Menikahi Pria Culun

Di tempat lain, Leo terlihat melamun sehabis kelas pagi, tak ada semangat yang di tunjukkan oleh pria itu. Meski banyak pasang mata wanita yang memujanya baik dari dekat atau jauh, tapi tak ada satupun yang dia lirik. Leo sendiri adalah tipe pria yang setia, meski dia membenci wanita tapi hanya ada satu wanita yang berhasil membobol hatinya. Tapi semua itu hanyalah omong kosong, cinta yang Nasha tunjukkan tak lebih dari kata memanfaatkan.

Siapa yang tidak memuja seorang Leonardo Xavier Erlangga, selain memiliki wajah dan paras yang tampan, Leo juga pewaris utama dari kekayaan kerajaan bisnis AE Group, tentu saja banyak wanita yang menggilai pria itu meskipun wajahnya sangat datar dan dingin, tapi semua itu tidak mengurangi radar ketampanan nya.

Saat sedang asik dengan makanan nya, sebuah notifikasi muncul, Leo mengambil ponsel dan membukanya, sebuah pesan berupa foto dari sang Daddy."Dia? Kaya pernah lihat?"Leo sama sekali tak asing dengan wajah gadis di foto yang di kirimkan Al, dia merasa pernah melihat wanita itu.

Aaron yang duduk di depan Leo sedikit penasaran dengan wajah sahabat nya itu."Woi, Lo kenapa dah tuh muka di tekuk dari tadi, ada masalah Lo sama sih ular semok itu?"

Leo menatap tajam sahabat nya."Gak usah ngomong tentang Nasha, Gue sama dia udah and."

Aaron dan Romi yang duduk di samping Leo menganga tidak percaya."Serius Lo, bukan nya Lo cinta mati sama dia?"Tanya Romi tak percaya. Pasalnya banyak wanita yang merayunya tapi tak ada satupun yang Leo lirik karena wanita bernama Nasha

"Itu dulu, sebelum dia selingkuh sama sih Sam,"

"Maksud Lo Samudra, rival abadi Lo di kampus ini?" Aaron kembali di buat terperangah.

"Udahlah, Gue gak mau bahas dia lagi."

"Lo lihat apaan sih?" Karena penasaran, Romi melirik ke arah hape Leo. Kening nya berkerut.

"Itu bukan nya sih Naya ya?" Tanya Romi saat melihat foto Naya di ponsel Leo.

"Lo kenal?" Tanya Leo memperlihatkan lebih dekat.

"Iya, ini Naya! Mahasiswi disini juga, dia semester satu." Seru Romi yakin.

Aaron merebut ponsel Leo."Kok Lo bisa punya foto nih cewek?Jangan bilang Lo mau ngincar dia, emang sih mukanya cantik tapi Gue saranin jangan deh, dia udah punya pacar dan pacarnya itu galak banget." Ucap Romi menasehati.

Pletak

Romi meringis kala tangan Aaron memukul kepalanya."Gila Lo, pala Gue sakit peak."

"Lo lupa siapa Leo? Dia Leonardo Xavier Erlangga bro, siapa yang berani ngelawan dia, mau mati tuh orang kalo sampe bangunin singa tertidur."Aaron menatap Leo yang berwajah datar itu." Tapi ngomong - ngomong kenapa sama sih Naya?"

"Kalian berdua tau kepanjangan Naya, atau dia berasal dari keluarga mana?" Tanya Leo memastikan, karena meskipun dia tidak mengingat wajah Stela, dirinya sempat bertemu dengan Stela kecil saat gadis itu bermain ke rumah nya. Dan wajah nya lebih cantik dari Naya.

"Gak tau sih, gue gak pernah denger nama kepanjangan dia. Tapi Gue punya temen yang mungkin kenal sama dia," Seru Romi merogoh sakunya, menghubungi seseorang dan beberapa menit kemudian, dia mematikan sambungan telfon nya."Nama kepanjangan nya, kalo kata temen Gue, Anaya Scarlett Wardhana."

Deg!

Kok namanya beda? Masa iya dia ganti nama setelah pindah ke Amerika? Tapi dia sendiri udah kuliah di kampus ini, udah semester satu pula. Kapan dia kembali ke Indonesia nya?

Leo berpikir, kenapa nama Stela di ganti dengan Naya? Akhirnya Leo memutuskan untuk menghubungi Nayla untuk menanyakan nama kepanjangan Stela.

"Bunda kemana sih?Kok gak di angkat? Gue yakin banget kalo nama itu bukan namanya Stela." Karena kedua ponsel orang tuanya gak di angkat, akhirnya Leo menyerah dan tidak mau ambil pusing, dia akan bertanya nanti saja.

"Ya udah, Gue mau cabut dulu."Leo menenteng tas nya dan pergi.

"Heh,Lo mau kemana?Katanya mau traktir kita, kok malah pergi." Seru Romi garuk - garuk kepala.

"DASAR ORANG KAYA KERE." Teriak Aaron dengan kesal nya.

"Eh, bayarin ya." Setelah mengatakan itu Aaron melarikan diri.

"Aseemmmm, WOI, BANGKE LO SEMUA, DOMPET GUE KETINGGALAN DI RUMAH." Teriak Romi frustasi.

Baru saja Romi ingin ikut pergi, seorang wanita paru baya sudah berkacak pinggang."Mau kemana kamu?Bayar dulu makanan nya."

Romi menelan ludah gugup. Dia hanya menyetir. "Bon dulu ya, Buk!"

              ~~

" I'M COMING INDONESIA,"Teriak Stela menghirup udara tanah kelahiran nya, baru saja dia sampai ke bandara setelah berjam - jam berada di dalam pesawat. Saat ini dirinya ada di dalam taxi.

"Neng baru datang dari Indonesia ya?" Tanya supir taxi melihat dari kaca spion tengah.

Stelah mengangguk antusias."Iya Pak, sebenarnya asal Saya dari Indonesia, tapi karena masalah pekerjaan, Saya tinggal di Amerika, dan hari ini Saya kembali buat melanjutkan pendidikan."

"Waaahh, memang nya di Amerika gak ada universitas bagus, Neng. Sampai - sampai harus kembali ke Indonesia! Bukan nya universitas di sana jauh lebih baik ya?"

Stelah terkekeh mendengar nya."Bagus sih Pak, malahan bagus banget. Tapi sebenarnya Saya gak terlalu betah tinggal di negara orang. Apa lagi Saya kangen banget sama tanah kelahiran."Supir taxi manggut - manggut."Pak, kita ke Universitas NU ya."

"Siap Neng."

Aku harus kabari Naya kalo aku udah sampe ke Indonesia. Stela mengirim pesan bahwa dia akan datang ke kampus nya, meski pesan nya tidak di lihat. Menurut jadwal yang Naya beritahu, dia ada kelas pagi hari ini.

Setelah 45 menit kemudian, Stela turun dari mobil, dia memang belum memberitahu Naya jika dirinya akan datang ke Indonesia, karena dia takut jika Naya akan melapor pada orang tuanya. Tapi dia sempat bertanya mengenai jadwal kuliah Naya hari ini. Untung saja Naya tidak curiga dan banyak tanya.

"LEPAS,"Disana seorang pria tengah menarik tangan wanita secara paksa." APA MAU KAMU HAA?! KITA UDAH PUTUS DAN AKU GAK MAU PUNYA HUBUNGAN LAGI SAMA KAMU." Bentak wanita yang tak lain adalah Naya.

Pria itu yang tak lain adalah Elang, menatap tajam ke arah kekasih nya."Dan berapa kali aku bilang kalo aku gak mau putus dan gak ada satupun yang bisa memisahkan kita berdua. Kalo kamu mau putus, lebih baik kita mati bersama."Bentak Elang tak mau di bantah, dia bahkan mengeluarkan pisau dari saku celananya.

Mahasiswa yang melihat mereka tak ada yang berani melerai, karena Elang adalah preman kampus.

"Kamu gila ya?" Suara Naya sudah bergetar antara takut dan ingin nangis.

"Iya, aku gila karena kamu. Kamu," Tunjuk Elang pada Naya."Aku gila karena terlalu mencintaimu."

"Itu bukan cinta tapi obsesi, kalo kamu mencintai ku, kamu gak akan pernah menyakiti ku."

"DIAM,"Elang memperlihatkan urat - urat kemarahan nya." Ayo kita mati! Jika kamu meninggalkan ku, lebih baik kita hidup di AKHIRAT."

Naya memejamkan matanya, sudah pasrah dengan apa yang terjadi. Saat pisau yang ada di tangan Elang bersiap menusuk leher Naya. Sesuatu yang tak terduga terjadi, sepatu melayang tepat mengenai tangan Elang yang secara otomatis membuat pisau itu terjatuh.

"Aarrgggg," Elang meringis, dia melihat siapa yang berani mengganggunya.

"BRENGSEK," Naya mengenal suara itu, dia membuka mata dan menoleh menatap sepupu nya dengan mata melotot, Stela berlari tanpa alas kaki dan dengan gaya pesawat, dia menendang wajah Elang hingga membuat nya terjungkal ke belakang dengan posisi wajah yang mencium tanah.

Semua mata melongo."Bajingan, brengsek, pria gila, gak punya otak, otak nya di dengkul, kampret, sempak hitam,"Umpat Stela mengeluarkan kata - kata pedas."Kalo berani jangan sama cewek, dasar banci. Sini lawan Gue." Naya di buat tak berkedip sedetik pun. Wanita yang ada di depan nya sangat mirip dengan sepupunya.

Elang bangkit dengan marah."LO,"Elang mengambil pisau nya, merasa marah dan bersiap menyerang Stela."Berani Lo ikut campur?"

"Ya beranilah, kalo takut gak mungkin muka Lo sampe nyium tuh tanah." Bukan nya takut, ucapan Stela seperti menantang. Membuat Elang bertambah marah hingga wajah nya memerah seperti lobster jika di kasih saus.

"CEWEK SIALAN." Teriak Elang dengan seluruh emosi, dia bahkan sudah mengangkat pisau nya.

Stela menarik tangan Naya untuk berlindung di belakang nya. Stela sendiri sudah memasang kuda - kuda. Elang maju dengan menggerakkan tangan nya ke kanan dan ke kiri berniat merobek leher Stela. Tapi dengan satu tangan, Stela menangkap tangan Elang yang besar dan memelintir nya, lalu dengan secepat kilat, dia memutar tubuh Elang yang besar itu dengan satu kali gerakan, tak sampai di situ, dia menduduki tubuh Elang, menampar pipinya berkali - kali.

"Bajingan, gak punya otak, dasar otak kepiting," Stela menjambak rambut Elang.

"ARRGGGG, SAKITTTTT." Elang menjerit kesakitan saat kepala nya di jambak dan di jedotin ke tanah,

Naya tersadar dari keterkejutan nya."Aduh, Zara! Udah dong, dia bakal mati," Naya menjadi panik, sepupunya memang sangat bar - bar, lebih parah dari seorang preman.

"Biarin, kalo mati tinggal di buang, noh tempat sampah banyak. Kan sayang kalo cuma di isi sama plastik bekas, sekali - kali di isi sama mayat manusia." Seru Stela, mereka yang mendengarnya di buat menganga dan melongo.

Stela berdiri dan dengan satu kali tendangan di kepala Elang, pria itu jatuh pingsan.

"ZARA," Naya berteriak frustasi, menarik tangan Stela."Udah dong Zar, tuh udah pingsan."

"Yaelah, baru pingsan, belum mati kan." Seru Stela dengan enteng nya. Menatap sinis ke arah Elang yang sudah tak sadarkan diri."Huhh, modal doang badan gede, tenaga kaya kecoak."

"Udah yuk, mending kita ke apartemen Gue aja, Lo pasti capek kan." Naya menarik tangan Stela menjauh, sepupu sekaligus sahabat nya itu jika sudah menunjukkan taring nya bisa membuat nyawa melayang.

"Eh, tapi kita makan dulu, Gue laper, kangen sama bakso." Seru Stela memegangi perut nya.

Naya hanya geleng - geleng kepala, tingkah sepupunya memang membuat dia tidak terkejut lagi. Naya sendiri biasa memanggil Stela dengan sebutan Zara. Sesuai namanya, Stela Ahzzara Wardhana.

Tanpa mereka sadari, seorang pria dengan tangan terlipat di dada dan bersandar pada jok motor mengangkat sudut bibirnya ke atas. Gadis itu, cukup menarik!