NovelToon NovelToon
KU HARAMKAN AIR SUSUKU

KU HARAMKAN AIR SUSUKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Balas Dendam / CEO / One Night Stand / Anak Kembar / Dokter
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Rindi, seorang perempuan berusia 40 tahun, harus menelan pahitnya kehidupan setelah menjual seluruh hartanya di kampung demi membiayai pendidikan dua anaknya, Rudy (21 tahun) dan Melda (18 tahun), yang menempuh pendidikan di kota.

Sejak kepergian mereka, Rindi dan suaminya, Tony, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya agar mereka bisa menggapai cita-cita. Setiap bulan, Rindi dan Tony mengirimkan uang tanpa mempedulikan kondisi mereka sendiri. Harta telah habis—hanya tersisa sebuah rumah sederhana tempat mereka berteduh.

Hari demi hari berlalu. Tony mulai jatuh sakit, namun sayangnya, Rudy dan Melda sama sekali tidak peduli dengan kondisi ayah mereka. Hingga akhirnya, Tony menghembuskan napas terakhirnya dalam kesedihan yang dalam.

Di tengah duka dan kesepian, Rindi yang kini tak punya siapa-siapa di kampung memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin bertemu kedua anaknya, melepas rindu, dan menanyakan kabar mereka. Namun sayang… apa yang dia temukan di sana.........

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04. BERTEMU RUDY.

Wajah Rindi seketika berubah, tampak ada harapan baru untuk menemukan anaknya.

Rara kemudian bercerita bahwa Rudy adalah seorang pengusaha yang namanya melejit setelah menikah dengan putri seorang pengusaha sukses dan disegani di kota ini.

Rindi terdiam sejenak, mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan Rara. Hatinya berdebar kencang, antara bahagia dan cemas.

“Apa kamu tahu di mana dia tinggal sekarang?” tanya Rindi dengan suara bergetar.

Rara mengangguk pelan.

“Aku pernah melihatnya di kawasan perumahan elit di utara kota. Tapi aku tidak tahu pasti rumahnya yang mana.”

Mata Rindi mulai berkaca-kaca. Setelah sekian lama mencari tanpa hasil, kini muncul secercah harapan baru, petunjuk yang bisa membawanya pada anak yang telah lama menghilang.

“Aku harus ke sana,” ucap Rindi mantap.

“Aku harus melihatnya sendiri, memastikan apakah dia benar-benar Rudy_putraku.”

Rara menggenggam tangan Rindi dengan lembut. Wajahnya tampak serius, nada suaranya lembut namun tegas. Ia menjelaskan bahwa tidak semudah itu untuk mendekati Rudy. Kawasan tempat Rudy tinggal merupakan area perumahan elit, dijaga ketat, dan tidak semua orang bisa masuk begitu saja. Selain itu, keluarga Rudy dikenal sebagai keluarga terpandang—bukan orang biasa yang mudah ditemui tanpa alasan jelas.

Mendengar hal itu, Rindi terdiam. Harapan yang semula menyala terang kini terasa goyah. Ada rasa takut dan ragu yang perlahan menyusup ke dalam hatinya. Namun, di balik semua itu, tekadnya tetap tak tergoyahkan. Ia telah kehilangan anaknya terlalu lama, dan kali ini ia tidak ingin menyerah.

Ia menatap Rara dengan penuh keyakinan. Dalam hati, Rindi berjanji akan melakukan apa pun demi menemukan Rudy dan Melda. Melihat keteguhan itu, Rara pun luluh. Ia tahu, perempuan di hadapannya sedang berjuang melawan waktu dan kerinduan mendalam akan anak-anaknya.

“Baiklah, tapi untuk sekarang, ayo kita makan sebelum menyusun langkah selanjutnya.”

Rara bangkit dari duduknya. Perempuan yang usianya hampir sebaya dengan Rindi itu melangkah keluar dari kamar, diikuti Rindi dari belakang. Keduanya berjalan pelan menuju ruang makan, suasana hening hanya diiringi suara langkah kaki mereka.

Di meja makan, Rara dan Rindi menyiapkan hidangan sederhana — nasi hangat, sayur bening, dan ikan goreng. Namun bagi Rindi, makanan itu terasa seperti jamuan besar setelah hari yang panjang dan melelahkan. Ia mencoba tersenyum, meski pikirannya masih penuh dengan bayangan Rudy dan Melda.

Sambil makan, Rara sesekali memperhatikan Rindi. Ada kekuatan luar biasa dalam tatapan mata perempuan itu — kelelahan yang dibalut oleh harapan.

“Besok pagi aku akan menghubungi teman yang mungkin bisa membantu kita. Dia bekerja di salah satu kantor properti di kawasan tempat Rudy tinggal. Mungkin saja dia tahu sesuatu.”

Rindi menatap Rara dengan mata berkaca-kaca.

“Terima kasih, Ra… aku tidak tahu harus bagaimana tanpamu.”

Rara menggenggam tangan Rindi, menepuknya pelan.

“Kita lakukan ini bersama. Jika memang Rudy dan Melda ada di kota ini, kita akan menemukannya.”

Malam itu, Rindi dan Rara beristirahat dengan perasaan yang bercampur antara harapan dan kecemasan. Di luar, hujan perlahan mereda, menyisAkan suara hewan malam yang bersahutan di antara pepohonan yang masih basah. Udara terasa lembap dan dingin, namun malam itu membawa ketenangan yang berbeda bagi Rindi. Dalam keheningan, ia memejamkan mata sambil berdoa — semoga esok hari membawa kabar baik tentang anak-anaknya yang telah lama hilang.

Keesokan paginya, matahari muncul malu-malu di balik awan sisa hujan. Rara sudah bangun lebih dulu dan menyiapkan sarapan sederhana. Ketika Rindi keluar dari kamar, wajahnya tampak letih, namun sorot matanya memancarkan semangat baru yang sulit disembunyikan. Rara menyampaikan bahwa ia telah menghubungi seseorang dari kantor properti yang mungkin mengetahui keberadaan keluarga Rudy. Kabar itu membuat dada Rindi tersenyum, harapan untuk bertemu dengan Rudy akhirnya kesampaian juga.

Keduanya segera bersiap. Rara mengenakan kemeja polos dipadukan dengan celana panjang hitam, tampil sederhana namun rapi. Sementara itu, Rindi memilih pakaian biasa—sebuah blus bermotif lembut dan kain panjang sederhana, layaknya perempuan kampung yang hendak menghadiri hajatan, namun tetap tampak pantas dan sopan.

Dulu andai ia mau, Rindi sebenarnya bisa membeli pakaian dan barang-barang bermerek. Namun selama ini, ia lebih memilih hidup sederhana. Setiap rupiah yang ia miliki selalu diutamakan untuk kebutuhan Rudy dan Melda. Semua yang ia lakukan seolah masih dilandasi naluri seorang ibu yang tak pernah padam, menjaga dan memikirkan anak-anaknya, bahkan dari kejauhan.

Setelah semua siap, Rara membawa mobil keluar dari halaman. Jalanan masih lembap sisa hujan semalam. Rindi duduk di sampingnya, menatap keluar jendela dengan pandangan jauh.

Mobil melaju menuju pusat kota, ke arah kantor properti tempat Rara akan bertemu dengan kenalannya. Rindi menggenggam tas kecil di pangkuannya, tangannya gemetar tanpa ia sadari.

Setibanya di sana, mereka disambut seorang pria paruh baya bernama Dimas—rekan lama Rara yang kini bekerja mengelola beberapa properti di kawasan elit utara kota. Setelah berbasa-basi sejenak, pembicaraan pun mengarah pada tujuan utama mereka.

Dimas menatap foto yang diberikan Rara, lalu mengernyit pelan.

“Bukankah ini foto Tuan Rudy, pengusaha terkenal itu? Untuk apa kalian mencarinya?” tanyanya dengan nada heran.

Rara tersenyum tipis, berusaha tetap tenang. Ia sengaja tidak menjelaskan tujuan sebenarnya. Ia tahu, jika terlalu terbuka, bisa saja timbul masalah yang tidak diinginkan. Lagi pula, siapa yang akan percaya kalau Rindi—perempuan sederhana dengan pakaian seadanya—adalah ibu kandung dari seorang pengusaha sukses sekelas Rudy?

Perbedaan mereka begitu mencolok, bagaikan langit dan bumi. Namun di balik kesederhanaannya, tersimpan kasih seorang ibu yang tak ternilai.

Rara mencari cara agar kecurigaan Dimas tidak tumbuh. Ia tersenyum ramah dan menjawab dengan nada santai, seolah pertanyaannya bukan hal besar.

“Sebenarnya, saya dengar-dengar kalau keluarga Tuan Rudy sedang mencari pembantu rumah tangga. Kebetulan saudara saya ini,” ujarnya sambil melirik Rindi sekilas,

“sedang butuh pekerjaan. Jadi, saya hanya ingin memastikan apakah kabar itu benar dan di mana alamat rumahnya.”

Dimas tampak berpikir sejenak, lalu wajahnya mulai melunak. Ia menatap foto itu sekali lagi, kemudian mengangguk pelan.

“Jadi begitu ceritanya. Kalau soal itu, saya rasa benar. Beberapa waktu lalu saya dengar keluarga Rudy memang sedang mencari orang untuk merawat bayi mereka. Kebetulan, rumahnya ada di kawasan Mentari Indah, blok F, nomor 27.”

Rara mengangguk sopan, berterima kasih atas informasi itu. Dimas kemudian menuliskan alamat lengkap di secarik kertas dan memberikannya kepada Rara.

“Kalau kalian ke sana, lebih baik datang siang atau sore,” pesan Dimas sebelum mereka pamit.

“Biasanya, pada jam-jam itu ada penjaga rumah di depan gerbang.”

Begitu keluar dari kantor, Rindi menggenggam kertas itu erat-erat. Tangannya bergetar halus, matanya berkaca-kaca menatap alamat yang tertulis di sana.

Rara menatapnya dari samping dan berkata.

“Pelan-pelan saja, Rindi. Kita sudah selangkah lebih dekat.”

Rindi mengangguk tanpa suara. Di dalam hatinya, doa dan harapan bercampur menjadi satu. Setelah bertahun-tahun kehilangan arah, kini ia seperti menemukan petunjuk pertama menuju rumah anaknya sendiri.

Mereka berdua menunggu di depan sebuah rumah mewah yang memiliki desain bergaya luar negeri. Bangunannya tampak megah dengan pilar tinggi, jendela besar berbingkai putih, dan taman rapi di sisi kanan kiri halaman. Aura kemewahan terasa kuat, seolah setiap sudut rumah itu memancarkan status dan kekuasaan penghuninya.

Tidak lama kemudian pintu utama rumah terbuka, seorang pria muda berjas keluar bersama seorang perempuan muda mengendong bayi.

"Itu putraku, Rudy."

Rindi segera keluar mobil dan berlari kearah pintu pagar.

1
Purnama Pasedu
Rara mana?
Widia: tidur
total 1 replies
Ayesha Almira
semoga rindi selamat...
lin s
ckck sirudi GK tau bls budi, kpn kena krma, ibu sendiri mau dimusnahin, apa gk ada rasa ksih sayang,/Right Bah!/
Erchapram
Kak Othor, 40 tahun sudah punya anak yang menjadi pengusaha sukses dan punya bayi. Apa si Rindi menikah muda umur 15 thn, atau bagaimana? Menurutku 47 thn - 50 thn lebih ideal usia untuk Rindi.
Ma Em
Dasar anak durhaka kamu Rudy demi harta kamu malah jadi anak yg tdk akan dapat keberkahan dlm hidupmu karena kamu tdk mau mengakui ibu kandungmu sendiri pasti azab akan datang untuk menghukum mu .
Ayesha Almira
kejamnya Kamu Rudy...mata hati mu sudah tertutup
Ma Em
Semoga Rindi dan anak dlm kandungan ya baik baik saja dan selamat .
Ayesha Almira
ceritanya menarik bagus
Ayesha Almira
smga janinnya baik2 ja...
Ma Em
Tegang Thor deg degan baca bab ini , semoga Rindi bisa tertolong dan bisa sehat kembali agar bisa menyaksikan kehancuran Rudy dan Melda si anak durhaka .
Ma Em
Thor hukuman apa nanti yg akan diterima anak durhaka seperti Rudy dan Melda , jgn langsung mati Thor buat Rudy dan Melda karma yg sangat pedih .
Purnama Pasedu
tuan Luis ya
Ayesha Almira
saking udh g bisa mahn sesk di dada rindi mengeluarkan kata2 sakral.smga rindi sembuh..
Jordan Nbx
Rasakan Rudy dan melda, sudah dapat kutuk.
Ayesha Almira
smga rindi g bersujud...d bersarkan dengan kasih sayang...tp pa blsnnya...yg kuat rindi,ambaikan mereka suatu saat penyesalan dtng
Ayesha Almira
ibu kandungpun ingn mempermalukan sebegitunya Melda ma Rudy...dsaat penyesalan dtng smga hati rindi tertutup buat anak durhaka sprt Melda jg rindi
Ayesha Almira
slh tangkap Aldo...smga Luis BS melindungi rindi
Ayesha Almira
slh tangkap Aldo...smga Luis BS melindungi rindi
Purnama Pasedu
waduh,,,rindi gimana ya
Ayesha Almira
duh smga rindi selamet,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!