NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Era Kolonial
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam yang Terasa Panjang

Ketika malam tiba, Nyai Galuh merasa gelisah dan tidak bisa tidur. Ia takut jika tuan tua itu masuk ke dalam kamarnya dan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. "Bagaimana jika orang Belanda itu masuk lalu menyentuh tubuhku ? Sama si Galuh yang asli aku tidak masalah, tapi ini lain ceritanya. Aku terjebak di tubuh gendut ini dan tidak mungkin bisa menghindar. Aku harus memikirkan cara agar pria tua itu tidak menyentuhku tanpa curiga." bisik nyai Galuh berusaha menenangkan diri dan mencari cara.

Nyai Galuh terus memikirkan situasi ini dan merasa sangat tidak nyaman. Ia berusaha untuk tetap waspada dan siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi.

Ia bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan mondar-mandir di dalam kamar, mencoba mengisi kegelisahan yang memenuhi pikirannya. Langkah-langkahnya yang tidak tenang dan gelisah menunjukkan betapa besar kecemasan yang dirasakannya.

Setiap langkah yang diambilnya seolah-olah membawa beban pikiran yang berat, dan ia terus mencari cara untuk menenangkan diri. Namun, kegelisahan itu tampaknya tidak kunjung pergi, membuat langkah-langkahnya semakin cepat dan tidak teratur.

Ketukan pintu dari luar mengejutkan dirinya, dan nyai Galuh berhenti berjalan mondar-mandir. Ia menoleh ke arah pintu dengan hati yang berdebar, mencoba menebak siapa yang ada di balik pintu tersebut.

"Siapa?" tanya nyai Galuh dengan suara pelan, sambil mendekati pintu dengan hati-hati. Ia menunggu jawaban dari luar, berharap bahwa itu bukan Menheer yang datang untuk mengganggu ketenangannya.

Begitu nyai Galuh membuka pintu, alangkah terkejutnya ia melihat Tuan Edwin berdiri tegak di depannya. Wajah Tuan Edwin terlihat serius, dan matanya memandang Nyai Galuh dengan intensitas yang membuat Galuh merasa risih.

"Apa yang Tuan Edwin inginkan datang ke kamar saya malam ini ?" tanya Nyai Galuh dengan suara yang sedikit bergetar, mencoba menyembunyikan kekagetannya. Ia tidak mengira bahwa Tuan Edwin akan datang ke kamarnya pada malam hari.

"Tidakkah kamu akan mengizinkan aku masuk, Nyai ?" tanya Tuan Edwin dengan nada yang sedikit berbeda, sambil menatap Nyai Galuh dengan mata yang tajam. Nyai Galuh merasa sedikit tertekan oleh pertanyaan itu, dan ia ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya menggeser diri dan membiarkan Tuan Edwin masuk ke dalam kamar.

Dengan rasa enggan dan jijik, Galuh membiarkan tuan tua itu masuk ke dalam kamarnya dan melakukan apa yang diinginkannya. Galuh merasa seperti kehilangan kendali atas tubuh dan dirinya sendiri.

Nyai Galuh buru - buru menutup pintu lalu mempersilahkan tuan tua itu untuk duduk dan menawarkan sesuatu.

"Mungkin Anda mau dibuatkan sesuatu ?"

"Tidak. Aku mau tidur disini denganmu." ujar Edwin kemudian yang membuat jantung Nyai Galuh berdegup ketakutan.

Benar saja, tuan tua itu datang ke kamar Galuh dengan niat untuk tidur di sampingnya. Nyai Galuh merasa sangat tidak nyaman dan takut, tetapi ia tidak berani menolak permintaan tuan tua itu.

"Ba-ik, Tuan. Saya akan menyiapkan tempat untuk Anda." kata Galuh dengan suara yang sopan, sambil berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman yang dirasakannya. Ia mulai mengatur tempat tidur dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan Tuan Edwin, berharap agar malam itu bisa segera berakhir.

Edwin segera berbaring di atas tempat tidur, "Bergegaslah, ayo kita tidur ! Aku tidak sabar ingin memelukmu."

Deg !

Nyai Galuh memaksakan senyum, meskipun telinganya merasa jijik mendengar suara Tuan Edwin yang seakan merayu. Ia berusaha untuk tetap sopan dan menjaga etika, meskipun hatinya merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut. Senyum palsu itu terus dipaksakan sampai ia berbaring di sampingnya, dan ia berharap agar Tuan Edwin tidak melihat ketidaksukaan yang sebenarnya dirasakannya.

"Um, Tuan. Saya mau ke kamar kecil dulu." pamit Galuh mencoba menghindar.

"Hm, bergegaslah!" ada rasa kecewa pada Edwin.

Nyai Galuh bangkit lagi menuju kamar mandi. Di sana ia berlama - lama, memberikan suara gemericik air.

"Nyai Galuh, masih lama tidak !" suara teriakan dari tuan tua itu terdengar menggelegar meski dari jauh. Karena tidak ingin membuat curiga, Nyai Galuh menyudahi aktingnya di dalam kamar mandi.

Begitu kembali ke kamar, Nyai Galuh mencari alasan lain. "Um, Tuan. Saya haus, saya mau minum dulu." pamit Nyai Galuh.

Edwin mengumpat lirih, "Sial," ungkapnya dengan nada kecewa, menunjukkan betapa frustrasinya tidak terbendung.

Ia ingat jika bumbu dapur bernama merica bubuk terkenal dapat menyebabkan reaksi bersin-bersin pada beberapa orang. Ia ingin mencobanya, siapa tahu berhasil dengan begitu menheer akan merasa jijik dan keluar dari kamarnya.

Galuh berjalan ke dapur dengan langkah hati-hati, mencoba mencari merica bubuk di tengah suasana malam yang remang-remang. Cahaya lampu minyak yang redup membuatnya kesulitan melihat dengan jelas, sehingga ia harus meraba-raba untuk menemukan apa yang dicarinya. Suasana malam yang sunyi dan gelap semakin menambah kesan misterius pada gerakan Galuh di dapur.

Galuh akhirnya menemukan apa yang dicarinya, namun ternyata itu bukan merica bubuk yang siap pakai. Dengan sedikit kesal, ia memutuskan untuk menumbuk merica sendiri, berharap segera bisa dipakai. Suara lesung dan alu mulai terdengar, menandakan proses penumbukan merica telah dimulai. Nyai Galuh berusaha memperlemah gerakannya agar tidak terdengar oleh tuan Edwin yang memicu kedatangannya karena curiga.

Selesai menumbuk, Galuh sengaja menghirup debu merica yang halus itu. Ketika partikel-partikel merica masuk ke dalam hidung, mereka dapat mengiritasi selaput lendir dan memicu refleks bersin. Nyai Galuh terserang bersin-bersin tak terkendali. "Hachoo! Hachoo!" suara bersinnya terdengar keras, membuat suasana di dapur menjadi sedikit lebih riuh. Ia pun segera menutup hidung dan mulutnya, berusaha menahan bersin yang masih terus datang lalu bergegas kembali ke kamarnya dan memperlihatkan pada menheer kalau dirinya sedang tidak enak badan.

"Hachoo! Hachoo!" suara nyai Galuh membuat Edwin terperanjat bangun.

Edwin tampak cemas melihat nyai Galuh bersin-bersin, "Nyai Galuh, apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu bersin-bersin seperti itu?" tanyanya dengan nada khawatir, sambil memperhatikan kondisi Galuh dengan lebih dekat.

"Tidak tahu, Tuan. Mungkin cuaca sedang dingin." ujar Galuh sembari mendekap tubuhnya.

"Oh, mungkin memang begitu," kata Edwin, sambil mengangguk mengerti. "Cuaca memang sedang tidak menentu akhir-akhir ini. Kamu sebaiknya beristirahat saja, Nyai Galuh, agar tidak semakin kedinginan." Ia memperhatikan Galuh dengan penuh perhatian, memastikan bahwa Nyai Galuh merasa nyaman.

Edwin memapahnya kembali berbaring. "Ayo, kita segera tidur. Aku akan memberikanmu pelukan yang bisa menghangatkan tubuhmu."

"Kyak ...!" Galuh memekik dalam diam.

Suara pekik Galuh yang tertahan itu membuat Edwin sedikit terkejut, "Nyai Galuh, apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada yang lebih khawatir, mencoba memahami apa yang sedang terjadi pada Galuh.

Galuh menutup mulutnya cepat. "Ah, tidak apa Tuan."

"Sial. Aku pikir rencana ini akan berhasil. Nyatanya pria tua ini berambisius sekali dengan nyai Galuh."

Malam terasa sangat panjang dan menegangkan bagi Nyai Galuh, dan ia berharap semoga pagi segera tiba.

1
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!