.” Nada mengusap bulu kuduknya yang mulai merinding.
“Makanya, di bikin panas dong, bila perlu kamu menari di depannya tanpa memakai apa-apa.”
Nada meringis ngilu, saran dari teman-temannya sama sekali tak pernah terbayangkan olehnya. Bingung bagaimana cara memulainya.
•••
Kenzo mendatangi ruangan sang ayah, karena tadi Ayah Juna mengirimkan pesan padanya.
Tok!
Tok!
“Masuk.” Suara Ayah Juna terdengar, pria itu mempersilahkan putra sulungnya untuk masuk.
Kenzo pun masuk setelah sang ayah mempersilahkannya, “Sudah makan siang?”
“Sudah, Yah.” Kenz melepas jas dokternya sebelum duduk. “Ada apa, Yah?”
“Tidak ada apa-apa, Ayah hanya ingin bicara berdua denganmu.” Ayah Juna berpindah dari kursi di meja kerja, kini duduk di sofa, berhadapan dengan Kenz.
Kenz memainkan salah satu ornamen mobil yang ada di dekat vas bunga. “Bagaimana hubunganmu dengan istrimu?”
“Baik, Yah. Sejauh ini tidak ada masalah.”
“Syukurlah, Ayah senang mendengarnya.” Ayah Juna bernafas lega. “Ayah lihat sejak semalam kalian irit bicara. Kenapa?”
“Tidak ada apa-apa, Yah.” Kenzo kembali mengelak.
“Baiklah, kalau kamu tak mau bercerita. Ayah mengerti, karena Ayah juga tak berhak ikut campur.”
“Bukan tak mau cerita, Yah. Tapi memang bukan masalah besar, dan aku diam agar tak sampai mengeluarkan kata-kata kasar yang mungkin bisa menyakiti Nada.”
hmmm siapa kah lelaki yang nabrak pagar? apakah orang suruhan Kanaka itu??
next Thor..