NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jm 9

Melati duduk bersandar di ujung ranjang perawatan, meskipun jarum infus masih tertancap di punggung tangannya, ia tetap berusaha melaksanakan salat Isya di atas ranjang dengan hati khusyuk. Setelah selesai, ia menutup matanya sejenak. Kepalanya sudah mulai terasa ringan, badannya pun tidak lagi sakit seperti sebelumnya, hanya saja rasa lemas masih menyelimuti seluruh tubuhnya.

Suasana kamar perawatan yang sepi tiba-tiba berubah ketika terdengar suara pintu didorong pelan. Rini, perawat jaga malam itu, melangkah masuk. Pemandangan menyejukkan hati langsung menyambutnya. Melati tampak sedang duduk tegak di ranjang sambil membaca Al-Qur’an, suaranya mendayu-dayu memenuhi ruangan dengan lantunan ayat suci. Rini terdiam sejenak, dadanya berdebar menyaksikan ketenangan yang terpancar dari wajah pasiennya itu.

“Beruntung sekali suaminya, mendapatkan istri cantik, salehah, rajin ibadah. Kalau aku yang jadi dia, mungkin aku tidak akan sekuat itu. Kalau aku sakit, aku pasti akan menuntut suamiku agar selalu ada di sampingku,” gumam Rini dalam hati sambil menahan langkahnya agar tidak mengganggu.

Melati yang menyadari kehadiran seseorang segera menoleh ke arah pintu. Begitu melihat Rini, ia tersenyum lembut. Dengan tenang, ia menutup Al-Qur’an dan meletakkannya di atas meja kecil di samping ranjang yang juga menampung segelas air putih serta beberapa obat.

“Maaf saya ganggu ya,” ucap Rini sopan.

“Tidak apa-apa. Mau periksa ya?” Melati mengulurkan tangannya, mengira perawat itu datang untuk memeriksa kondisi infus.

“Enggak, sebentar lagi subuh. Aku mau kirim pesan sama suami ibu, barangkali ada yang ingin ibu titip,” jawab Rini sambil mendekat ke ranjang.

“Jangan panggil aku ‘ibu’, dong. Panggil saja Melati, ya.”

Rini tersenyum ramah. Tadinya ia mengira Melati akan bersikap arogan seperti kebanyakan pasien lain yang menempati ruangan VIP, namun ternyata Melati justru begitu sopan dan rendah hati.

“Baiklah, Melati. Jadi, apa yang mau kamu sampaikan ke suamimu? Katanya sebelum berangkat kerja dia akan mampir ke sini.”

Melati terdiam beberapa detik, mencoba memikirkan barang apa saja yang benar-benar ia perlukan.

“Saya minta baju ganti dan ponsel saya saja, Kak,” ucapnya akhirnya.

“Baik. Apa tidak ada makanan yang mau kamu titip?” tanya Rini sambil bersiap mengetik di ponselnya.

Melati menggelengkan kepala. Ia tahu terlalu banyak permintaan hanya akan membuat dirinya semakin dianggap boros dan tak berguna di mata keluarga mertuanya.

Rini dengan cekatan mengetik pesan singkat, lalu menunjukkan hasilnya. “Sudah aku sampaikan.”

“Terima kasih, Kak,” ucap Melati tulus.

“Ok, Melati. Kalau ada apa-apa, nanti hubungi aku saja, ya. Suami kamu sedang kena musibah. Ibunya sakit, dan sepertinya seluruh keluarganya juga kurang sehat. Jadi, maklumi dia. Sebagai anak lelaki memang begitu, harus bisa membagi tanggung jawab,” nasihat Rini sambil menepuk ringan lengan Melati.

Melati hanya menganggukkan kepala. Ia memilih diam, tidak ingin mengungkapkan fakta sebenarnya kepada orang lain. Baginya, menjelekkan keluarga mertuanya sama saja membuka aib rumah tangga.

Rini pun membalikkan badan dan melangkah keluar, menutup pintu kamar perawatan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara keras.

Melati menghela napas panjang. Matanya menatap kosong ke langit-langit ruangan sejenak sebelum kembali meraih Al-Qur’an yang tadi ia letakkan. Mumpung berada di rumah sakit, ia merasa lebih leluasa untuk bercengkerama dengan kitab sucinya. Di rumah ibu mertuanya, ia tidak punya waktu banyak untuk melakukan kegemarannya itu.

Meski tidak sepenuhnya mengerti makna ayat-ayat yang ia baca, ketenangan itu nyata terasa. Rasa kecewa, kesal, dan perasaan diremehkan oleh keluarga mertua serta suaminya sedikit demi sedikit menguap, berganti dengan ketentraman yang hadir dari lantunan ayat-ayat Allah.

..

Di rumah Arga, jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Seluruh penghuni rumah tampak terlelap, suasana sunyi hanya diisi suara detik jam dan sesekali bunyi serangga malam dari luar jendela.

Arga membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia simpan, melangkah masuk pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara keras. Rumah besar itu gelap, hanya lampu kecil di ruang tamu yang menyala redup.

Ia berjalan menuju dapur. Pandangannya langsung jatuh pada meja makan yang masih dipenuhi piring kotor bekas makan malam keluarga. Sisa kuah dan nasi yang mengering menempel di piring, sendok dan garpu berserakan begitu saja. Tidak ada seorang pun yang berinisiatif mencucinya.

“Melati nggak ngapa-ngapain, tapi mereka bisa makan malam. Berarti mereka bohong,” gumam Arga kesal, rahangnya mengeras menahan amarah.

Ia lalu membuka penutup rice cooker. Masih ada nasi yang tersisa di dalamnya, hangatnya sudah hilang. Pikirannya makin kacau.

Dengan langkah berat, Arga menuju kamar pribadinya. Begitu masuk, ia menutup pintu rapat-rapat, lalu melepaskan bajunya. Badannya terasa letih, otot-ototnya tegang, pikirannya tidak karuan. Ia merebahkan diri di atas kasur, menatap langit-langit kamar sejenak sebelum meraih ponselnya.

Seharusnya ia tidur, namun justru pikiran-pikiran itu menyerang tanpa henti.

“Harusnya Melati diperlakukan dengan baik. Seluruh kebutuhan rumah ini aku yang penuhi,” gumamnya lirih.

“Tapi ibu tidak suka dengan Melati. Wajar sih… Melati itu nggak sekolah.”

Arga membuka aplikasi pesan singkat di ponselnya. Matanya berhenti pada sebuah nama kontak yang ia samarkan sebagai “Tukang Paket.” Di layar terlihat deretan pesan belum terbaca.

“Arga, kamu kenapa nggak angkat teleponku?” begitu isi salah satu pesan.

Nama “Tukang Paket” itu sebenarnya adalah Mawar—cinta lama Arga. Mawar, perempuan yang dulu pernah ia cintai, tetapi akhirnya menikah dengan lelaki lain. Saat kabar pernikahan Mawar sampai ke telinganya, dunia Arga seakan runtuh. Ia sempat putus asa, bahkan hampir mengakhiri hidupnya.

Namun, pada titik gelap itulah Melati hadir. Gadis sederhana yang saat itu berjualan kue keliling kampung. Melati mendekat, berbicara dengannya, memberi penghiburan tulus. Arga merasa nyaman. Dari situlah ia memutuskan menikahi Melati meski mendapat tentangan keras dari keluarganya.

Saat itu, Arga masih menganggur, sering disepelekan oleh ibunya, Ibu Mega. Ia dan Melati bahkan tidak diperkenankan tinggal di rumah. Mereka menumpang hidup di kamar kos sempit selama hampir setahun. Hingga akhirnya Arga mendapat pekerjaan dengan posisi lumayan bagus.

Kabar itu terdengar oleh Ibu Mega. Sejak saat itu, sikap ibunya perlahan berubah. Ia memanggil kembali Arga, mengizinkannya tinggal di rumah keluarga. Arga yang haus kasih sayang ibu pun merasa bahagia. Ia kembali bersemangat, ingin diakui dan dibanggakan ibunya adalah keingina Arga sedari dulu

Malam itu, meski tubuhnya lelah, matanya sulit terpejam. Kegalauan kembali menghantam—antara merawat Melati atau memenuhi perintah ibunya. Rasa bingung bercampur letih membuatnya ingin mencari pelarian. Ia menatap layar ponselnya lama, kemudian dengan ragu menekan tombol telepon ke nomor Mawar.

Tidak menunggu lama, panggilan itu langsung diangkat. Suara Mawar terdengar lembut di seberang sana. Percakapan singkat pun terjadi, awalnya hanya obrolan ringan seorang pria yang kebingungan dan seorang wanita yang baru saja diceraikan.

Awalnya saling Tanya kabar, terlibat obrolan kecil.paggilan beralih ke mode panggilan Vidio, Mawar tampak mempesona,tak segan-segan dia membuka baju di depan kameranya, menunjukan aset berharganya pada arga, membuat Arga terbawa arus.

“aku capek, aku lelah, wajar dong aku butuh hiburan, lagian mawar sudah cerai tidak ada yang di rugikan” Arga mencari logika pembenaran dengan apa yang dia lakukan

Setelah arga melakukan pelepasan akhirnya Arga bisa tertidur.

1
partini
ini bisa ujungnya main 🐴🐴 ma kakak iparnya
partini
sehhh langsung aja 100jt ,,jodoh ini
partini
busehhhh kaka ipar nasfu bungtt,,hemmmm bisa kena ini kena jebakan KK ipar obat perangsang biasanya di pakai
Isranjono Jono
mati aja bu jangan lama2 hidup nanti dosanya segunung 😄😄
Isranjono Jono
wanita bodoh kau lapar tapi makanan mu kau kasih mertua sungguh bodoh maaf thor aku jadi setan hari ini🤭
Isranjono Jono
lawan2 kalau aku iparku gak ada yang berani sama aku coba kalau berani aku hancurkan dapur menyala kan aku thor🤭🤭
Desi Belitong
balas jangan bodoh hanya diam ujung2nya nangis
partini
good story
partini
👍👍👍👍👍
santi damayanti
ini harusnya rumah Risma
santi damayanti
ini harusnya rumah risma
SOPYAN KAMALGrab
ini. saya ga ngertii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!